Jika biasanya Salma akan cuek dengan segala tingkah Alfindra di luaran sana. Berbeda dengan kali ini, ia sudah benar-benar kehilangan Alfindra. Dan hari ini sengaja ia mengambil cuti untuk mengunjungi orang tua kekasihnya. Kekasih? Apakah mereka masih bisa disebut sepasang kekasih sementara Alfindra sudah mengeluarkan ulti kalau hubungan mereka sudah berakhir?
Sepanjang jalan, Salma terus menyusut sudut matanya yang berair. Mobil melaju pelan menuju kediaman orang tua Alfindra. Hingga satu jam lebih perjalanan, sampailah mobil fortuner putih itu di gapura perumahan yang sangat asri. Rumah kediaman orang tua Alfindra jauh dari hiruk pikuknya polusi jalan.
"Maaf Neng, cari siapa?" tanya Satpam jaga saat Salma menepikan mobilnya dan turun tepat di depan rumah berpagar tinggi milik keluarga Dominic.
"Saya mau bertemu Om Dominic sama Tante Silvia, bisa Pak? Bilang saja Salma datang."
"Sebentar kalau begitu, Neng!" Satpam berlalu, sementara Salma bersandar di samping mobil menunggu.
Tak berselang lama, Silvia keluar menghampiri Salma.
"Salma..."
"Tante..."
Mereka berpelukan sambil cipika cipiki kemudian Silvia mengajak kekasih putranya itu masuk ke dalam rumah.
"Kamu nggak bareng Alfin?" tanya Silvia membuat Salma terheran. Sebab tujuan Salma datang kesini adalah untuk menanyakan Alfindra, apa benar laki-laki itu sudah menikah?
"Justru Salma kesini mau tanya soal Alfin, Tante. Boleh?"
"Ayo masuk kalau begitu, kita ngobrol di dalem. Kamu udah makan siang?" tanya Silvia dibalas gelengan kepala oleh Salma.
"Yaudah makan siang bareng dulu, kebetulan Om Dominic lagi ngurus bisnis ke luar sama Zion jadi... Ya kamu tahu lah, sejak dulu Alfindra nggak mau mengurus bisnis keluarga, dia punya bisnis sendiri jadi apapun yang dia lakukan di luar sana itu bukan atas kendali kita, aku dan suamiku." Silvia membimbing Salma ke meja makan, lalu mengajak gadis itu makan siang bersama.
"Makasih Tante sebelumnya," seru Salma merasa masih punya harapan dan jalan.
Silvia tersenyum simpul seraya menyiapkan makan siangnya, "Tante gak sabar tahu, buat lihat Alfindra nikah sama kamu!"
"Oh ya, Tante? Gimana kalau Alfindra punya pilihannya sendiri?" tanya Salma membuat raut muka Silvia mendadak berubah.
"Tante tahu kalau dia sangat mencintai kamu."
Namun, kenyataan yang terjadi sekarang lebih rumit. Salma berharap hubungannya dengan Alfindra masih bisa diperbaiki dengan jalur orang tua Alfindra, akan tetapi mendengar perkataan Silvia membuat Salma yakin kalau kekasihnya itu hanya menggertaknya.
Salma menikmati momen makan siangnya dengan Silvia, setelahnya mereka duduk mengobrol santai di taman belakang.
"Tante gak kepengen ke rumah Alfin?" tanya Salma tiba-tiba.
"Tante masih belum sempet, dia juga bilang sibuk terus kalau disuruh pulang!" curhat Silvia.
"Bang Zion? Om Dominic?" tanya Salma membuat Silvia menggeleng.
"Mereka juga jarang bertemu sama si bungsu, Alfindra itu susah! Pernah Tante datengin rumahnya tapi itu anak malah nginep di tempat Madel." keluh Silvia.
Sejurus kemudian, ia menatap Salma memicing curiga, "kalian nggak lagi sedang berantem kan? kalian masih pacaran kan? Jangan bilang..."
Salma menunduk, mungkin ia harus memanfaatkan Tante Silvia untuk memperbaiki hubungannya dengan Alfindra.
"Maaf Tante," gumam Salma.
Silvia menoleh, "anak itu ngapain kamu Salma? Ih jangan mewek, biar besok tante omelin dia kalau ketemu. Atau Tante bakalan kesana tanpa kasih kabar lebih dulu biar itu anak nakal gak bisa kabur kalau diomelin."
"Enggak ngapa-ngapain Tante, cuma kan Tante tahu sendiri kesibukan aku jadi dokter kaya gimana? Alfin kayaknya marah karena itu, dia bahkan sampai harus bohong dan bilang kalau udah nikah," aku Salma tentu membuat Silvia terkejut sekaligus syok.
"Nikah? Mana ada. Alfin belum nikah kok, orang Tante sama suami gak tahu, apalagi Zion."
"Tapi kenyataannya begitu Tante, mungkin karena marah." Dalam hati Salma bersorak girang, saat kedua orang tua Alfindra tak mengiyakan perkataannya, itu artinya Alfindra kemungkinan besar hanya berbohong.
Puas meluapkan semuanya paca calon mertua, Salma pamit pulang, ia benar-benar lega sekarang tahu fakta dari orang tua Alfindra kalau laki-laki itu sebenarnya belum menikah.
***
Meski dengan tertatih-tatih karena rasa perih di bagian tubuhnya. Almira tetap keluar villa untuk tak melewatkan keindahan hamparan kebun teh di depan sana. Matahari masih malu-malu padahal waktu hampir siang. Alfindra memilih duduk bersantai di depan bersama secangkir kopi kitam dengan asap masih mengepul, tentu saja buatan Almira.
"Masih sakit? Kalau gak kuat jalan istirahat aja di kamar. Besok jalan-jalannya." Masih dengan wajah datar, sambil terus menatap layar ponselnya.
Almira mendesis sebal, "gara-gara, Mas!"
"Hm." kali ini hanya sautan singkat yang Almira dengar. Lagi masih fokus pada layar pipih untuk membaca laporan kerja dari Madel.
"Ck!" Almira menekuk wajahnya, memilih berjalan ke arah perkebunan teh yang membuatnya tersenyum lebar. Tak lupa ia mengabadikan momen jalannya dengan berselfie ria dengan berbagai pose.
Alfindra berdehem, memilih menatap Almira dari kejauhan. Nyatanya, semua diluar ekspetasi dan pikirannya.
Alfindra pikir, ia tak akan melakukan hal sejauh ini dengan Almira. Namun, melihat raut ketakutan di wajah Almira kembali menyentil hatinya yang paling dalam. Sudah lama, ia tak merasakan menjadi seseorang yang dibutuhkan, sejak Salma sibuk dengan urusan pekerjaan, Alfindra merasa dunianya hambar. Lalu ketertarikannya dengan sosok Hana yang ternyata hanya sebatas obsesi hingga berakhir menikah dengan Almira, wanita yang memiliki magnet tersendiri untuk menariknya mendekat.
"Ehm, ngapain sih foto-foto? Kamu belum pernah kesini?" tanya Alfin nyinyir. Sebenarnya ia hanya bingung memikirkan topik ketika mengobrol dengan Almira, canggung sudah jelas apalagi membayangkan adegan beberapa jam lalu saat mereka sama-sama polosan.
Almira tak menjawab, hanya melirik cemberut ke arah suaminya.
"Kalau suami nanya itu dijawab!" Alfindra menarik kepala Almira dan menyembunyikannya di ketiak.
"Mas ish, jorok," dumelnya.
"Salah sendiri!"
"Salah Mas lah, nyinyir. Emang kenapa kalau aku belum pernah kesini?" Almira mencoba melepaskan diri akan tetapi tangan kekar itu sudah lebih dulu melingkar erat di pinggang.
"Lepas, Mas! Malu ah diliat orang-orang," seru Almira. