Mempermalukan Luqi

Luqi dan ketiga temannya yang kembali datang ke minimarket tersebut merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Azea. Tanpa pikir panjang Azea langsung menghampiri mereka. Sudah beberapa hari terakhir ini Azea mengumpulkan keberaniannya untuk menegur Luqi secara langsung tepat di hadapan ketiga temannya. Dia sudah tidak peduli lagi kalaupun lelaki itu mengamuk padanya.

"Aku tidak mengerti sama sekali dengan perangaimu. Apa yang kau pikirkan selama ini?!"

Kedatangan Azea yang mendadak langsung saja membuat keempat pria itu mengangkat kepala dan menatap perempuan itu. Mereka memandang heran ke arah Azea, kecuali Luqi yang saat ini tahu betul apa maksud Azea berbicara dengan nada tinggi seperti itu.

"Ok, gue tahu apa maksud lo," ucap Luqi yang pada awalnya sama sekali tidak khawatir apabila ketiga temannya itu mengetahui kalau uang yang selama ini mereka gunakan adalah uang milik Azea.

Azea hanya menghela nafas panjang. Dia sama sekali tidak pernah berpikir kalau lelaki ini akan bereaksi biasa seperti ini, terkesan sangat santai ketika dirinya sendiri merasa khawatir pada ibunya yang saat ini membutuhkan obat. Rasanya dia ingin sekali menampar wajah lelaki itu sekarang juga. Tidak peduli kalau saat ini mereka sedang berada di depan umum bahkan juga minimarket itu lebih ramai daripada biasanya yang mungkin akan menarik perhatian banyak orang. Namun untungnya Azea masih bisa menahan diri agar tidak melakukan hal tersebut. Ini juga demi reputasinya sendiri agar tidak dipecat di minimarket.

"Urusan apa, Luqi? Memangnya lu ada urusan apa dengan gadis ini? Apa lu juga memecahkan banyak sirup di dalam sana seperti yang kami lakukan dulu? Apa lu melakukannya tanpa sepengetahuan kami sehingga lu harus ganti rugi?" tanya Glenn tanpa ragu sama sekali yang membuat Luqi melotot ke arahnya.

Azea yang baru menyadari kalau ternyata ketiga teman Luqi belum mengetahui hal tersebut merasa bahwa ini adalah kesempatan emas baginya mempermalukan Luqi tepat di depan mereka. Maka sebelum Luqi membuka mulut sama sekali, Azea akhirnya angkat suara tentang hal tersebut.

"Teman kalian ini berhutang kepadaku seratus ribu. Oh, tidak! Menurutku mungkin memang tidak bisa dikatakan sebagai mengutang, tapi lebih tepatnya mencuri. Dia mengambil uangku begitu saja yang ada di rak barang-barang. Tanpa mengucapkan apa pun langsung keluar dan memainkan sesuatu bersama kalian yang aku sendiri tidak mengerti sama sekali. Akan tetapi sepertinya itu sebuah taruhan."

Ketiganya langsung bersitatap ketika mendengar apa yang dijelaskan oleh gadis itu. Mereka tidak percaya sama sekali kalau selama ini uang yang digunakan oleh Luqi ternyata bukanlah uangnya sendiri, melainkan uang milik seorang pegawai di minimarket ini. Suatu kejutan yang tidak disangka-sangka. Mereka tidak pernah terpikirkan hal itu sebelumnya. Bagaimana mungkin bisa terjadi? Apa yang dipikirkan oleh Luqi ketika sedang mengambil uang tersebut lantas keluar begitu saja dari minimarket?

"Benar?!" tanya Glenn sambil memasang ekspresi tidak percaya sama sekali pada Luqi. Luqi yang tidak menyangka kalau Azea yang bisa berani mengatakan hal tersebut langsung melotot ke arah gadis itu. Namun Azea sama sekali tidak gentar. Sama sekali tidak merasa takut dengan pelototan lelaki itu. Dia tahu kalau apa yang dia lakukan ini benar. Dia berusaha mengambil haknya kembali. Jadi memang tidak ada salahnya apabila dia mempermalukan mungkin tepat di hadapan teman-temannya.

