Seketika aku mendapat kesan bahwa tetangga tadi berniat untuk mempermalukan ku. mengapa? ibu itu berbicara dengan nada manis dan manja, seolah dia memang sedang bercanda, dan yang lain mulai terkekeh, padahal senyatanya tidak sedikit pun tersirat gurauan dan aku tidak nyaman.
Rahangku menegang, seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Aku berusaha keras menenangkan diri di dapur setelah pulang dari warung, kekehan dan kata-kata ibu-ibu itu terdengar nyaring di telingaku, ekspresinya saat memuji kelebihan Mbak Isma seakan menyindirku berputar-putar terus menggerayangi kepala ku.
Mbak Isma, aku menggumam. Kak Anta, aku menggumam. apa sebenarnya yang terjadi pada hubungan kalian selama ini? apakah ada masalah sampai Kak Anta memilih untuk putus? apakah benar kalau Kak Anta tak cukup sabar menunggu Mbak Isma yang masih menempuh pendidikan? tetapi, bukannya terakhir ku dengar barusan bahwa Mbak Isma sudah lulus? atau justru Kak Anta memang terlalu baik, sehingga memilih untuk menikahi gadis yang bergerak terlalu liar dan tak terkendali seperti ku? sebab, ku pikir, Kak Anta tipikal orang pendiam, kaku dan rendah hati. sehingga, dia bukan orang yang mudah untuk berpaling hati bila sudah mencintai. dan bila sudah cinta, dia akan setia selamanya.
Ku teguk air mineral di meja, kali ini sampai penghabisan karena aku harus segera mempersiapkan segala sesuatu untuk masak. ku pikir perlu untuk kembali pada kenyataan yang real, bukan terus memikirkan perkataan orang hingga terus terjerumus dalam bayangan fantasi yang abstrak, yang membuatku makin terpuruk dalam prasangka-prasangka yang tak berujung.
Baru hendak bangkit dari kursi, seseorang mengetuk pintu depan. aku tak mau ambil pusing jadi langsung menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.
"Maaf, aku ke sini tiba-tiba. kamu tadi buru-buru sekali sampai meninggalkan keranjang sayur sendiri." Mbak Isma bicara dengan nada dalam dan berwibawa. seolah dia tak menaruh dendam akan kehadiran ku.
Dia datang dengan mata berbinar-binar dan wajah malu-malu, membawakan keranjang sayur ku yang ketinggalan di warung. dia tersenyum, astaga ... malunya aku karena terlihat sekali lalai dan ceroboh. dia menatapku dengan cara setengah menyelidik, mungkin agar aku menangkap isyarat dalam hatinya. isyarat yang paling murni dari seluruh ekspresi jiwa manusia.
"Terima kasih Mbak Isma, aku lupa kalau masak air, ku pikir akan belanja cepat tapi, sampai di situ malah kebingungan. maaf ya, jadi merepotkan begini." kataku sambil menyunggingkan senyum sopan.
Jawaban itu menimbulkan gelombang tawa dari Mbak Isma, "Belanja pertama kali memang suka buat bingung, apalagi kalau sudah lihat sayuran yang berderet. jadi lupa mau beli apa."
Saat Mbak Isma tertawa, aku menyadari bahwa dia memang secantik itu. suaranya yang lembut, halus sekali masuk di telingaku. dia, memang mirip dengan Kak Anta, kebaikan hati dan kebesaran jiwa yang mereka miliki... menyatu begitu harmonis dalam diri mereka masing-masing.
aku merasa senang karena rupanya Mbak Isma begitu terbuka untuk menerimaku selayaknya sahabat, tetapi di balik itu semua... terbesit juga rasa cemburu, cemburu karena aku tak bisa menjaga kesucian diri seperti Mbak Isma, yang membuat dirinya sangat bersahaja dengan karakternya yang baik dan terjaga.
"Tapi hebat loh, kamu masih muda tapi pandai masak, ya?! tidak banyak gadis seumuran kamu bisa berperan baik dalam rumah tangga."
"Tidak sehebat itu kok, Mbak." sahutku menyela. "Aku baru belajar masak. karena itu, tadi jadi melamun di warung sayur, aku tidak tahu harus masak apa." aku tersenyum simpul dengan ekspresi malu-malu.
"Oh, ya? ha ha! tenang saja, aku juga seperti itu dulu waktu seumuran kamu! tidak pandai masak, tapi sejak menempuh pendidikan dan harus tinggal berpisah dari keluarga, aku belajar masak. jadilah seperti sekarang!!" ucap Mbak Isma ramah sambil menaikkan sedikit bahunya. "Kalau mau, aku bisa mengajari kamu masak sekarang."
Rupanya dia melihat sikapku yang gugup. tapi, yang lebih mengejutkan, dia malah menawarkan bantuan agar aku tidak berasa lemah karena banyak kekurangan.
