Pencarian

Pintu menuju lorong belanga Jiwa tertutup rapat. Sebelumnya, Jun bisa membukanya dengan perjanjian darah, entah apa pun itu maksudnya. Ia lantas mencoba metode yang sama dengan menyayat pergelangan tangannya yang lain untuk membuat perjanjian darah.

“Anda tidak perlu melakukannya, Jun. perjanjian darah mengikat Anda selama berada di kuil. Anda bisa langsung memerintahkan pintu ini untuk terbuka. Seperti yang Anda lakukan saat memasuki lapangan tarung tadi,” kata Jin mencegah tuannya agar tidak menusuk telapak tangan lagi.

Gerakan Jun terhenti. Dia urung menyayat telapak tangannya sendiri, dan memilih untuk kembali menyimpan belatinya di pinggang.

“Pintu, terbukalah,” perintah Jun di hadapan pintu batu berukirkan simbol-simbol aneh.

Suara gesekan berat diikuti kepulan debu tebal menjawab perintah Jun tersebut. Pintu batu itu pun bergeser terbuka. Kegelapan lorong kembali menyambut Jun. Pemuda itu lantas menyambar obor baru yang digantung dekat sana. Obor yang sebelumnya sudah dia buang saat pertama kali melihat tubuh Brithon tadi.

Jun melangkah masuk, diikuti Jin dan tandu terbang berisi tubuh Brithon. Begitu ketiganya memasuki lorong, pintu batu di belakang mereka kembali bergeser tertutup. Jun tidak bereaksi apa-apa. Semakin lama terjebak di sana, pemuda itu semakin terbiasa dengan segala hal aneh yang ada.

Jun mulai menyusuri lorong gelap tersebut dalam diam. Langit-langitnya tidak terlihat sama sekali. Mungkin itu yang dimaksud Jin sebagai kegelapan tak berujung di belanga jiwa. Beberapa detik melangkah, kehadiran Jun mulai memikat roh-roh yang terjebak di dalam sana. Mereka mulai terbang berseliweran di atas kepala Jun sambil berbisik-bisik riuh. Suara yang tumpang tindih itu membuat Jun mendongakkan kepalanya untuk melihat ke atas.

“Bagaimana caraku menemukan Jiwa teman-temanku? Haruskah aku bertanya pada hantu-hantu ini?” tanya Jun kemudian.

“Mereka tidak akan menjawab Anda. Hantu-hantu ini terikat larangan yang membuat mereka tidak bisa dengan gamblang membantu manusia. Tapi, Anda memiliki bakat alami untuk melihat roh. Kemampuan itu yang diperlukan untuk mencari jiwa teman-teman Anda,” terang Jin.

“Bagaimana? Perintah apa yang harus kuberikan padamu?” tanya Jun lagi.

Akan tetapi, Jin menggeleng. “Di sini, sihir saya sama sekali tidak diperlukan. Anda bisa menemukan jiwa teman-teman Anda dengan kemampuan Anda sendiri. Itu adalah bentuk kekuatan yang sudah Anda miliki sejak lahir,” terangnya.

“Yang bisa kulakukan hanya melihat dan berbicara dengan hantu-hantu ini. Haruskah aku berteriak memanggil teman-temanku agar datang ke hadapanku?” sergah Jun mulai frustrasi dengan penjelasan Jin yang bertele-tele.

“Tentu saja tidak begitu cara kerjanya, Jun. Ruang dimensi ini tidak terbatas. Jiwa teman-teman Anda mungkin terjebak jauh di dalam sana hingga suara Anda tidak akan bisa terdengar. Sia-sia saja memanggil mereka dengan cara seperti itu,” jawab Jin datar.

“Jadi bagaimana?! Tidak bisakah kau memberitahu caranya saja dengan mudah dari pada bicara bertele-tele begitu?” sergah Jun mulai emosi.

Mereka bisa kehabisan waktu hanya gara-gara berdebat panjang lebar dengan hal-hal tidak penting seperti itu.

“Anda harus melakukan astral projection seperti tadi. Saya akan menjaga tubuh Anda di sini sambil mengikat jiwa Anda agar tidak terjebak dalam Belanga Jiwa. Sementara itu, Anda harus bisa memanggil energi teman-teman Anda setelah menyelam masuk ke dimensi tersebut. Salah satu teman Anda yang tadi berhasil menemui Anda pasti bisa membaca energi jiwa Anda setelah Anda memasuki gerbang jiwa,” terang Jin panjang lebar.

“Astral Projection? Bagaimana caranya? Tadi aku bisa seperti itu karena berada dalam kondisi nyaris mati. Haruskah aku membunuh diriku sendiri?” tanya Jun putus asa.

“Tidak perlu. Anda hanya perlu membuatnya demikian. Silakan duduk bersila dan atur napas Anda. Dengan metode kultivasi, Anda bisa memisahkan jiwa dan raga Anda sesuai kebutuhan,” ujar Jin tenang.

“Kultivasi?” Jun belum pernah berlatih hal itu sebelumnya. Meski begitu, pemuda itu tetap menurut dan mulai duduk bersila sambil mengatur napas. Entah kenapa gerakan itu terasa familiar.

“Maksudmu meditasi? Aku harus bermeditasi?” tanya Jun memastikan.

“Apa pun sebutannya, yang jelas Anda harus fokus pada jiwa Anda. Dengan begitu, Anda bisa mengaturnya sesuai keinginan,” terang Jin kemudian.

Di titik ini, Jun akhirnya paham. Ia memang sudah beberapa kali belajar teknik tersebut selama di Akademi. Selama ini Jun menggunakannya untuk memanggil arwah-arwah yang berada di luar jangkauan, dan bukan untuk mengeluarkan jiwanya sendiri dari dalam tubuh. Meski begitu, secara instingtif Jun bisa langsung tahu bahwa teknik yang dia butuhkan hanyalah kebalikan dari metode yang dia pakai sebelumnya.

Sambil duduk bersila, Jun mulai terpejam dan mengatur napas. Biasanya dia akan mulai fokus pada roh yang akan dia panggil dan menarik energi roh tersebut. Namun, saat ini yang dia lakukan adalah fokus pada energinya sendiri dan berusaha memanggil jiwanya agar keluar.

Di tengah kegelapan meditasinya, secercah cayaha kecil muncul dalam visi Jun. cahaya itu redup, jauh, dan sangat kecil. Jun merasa dirinya harus bergerak ke arah cahaya tersebut, sehingga ia pun mulai fokus menatap titik kecil itu. Semakin lama dia menguatkan energi, titik cahaya itu pun semakin membesar. Higga akhirnya, seluruh tubuhnya dilingkupi cahaya kekuningan.

Saat mencoba mengerjap dan membuka mata, Jun bisa melihat tubuhnya sendiri yang tengah duduk bersila dengan tenang. Ia juga bisa melihat tandu melayang yang berisi tubuh Brithon. Sementara itu, Jin terbang di depan tubuhnya yang tengah bermeditasi itu, tetapi arah tatapannya mendongak ke atas, ke tempat kesadarannya berada saat ini.

“Anda berhasil, Jun. Silakan memasuki kegelapan belanga Jiwa. Dan mohon berhati-hati. Saya akan menjaga tubuh Anda di sini,” ujar Jin menatapnya.

Mendengar kata-kata Jin, pemuda tersebut akhirnya menyadari bahwa dirinya sudah berhasil melakukan astral projection. Jiwanya sudah terpisah dengan raga. Kini dia pun mendongak ke atas, melihat kegelapan yang sangat dalam menantinya. Jun lantas mengangguk pelan pada Jin. Detik berikutnya, pemuda itu melontarkan dirinya memasuki kegelapan yang kelam itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!