Bebas

"Jadi bagaimana caranya keluar dari sini?" tanya Jun sambil berjalan mendekat ke pintu jeruji besi.

"Saya hanya didisain untuk membawa Anda keluar dari area reruntuhan, tetapi tidak berpindah dari ruangan ini ke tempat lain di sini," jawab Jin hampir seperti robot yang terus mengulang manual pemakaian.

Jun mendesis kesal. "Jadi tidak ada gunanya aku menemukan artefak berharga di reruntuhan ini!" rutuknya.

"Saya bisa membantu Anda untuk hal-hal lain di luar reruntuhan ini. Anda tidak perlu mencari teman-teman Anda lagi," saran Jin tanpa ekspresi.

Jun mendelik tajam ke arah makhluk berkulit biru yang mengabdi padanya itu. "Mereka ke sini untuk mencariku. Mereka datang karena khawatir padaku. Bagaimana mungkin aku meninggalkan mereka begitu saja," ujarnya geram.

Sang Jin membungkuk sopan. "Maafkan kata-kata saya yang menyinggung, Jun. Tapi bukankah tujuan Anda memang hanya untuk mendapatkan kekuatan saya? Sejak awal Anda tidak pernah meminta teman-teman Anda untuk datang ke sini."

Jun mengepalkan tangannya, menahan amarah yang mendadak bergumul di dadanya. Memang benar dia datang ke sini karena ambisinya pribadi. Sementara itu, Brithon, Alex dan Lana datang tanpa diminta. Apakah Jun harus bertanggung jawab atas keselamatan tiga temannya itu? Padahal dia sudah mendapatkan benda yang dia cari-cari selama ini.

Jun tidak akan direndahkan lagi. Kemampuan barunya itu akan membawa perubahan dalam hidup Jun. Dia bisa melakukan banyak hal setelah lulus nanti. Ia tidak perlu kembali ke rumah keluarga yang sudah membuangnya. Dia bisa langsung kembali ke Centerland dan tidak perlu lagi menambah masalah di reruntuhan itu demi mencari ketiga temannya. Ide itu melintas begitu saja di benak Jun, seolah menggodanya dengan bujukan licik yang terselubung.

Buru-buru pemuda itu menampar dirinya sendiri dengan tangan kanan. "Dasar sinting! Apa yang barusan kupikirkan!" seru Jun marah pada diri sendiri.

Sekali lagi Jun menampar pipi kirinya demi menjernihkan pikirannya dari nafsu menyesatkan. Jin yang melihat majikannya terus menyakiti diri segera terbang mendekat. Gerakan Jin cantik itu menimbulkan jejak asap yang terhubung dengan ujung lampu emas ajaib tempatnya bernaung.

"Apa yang Anda lakukan?" tanya Jin khawatir.

Jun menghentikan gerakan tangannya. Kedua pipinya kini memerah karena tamparan keras. "Bukan apa-apa," ujarnya sedikit tersengal. Ia lantas mendongak dan menatap Jin dengan tajam. "Baiklah. Kalau kau tidak mau membantu. Aku akan keluar dengan tanganku sendiri dan menyelamatkan teman-temanku," lanjut pemuda itu sungguh-sungguh.

Setelah mengatakan hal tersebut, Jun lantas menyambar tas ranselnya yang teronggok di lantai. Sambil berlutut, pemuda itu mulai mencari benda-benda tajam yang bisa digunakan untuk membuka jeruji besi. Tentu tidak banyak yang bisa dia temukan, mengingat ia tidak pernah menyangka akan terkurung di balik penjara besi. Namun, Jun tak menyerah. Ia mengeluarkan sebuah alat pengungkit berukuran sedang, lantas mencoba melebarkan rongga besi dengan memasang pengungkit tersebut secara vertikal.

Sia-sia. Jeruji besi itu terlalu kokoh untuk bisa dia bengkokkan dengan usahanya sendiri. Jun pantang menyerah. Ia mencoba segala cara hingga memakan waktu dua puluh menit lamanya. Selama itu pula Jin hanya menontonnya dalam diam. Sementara Jun sudah bersimbah peluh dan nyaris kehabisan tenaga.