"Serius? kalau tidak merepotkan Mbak Isma, aku mau sekali... "
"Tentu saja tidak, mau mulai sekarang? atau bagaimana?"
"Kalau sekarang bisa?"
"Tentu saja!"
Begitu mempersilahkannya masuk, aku segera mengajak Mbak Isma ke pojok ruangan, tepatnya di dapur. aku tahu, Mbak Isma mungkin sudah mengenal dengan baik setiap penjuru ruangan di rumah ini, dan segera mengenalinya saat masuk. tapi, dia sangat menghormati ku dengan terus mengikuti langkahku dari belakang.
"Kamu sudah tahu kira-kira mau masak apa?"
"Ikan cabai merah, Mbak."
"Jangan," Larangnya, "Mas Reza tidak suka makanan pedas!"
"O-oh, maaf aku tidak tahu." jawabku gugup.
"Dia itu suka sayuran yang dimasak bening, terus ayam goreng biasa. kalau ada kecap manis, dia lebih suka. Oh, aku hampir saja lupa! kalau habis makan, Mas Reza itu suka makan buah. jadi kamu harus siapkan buah di meja makan."
Begitulah Mbak Isma menjelaskan masakan selera Kak Anta dengan detail yang begitu baik. tetapi anehnya, dia malah mengeluarkan sayuran yang ada di keranjang belanja miliknya sendiri. dan semua itu sama dengan segala bahan yang disebutkan olehnya barusan.
"Mbak Isma, benar-benar kenal Kak Anta dengan baik ya." jawabku sambil tersenyum.
"A-ah maaf Karunia. aku..."
"Tidak masalah Mbak, aku malah berterima kasih karena Mbak Isma begitu baik membantuku menyiapkan makanan untuk Kak Anta. jadi, sekarang aku mulai tahu bagaimana selera suamiku sendiri."
Aku mengagumi kebaikan Mbak Isma yang mau membantuku sekaligus caranya menjelaskan apa yang disuka dan tidak disukai Kak Anta. dia menampakkan kedekatannya yang sudah terjalin sangat baik dan dekat dengan kurun waktu yang sangat lama. akan tetapi, sekalipun begitu... aku tetap Istri Kak Anta, tetap ada perasaan yang mengganjal meskipun belum ada perasaan cinta.
"Nanti biar ku ganti uang belanjanya ya Mbak."
"Tidak, jangan pikirkan soal itu. kita langsung masak saja, ya?!" jawab Mbak Isma agak gugup, aku menyadari dia merasa canggung dengan tindakannya sendiri. namun, aku juga mengerti tidak mudah untuknya melupakan pria yang sudah menemani berpuluh tahun lamanya. tidak akan semudah itu...
"Karunia, minyak gorengnya habis. apa masih ada simpanannya?"
Aku mendongakkan kepala ke depan, menerawang sesuatu di lemari penyimpanan atas. "Sepertinya ada Mbak, di lemari atas sana."
"Oh, biar aku saja yang ambil."
Aku mengangguk untuk mengiyakan.
Tak lama setelah itu, Aku tak mendengar suara Mbak Isma lagi. dia terdiam agak lama, hanya berdiri mematung sambil memegang sesuatu. aku menyipitkan mata untuk memastikan.
"I-ini susu ibu hamil, ya? untuk siapa?" ucapnya dengan nada lambat tanpa sedikit pun seringai seperti tadi.
Aku tersenyum ke arahnya, "Untukku Mbak, Kak Anta yang belikan waktu itu."
"Kamu hamil?" tanyanya lagi dengan Ekspresi yang masygul.
Mbak Isma yang tadinya bersikap sangat ramah, Tiba-tiba langsung menutup diri dan mengabaikan ku. sesudah aku menjawab pertanyaan darinya. "Ya," tangannya gemetar seraya menaruh kembali kotak susu itu di meja masak.
"Karunia maaf, aku lupa kalau menghidupkan keran bak mandi. aku harus pulang sekarang." katanya sambil berlalu dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
pasti isma berfikir anta yg menghamili karunia.
2023-12-21
1
Ayunda Fadillah
ohh aku baru sadar, aku kemakan sama kata² manis ibu tadi😭
2023-06-02
2
Teh Yen
ada banyak kemungkinan d balik peristiwa anta Reza mau menikahi karunia ,,,tp aku jg engg setuju kalau karunia terlalu dekat dengan Isma bagaimana pun Isma adalah orang masa lalu suaminya tidak dapat d pungkiri cemburu itu ada walaupun blom ada cinta d antara kalian tp mendengar orang lain memuji d mengatakan apa saja kesukaan suami rasanya sakit aj gt ada orang yg begitu tau betul selera suami mu Kania
kenapa.isma kabur kaget yah skrng baru tau kenapa anta Reza bisa menikahi Kania secepat itu 🤭🤭biarlah kesalah pahaman itu biar isma menjauh dan bisa move on dari.anta reza
2023-05-12
3