"Memang benar! Aku sendiri tidak menyangka kalau teman kalian bisa melakukan hal ini. Tadinya aku mengira kalau dia adalah orang kaya karena berani mengganti rugi apa yang kalian lakukan di minimarket ini beberapa hari yang lalu, namun aku malah terkejut ketika dia mencuri uangku dan menjadikan uang itu sebagai taruhan atau juga permainan tantangan yang kalian lakukan beberapa hari yang lalu. Bukankah ini sesuatu yang sangat mengejutkan?!" Azea semakin memasang wajah mengejek ke arah Luqi, membiarkan lelaki itu semakin malu di hadapan teman-temannya. Dia tahu kalau perkataannya sekarang sudah menjatuhkan harga diri Luqi. Dia paham bagaimana menyerang harga diri dan ego laki-laki. Itulah yang sekarang dia jadikan senjata untuk membuat Luqi bertekuk lutut dan memberikan uang itu padanya.

Ketiga teman Luqi langsung menatap ke arahnya, bertanya tanpa sepatah kata apakah memang benar apa yang dikatakan oleh perempuan ini. Mereka sepertinya juga terlalu takut untuk berbicara langsung. Mereka tahu bahwa situasi semacam ini tidaklah cocok untuk bertanya kepada Luqi. Luqi sudah dipermalukan dan ini menjadi sesuatu yang barangkali tidak bisa dimaafkan.

"Apa itu benar? Kamu sendiri bahkan tidak menyangka kalau ternyata uang yang kau pakai selama ini adalah uang milik pegawai minimarket." Setelah sekian lama akhirnya Glenn angkat suara. Mengingat bahwa dialah yang paling akrab dengan Luqi, dia terlihat tidak takut sama sekali ketika bertanya hal itu dengan nada mengejek atau juga ekspresi yang membuat Luqi semakin merasa kesal.

Sekarang Azea melipat tangan di depan dadanya, menunggu jawaban dari Luqi, lebih tepatnya menunggu uangnya kembali saat itu juga. Dia melihat Luqi tertunduk dalam sejenak. Dia bahkan juga melihat kalau lelaki itu mengepalkan tangannya, berusaha menahan amarah karena merasa dipermalukan.

Azea justru merasa sangat senang melihat hal tersebut. Dia merasa sukses mempermalukan lelaki itu tepat di depan teman-temannya.

"Padahal sudah sejak kemarin aku mengatakan kepadamu dengan cara baik-baik, bahkan juga mengambil privasi paling aman agar kau tidak malu di hadapan teman-temanmu, tapi sepertinya kau sendiri memang ingin dipermalukan. Rasanya apa yang kau lakukan ini seperti sebuah pencurian yang dilegalkan sehingga tidak ada rasa beban sama sekali dalam hatimu."

Ketiga teman Luqi sekarang bahkan sudah tidak bisa menahan tawa. Tawa mereka pecah saat itu juga ketika Luqi makin dipermainkan oleh Azea. Untuk pertama kalinya mereka melihat ada wanita yang begitu berani pada Luqi. Biasanya wanita di luar sana akan tunduk kepada Luqi karena ketampanan dan juga kekayaannya. Namun orang yang mereka temui saat ini sangat berbeda.

Perkara uang seratus ribu sudah cukup membuat Luqi dipermalukan oleh gadis itu. Ini sesuatu momen yang langka bagi mereka bertiga. Bahkan kalau memang bisa diabadikan, mereka ingin sekali mengambil gambar atau juga memvideokan kejadian tersebut. Namun mereka tahu kalau ini akan semakin membuat Luqi merasa marah.

"Lihat, sekarang mereka menertawakanmu. Apakah kau masih berpikir untuk tidak mengembalikan uangku itu? Hanya selembar uang merah. Mungkin itu cukup murah bagimu, tapi bagiku itu sangat berarti karena aku harus membeli obat untuk ibuku yang saat ini sedang sakit-sakitan."

Luqi mengangkat kepala dan menatap ke arah Azea. Azea masih melipat tangan di depan dadanya, menatap tajam ke arah Luqi. Memberi tatapan menantang padanya. Dia sama sekali tidak peduli siapa pun orang yang sedang ada di hadapannya ini. Dia akan melakukan apa saja demi ibunya, itulah prinsip yang tertanam dalam dirinya selama ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!