Tutankhamun

"Jadi, bagaimana cara menghindarinya?" tanya Jun mulai gelisah. Kutukan jelas bukan keahlian Brithon. Jika temannya itu memang benar pergi ke arah sini, itu artinya masalah besar. Bagaimana seorang Brithon bisa mengatasi jenis kekuatan yang abstrak semacam itu.

"Sepanjang Anda tidak membangunkan raja dari makamnya, maka kutukannya tidak terlaksana. Masalahnya, kunci untuk membuka ruangan selanjutnya tesimpan di dalam peti mati Raja Tutankhamun. Jika Anda tidak mendapatkan kunci tersebut, maka Anda tidak bisa melanjutkan perjalanan keluar dari tempat ini," terang Jin.

Jun berdecak kesal. "Aku merasa seperti memasuki dunia game. Apa ini semacam permainan survival God of War?" rutuknya.

Jin tidak menjawab. Mungkin dia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh Jun.

"Jadi apa kau puny aide untuk bisa mengambil kunci itu? Kau sepertinya memahami seluk beluk reruntuhan ini, Jin," lanjut Jun bertanya.

"Maaf, Jun, tapi saya tidak memiliki kapasitas untuk memberi saran sampai sejauh itu. Kemampuan saya terbatas pada mencocokkan perintah langsung Anda dengan energi yang kita miliki," jawab Jin tenang.

Jun mendesis kesal. "Jadi aku hanya bisa memiliki kekuatanmu, tetapi tidak kecerdasan dan pengetahuanmu?"

"Anda boleh menganggapnya demikian."

Pemuda itu kembali menghela napas. Ia memang menemukan artefak kuno luar biasa. Akan tetapi, pada kenyataannya, kekuatan itu pun tetap dibatasi. Ia harus cukup cerdik untuk memanfaatkan kemampuan Jin yang penuh aturan itu.

Karena tidak punya ide lain, Jun akhirnya memilih untuk melangkah maju. Setidaknya dia harus menjelajahi tempat itu dan memeriksa kalau-kalau ada petunjuk yang ditinggalkan. Dengan sorot lampu senternya, Jun mulai memeriksa. Tempat itu berdinding batu dengan kubah tinggi melengkung mirip ceruk gua. Sebuah peti batu besar menjulang di tengah ruangan. Panjangnya mungkin sekitar tiga meter dengan lebar satu sampai satu setengah meter.

Jun berjalan mendekat, mengamati seluruh sisi peti berbentuk persegi panjang itu. Seluruhnya terbuat dari batu. Sisi-sisinya diukir dengan banyak gambar yang menyerupai huruf Hieroglif. Selama apa pun dia mengamati, Jun tetap tidak bisa memahami arti gambar-gambar tersebut.

"Ini membuatku frustrasi," keluhnya lelah.

Setelah beberapa menit mencermati bentuk peti batu, Jun mulai memeriksa ke sekitar. Ruangan luas itu sepertinya kosong. Setidaknya menurut Jun begitulah kondisinya mula-mula. Namun kini, banyak tulang-tulang dan kerangka manusia yang bertebaran memenuhi lantai. Sebagian besar bersandar di dinding ruangan. Jun bertanya-tanya kenapa mereka bisa mati seperti itu. Apakah karena terkena kutukan mayat Raja Tutankhamun?

"Jin, bagaimana persisnya kutukan ini bekerja?" tanya Jun kemudian.

"Itu seperti wabah yang keluar dari tubuh Raja saat terbangun," jawab Jin.

"Wabah?" Jun bertanya.

Bagaimana Brithon bisa keluar dari tempat ini? Jun mencoba menelusuri seluruh sudut ruangan, berharap mungkin Brithon hanya sedang berisitirahat di sekitar sana. Namun, tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Hanya tulang belulang. Jelas tidak mungkin Brithon berubah menjadi tulang hanya dalam wakut singkat.

"Baiklah. Kalau memang tidak ada cara lain, kita buka saja makam sialan itu," ujar Jun setelah cukup lelah berpikir.

