Tantangan Berhasil

Luqi yang saat ini sama sekali tidak peduli dengan kegelisahan Azea yang kehilangan uangnya, justru malah sibuk membelanjakan uang itu seperti tantangan dari ketiga temannya. Sejak tadi malam dia begitu pusing memikirkan jenis barang apa yang bisa dibeli hanya dengan uang itu. Bahkan dia sampai rela membuka internet hanya demi melihat harga barang saat ini. Biasanya ketika dia akan belanja, dia tidak perlu melihat harga barang apa pun. Dia hanya perlu memilih lantas membayar begitu saja. Tak jarang juga malah membiarkan kasir atau penjualnya mengambil kembaliannya.

"Lo sudah menentukan barang apa saja yang akan lu beli hari ini? Ayolah, sudah beberapa hari sejak tantangan ini dimulai, lu belum juga membelanjakan uang itu," ucap Glen sambil mengunyah keripik kentangnya. Sejak beberapa hari itu juga mereka sama sekali tidak kembali ke minimarket itu.

"Yah, gue sudah menentukan apa saja yang akan gue beli hari ini. Kalian tinggal menunggu saja dan gue akan membuktikannya dengan sendirinya."

Maka pada hari itu dia melancarkan aksinya dan membuktikan kemampuannya kepada ketiga temannya itu. Ternyata cukup pusing membelanjakan uang dengan nilai yang sedikit. Lebih karena memang dia tidak terbiasa akan hal itu.

Dia menghabiskan banyak waktu di sebuah pusat perbelanjaan, mungkin bisa dibilang sebagai pasar yang biasa didatangi oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Bau rempah-rempah yang menyengat dan juga daging potong yang sudah dihinggapi banyak lalat sungguh membuatnya tidak nyaman sama sekali.

Dia hanya menghabiskan waktu sebentar di sana. Dia beralih ke toko yang jauh lebih higienis namun juga dengan harga yang cukup murah. Dia membeli bahan dapur dan juga camilan. Cemilan ringan yang murah sehingga ada banyak barang yang bisa dia beli di sana. Bahkan juga ada jepitan rambut perempuan, atau juga alat-alat perawatan tubuh semacam cukur dan kuas masker.

Kasir itu sampai terheran-heran melihat barang belanjaan Luqi saat ini. Pasalnya salah satu kasir di sana mengenal siapa itu Luqi. Sebagai seorang anak konglomerat di kota mereka, tentu sangat mengherankan ketika melihat Luqi membeli barang murah semacam ini bahkan juga di toko yang tidak mewah sama sekali.

"Tumben sekali belanja barang-barang seperti ini?" tanya salah satu kasir itu dengan beraninya. Wanita muda itu berusaha untuk menggoda Luqi yang saat ini juga merasa sedikit malu dengan apa yang dia beli.

"Yah, apakah ada salahnya?" tanya Luqi sambil tersenyum manis ke arah wanita itu. Senyuman yang langsung membuat wanita muda itu meleleh. Luqi bahkan tanpa segan mengedipkan matanya pada wanita itu, malah membalas menggodanya.

"Tentu saja tidak ada. Hanya mengherankan melihat anak orang kaya bisa membeli hal semacam ini. Kukira kau lebih tertarik untuk membeli secara online dan menerima barang itu langsung dari rumahmu saja tanpa harus repot-repot datang kemari."

Luqi menatap wanita itu sedikit lama dan tiba-tiba terlintas ide di kepalanya untuk menjadikan wanita ini sebagai wanita yang akan dia kencani.

"Yah, mungkin juga sambil mencari gadis manis yang akan aku kencani hari ini."

Wanita itu langsung melebarkan mata mendengar perkataan Luqi. Jelas dia langsung berharap dalam hati bahwa wanita yang dicari oleh Luqi saat ini adalah dirinya, atau mungkin lebih tepatnya Luqi tertarik untuk berkencan dengannya.

"Dan gadis seperti apa yang beruntung ini?" tanyanya lagi.

