Tanpa di jelaskan pun, semua tahu persis bagaimana perasaan kak Anta sekarang. semakin hujan menderas, kak Anta semakin linglung. memang tidak ada yang salah dalam penglihatannya, namun kini dia malah menuntunku ke pondok kecil tempat bapak-bapak duduk kalau jaga malam setelah berulang kali menjulurkan kepalanya ke depan seakan menerawang sesuatu yang ada di depan.
Hal berikutnya yang baru ku sadari adalah sepanjang jalan ini Kak Anta terus menggenggam tanganku, pantas saja aku merasa tenang. diantara kucuran air hujan dan dinginnya kitaran angin malam ini, tangan dan tubuhku jadi hangat dalam rengkuhan tangan Kak Anta yang besar dan kuat.
"Maaf," katanya, tak lama setelah kami berhasil berteduh di bawah atap pondok. "Aku tidak bisa mengajakmu berlari karena kamu sedang hamil, maaf ya... pasti dingin," Kak Anta melepas jaketnya lalu memakaikannya di tubuhku, harum tubuhnya langsung tercium hadir lebih dekat sampai membuat ku sesak. dadaku langsung panas, terutama saat dia mengangkat wajahku dan mengelusnya untuk menyeka air hujan.
Selama beberapa saat yang mendebarkan itu, sorot terkejut dalam mataku beradu dengan tatapan Kak Anta. Sementara menyerap pemandangan indah sosok pria ini, aku nyaris tak berkedip di depannya.
Kak Anta terbahak-bahak. dan aku jadi semakin heran, tetapi justru karena tawanya itu juga aku bisa sadar dari lamunan.
"Kamu kenapa bengong begitu?"
Sesudah melontarkan ejekannya, Kak Anta melihat ke arahku, tetapi aku langsung berpaling muka dengan cepat, terlalu cepat! terkutuk lah jika sampai dia menyadari diriku yang sempat terbuai.
"Kamu itu imut sekali waktu bengong," ujarnya.
Dia tersenyum manis, sementara aku? ya, aku sedang berkelahi dengan jantung. di dalam dadaku ini seakan penuh bintang yang berkitaran mendekat satu sama lain, sampai menyesakkan dan jantung jadi berdebar tidak karuan.
Aku menyunggingkan senyum masam untuk menutupi rasa gugup dan mendebarkan ini. "Kakak jelek karena menangis diam-diam." Aku membalas dengan nada menyeloroh, itu bisa menjadi permulaan untuk kekakuan kami selama ini.
Kak Anta diam saja, hanya tersenyum. lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku jeansnya dan mengusapkannya di atas rambutku. "Jangan sampai flu ya."
Dan disaat yang sama juga, aku menangkap sorot matanya yang cemerlang. senyumnya nakal seperti laki-laki yang suka menggoda, jarang sekali bahkan belum pernah ku lihat dari awal bertemu dengannya.
"Kenapa kakak menikahi aku dan memilih meninggalkan Mbak Isma, padahal kalian masih saling mencintai." kataku pelan.
Tetapi, lagi-lagi Kak Anta berpaling, mengalihkan pertanyaanku. dia sibuk memandang langit yang semakin menghitam, pada akhirnya aku menyadari bahwa Kak Anta enggan aku membahas perihal yang menyangkut tentang Mbak Isma.
"Maaf,"
"Tidak masalah." Jawab Kak Anta yang masih sibuk mendongakkan kepala, "Semoga yang terbaiklah yang menang."
Desah4n resah terlontar dari bibir hatiku. mungkinkah berarti Kak Anta masih mempersilahkan aku untuk menetap. oh, apa sebenarnya yang ku lakukan? ini bukan kuasa ku. aku menepuk pipi sambil menggeleng-geleng.
Udara semakin dingin, dan angin berdesir meniup-niup rok yang ku kenakan, menemani kebersamaan kami di bawah pondok bambu. beberapa saat kemudian debit hujan mulai turun, airnya tinggal rintik. sementara suasana sekitar sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah-rumah. hanya lampu jalan yang hidup kedap kedip, tidak ada mobil yang terlihat. Kak Anta menatapku, seakan memberi isyarat; Ayo pulang!
Aku mengangguk seraya meraih lengan Kak Anta, Reflek saja. bersamaan dengan itu, Kak Anta menatap tanganku yang menyentuh tubuhnya hingga kemudian beralih ke mataku. "Maaf kak." tetapi Kak Anta segera menggenggamnya, menenangkan hatiku yang jelas merasa tersesat dan malu.
Sesungguhnya dari semua tempat di Planet ini, Aku paling menginginkan Kak Anta menjadi rumah yang permanen. ku rasa, aku telah menemukan tempat yang membuatku kerasan. meskipun kami baru bersama, dan menikah tanpa rasa cinta...
Mataku mengerjap-ngerjap melawan air yang menimpa wajahku, tetapi di depan punggung Kak Anta yang gagah bagai benteng yang memberikan ku perlindungan dan rasa tenang. hujan ini bukan lagi halangan yang berarti.
Kak Anta... tanpa ku sadari, ada bagian lain yang membuat hatiku gugup. jauh di lubuk hatiku, aku takut tidak akan bisa menjadi istri yang baik untukmu.
...****************...
Halo ini author 🙋
jangan lupa subscribe yaa!! Ratee juga boleh xixi ♡(*´ω`*)/♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
anta reza, baik tampan. tidak mungkin istrinya tak jatuh cinta
2023-12-21
1
jeje_😎
mc pndukungnya baik begitu.mc utma mblngsakk bgitu...gmna yahhh...aga kurang sreg.. mnding yg baik baik sklian klo mau jhat y jhat ajah jgn nanggung🤣🤣🤣
2023-06-07
2
Ayunda Fadillah
pipiku merah tolongg
2023-06-02
1