Pemuda itu kembali berjalan mendekati peti batu yang tertutup rapat. Sepertinya tidak akan mudah membuka peti itu, mengingat penutupnya berupa batu tebal yang berat. Akan tetapi, dia memiliki Jin di sisinya.

"Jin, tolong buka peti batu ini," perintah Jun.

"Keinginan Anda adalah perintah bagi saya," jawab Jin.

Makhluk itu lantas menjentikkan jarinya. Dari telapak tangannya kemudian muncul semacam serbuk biru berkilau yang bergerak perlahan melingkupi permukaan peti batu. Suara gesekan berat terdengar dan Jun bisa melihat peti itu terbuka secara perlahan.

Sesosok mumi yang terbalut kain menyambut pandangan Jun. Ia menyorotkan senternya dengan hati-hati ke arah tubuh sang raja yang sudah mongering dan terikat rapat oleh kain putih yang usang. Namun, Jun sama sekali tidak bisa melihat sebuah kunci di sana.

"Di mana kuncinya?" tanya Jun.

"Di dalam genggaman raja yang terbalut kain," jawab Jin tenang.

Jun menoleh ke arah Jin biru cantik di sebelahnya sambil mendelik. "Jadi kita harus membuka kain pembebat mayat ini?" tanyanya shock.

Melihat mumi kering saja sudah cukup memuakkan. Ditambah aroma balsam dari herba kuno yang menyengat membuat perut Jun mual. Baunya seperti kayu lapuk bercampur tanaman busuk yang disimpan terlalu lama.

"Anda, yang harus membukanya sendiri, Jun. Aura sihir sang raja masih tertinggal di tubuhnya, sehingga saya tidak bisa menyentuhnya dengan kekuatan saya."

Jun menghela napas panjang. "Merepotkan sekali," gumamnya.

Sayangnya, karena tidak ada cara lain, akhirnya pemuda itu pun terpaksa melakukannya. Dia meletakkan senter di atas lempeng batu penutup peti yang hanya setengah terbuka. Sambil mengernyit jijik, Jun pun mulai membuka lembaran-lembaran kain penutup yang memang sudah longgar dari jasad Raja Tutankhamun.

"Biarpun dulunya raja, tapi tetap saja, setelah mati wujudnya menjadi sangat mengerikan," gumam Jun sembari sesekali menoleh ke wajah sang raja yang tidak tertutup kain. Pemuda itu bergidik, lantas mempercepat kegiatannya membuka balutan di bagian tangan.

Akhirnya, setelah bermenit-menit menahan diri dari rasa mual luar biasa, Jun pun menemukan benda yang dia cari. Sebuah kunci emas berkilau di dalam genggaman tangan sang raja. Buru-buru pemuda itu meraihnya, tetapi rupanya mayat raja itu sudah sangat kaku hingga membuat genggaman tangannya di kunci itu begitu kuat. Jun tidak bisa mencabutnya begitu saja.

Akan tetapi, Jun menolak menyerah. Dia tarik kunci itu sekuat tenaga, tanpa mempedulikan apa yang terjadi selanjutnya.

"Hati-hati, Jun. kalau Anda merusak tubuh sang raja, maka–"

Belum selesai Jin bicara, mendadak terdengar suara krak keras dari dalam peti. Baik Jun mau pun Jin langsung terdiam membeku. Pemuda itu memang akhirnya berhasil mendapatkan kunci emas yang tergenggam erat dari jasad Tutankhamun. Akan tetapi, sebagai gantinya, tiga jari kanan mayat raja tersebut patah karena tarikan Jun yang terlalu kuat.

"Jin ... apa yang terjadi kalau aku tak sengaja merusak tubuh raja?" tanya Jun hati-hati.

"Dia akan terbangun," jawab Jin datar.

Tepat pada saat itu, kepala mumi Tutankhamum mendadak bergerak menoleh ke arah Jun, diikuti dengan suara raungan marah yang menggelegar sangat keras. Sontak Jun ikut berteriak kaget hingga limbung dan jatuh terjerembab ke belakang.

Di tengah keterkejutan itu, mumi Tutankhamum, mulai bangkit berdiri dari atas peti batunya yang setengah terbuka. Jun harus segera kabur dari sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!