"Tentu saja gadis yang ada di hadapanku. Gadis yang cukup cocok untuk menemaniku hari ini. Kalaupun dia mau."

Wanita muda itu langsung tertunduk dengan pipi memerah. Dengan mudahnya harapannya terkabul begitu saja. Dia tidak pernah menyangka sama sekali kalau Luqi memilih dirinya di antara banyak perempuan lain di luar sana padahal dia hanyalah seorang kasir biasa.

"Eh, beneran, nih, Kak? Apa tidak salah sama sekali ingin mengajak orang sepertiku untuk berkencan? Kukira Kakak punya selera yang lebih tinggi daripada harus memilih perempuan sepertiku," ucap gadis itu berusaha meyakinkan bahwa saat ini dia tidak bermimpi sama sekali. Dia merasakan detak jantungnya berdebar lebih keras daripada biasanya. Memang tidak akan ada gadis di kota ini yang menolak pesona dari Luqi. Itulah yang dia percaya yang saat ini, termasuk juga dirinya yang tidak bisa menolak lelaki itu.

"Apa wajahku terlihat sedang bercanda? Atau apakah berarti kau menolak tawaranku ini? Mungkin kau sedang sibuk dengan pekerjaanmu atau mungkin lain kali saja kita menghabiskan waktu," ucap Luqi mengeluarkan jurus andalannya dalam hal merayu seorang wanita. Dia sudah tahu bahwa gadis di hadapannya ini tidak akan bisa menolak pesonanya.

"Oh, tentu saja aku mau. Aku hanya sedikit tidak percaya tadi. Baik, kapan itu terjadi? Maksudku kapan kita akan berkencan?" tanya gadis itu.

"Kalau bisa sore ini, kalau kau punya waktu."

Gadis itu langsung mengangguk antusias. Luqi tersenyum ketika dengan mudahnya dia mendapatkan satu wanita untuk memenuhi tantangan dari ketiga temannya. Dia tidak akan membawa gadis itu ke restoran mewah, dia hanya akan membawanya ke sebuah cafe mini yang sederhana dan tentu saja dengan harga makanan yang murah. Dia menyisakan uang lima puluh ribu untuk membeli makanan dan minuman nanti.

Seperti yang dia duga tadi, gadis itu sama sekali tidak peduli dia dibawa ke mana. Dia tidak peduli bagaimanapun sederhana atau mewahnya tempat mereka menghabiskan waktu sekarang. Gadis itu sudah cukup bahagia ketika bisa berjalan tepat di samping Luqi bahkan juga mengabadikan banyak momen bersamanya. Itu sudah menjadi sesuatu yang sangat berharga baginya.

Luqi sendiri juga merasa sangat bersyukur karena uang tersebut cukup untuk membeli sepuluh jenis barang seperti perjanjian mereka, dengan begini dia sudah bisa memenuhi semua tantangan itu. Bisa membeli banyak barang sekaligus menggaet satu wanita untuk dikencani.

Dia sampai tidak sabar memperlihatkan semua ini kepada ketiga temannya besok. Tantangan yang berhasil dia selesaikan dalam waktu beberapa hari ini dia sudah berpikir keras. Dia tidak pernah menyangka bahwa dia bisa melakukannya. Seolah sudah lupa bahwa uang yang dia pakai bukanlah miliknya. Dan pemiliknya sekarang sedang gelisah karena harus mencari solusi dari uangnya yang diambil begitu saja.

Luqi sama sekali tidak lagi memikirkan tentang Azea. Mengambil uang itu sama seperti mengambil sebuah koin tidak berharga baginya. Sehingga dia terlalu meremehkan keadaan Azea yang menurutnya bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Dia tidak tahu kalau kehidupan Azea jauh lebih sulit daripada yang dia bayangkan. Luqi tentu saja sampai tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Azea untuk mendapatkan kembali haknya itu. Dia tidak membayangkan bahwa ini membahayakan dirinya sendiri.

Ya, bukan maksudnya mencuri, tetapi awalnya dia ingin iseng pada Azea, namun akhirnya kelupaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!