"Apakah Anda benar-benar ingin menyelamatkan semua teman Anda?" tanya Jin akhirnya membuka suara.

Jun meliriknya dengan berang. Sambil mengusap peluh di keningnya pemuda itu pun lantas menjawab. "Tentu saja! Aku harus menyelamatkan mereka," jawabnya bersikeras.

"Walaupun ada kemungkinan saya akan kalah ditelan kegelapan? Anda bisa kehilangan saya kalau membangunkan sang kegelapan. Dan mungkin nyawa Anda sendiri," kata Jin menanggapi. Ekspresinya masih datar, tetapi nada suaranya lebih serius dari sebelumnya.

Jun menghentikan kegiatannya memukul-mukul jeruji besi dengan palu besar. Suara dentang berisik yang sebelumnya melingkupi ruangan itu pun, sejenak sunyi.

"Kalau memang itu resikonya, aku terima. Aku tetap harus menyelamatkan teman-temanku," jawabnya sungguh-sungguh.

Jin merespon jawaban Jun dengan membungkuk hormat. "Baiklah, jika itu keinginan Anda. Silakan memberi perintah. Mohon berikan perintah yang spesifik. Saya bisa muncul dengan menyesuaikan energi sihir Anda. Jika Anda kehabisan energi, maka saya terpaksa kembali ke dalam lampu emas. Mohon bijaklah dalam menggunakan saya," ucap Jin kemudian.

"Kau benar-benar akan membantuku?" tanya Jun memastikan.

"Jika Anda bersedia menerima resikonya, maka saya akan mengikuti keinginan Anda."

Jun mendesah lega. "Baguslah. Kalau begitu, bantu aku membuka pintu besi ini."

"Sihir transmutasi memakan lebih banyak energi dari pada sihir penciptaan. Akan lebih mudah jika Anda meminta sesuatu yang tidak memakan banyak energi, sehingga saya bisa bertahan lebih lama di luar lampu," saran Jin kemudian.

"Begitukah? Jadi mengubah atau menghilangkan jeruji besi ini boros energi. Itukah alasannya kau mengajakku langsung pergi dari sini dari pada bertarung di reruntuhan? Agar tidak perlu kehabisan energi?"

"Itu salah satunya. Kita juga baru saja bertemu, Jun. Energi kita belum selaras. Anda juga belum terbiasa menggunakan kemampuan saya. Perlu latihan yang cukup hingga Anda bisa memaksimalkan kekuatan saya."

"Aku mengerti. Jadi aku harus meminta sihir sederhana untuk membuatmu bertahan lebih lama," kata Jun sembari berpikir. Ia mengamati seluruh rangkaian jeruji besi di depannya dan berpikir benda apa yang harus dia minta agar dapat membantunya keluar. Pandangan Jun lantas jatuh pada gembok besi yang menggantung di luar pintu.

"Aku tahu. Berikan aku kunci untuk membuka pintu besi ini," pinta Jun kemudian.

"Keinginan Anda adalah perintah bagi saya," ujar Jin lantas menjentikkan jarinya di udara.

Sebuah kabut asap muncul di hadapan Jun diikuti bunyi plop pelan. Setelah asap putih bersemu ungu itu tersibak, muncul sebuah kunci kecil seukuran genggaman tangan. Jun langsung meraih kunci itu dan segera melesat ke arah pintu besi. Tangannya terulur keluar melalui rongga jeruji, lalu berusaha keras memasukkan kunci ke dalam gembok di luar sana.

Beberapa menit kemudian, gembok itu akhirnya berhasil dibuka. "Akhirnya! Kita bisa keluar!" serunya gembira.

"Berhati-hatilah, Jun. Sejak pintu ruangan ini terbuka, maka kegelapan yang menjaga tempat ini juga akan terbangun. Mulai sekarang Anda harus waspada," kata Jin memperingatkan.

Jun tersenyum simpul. "Baiklah," jawabnya ringan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!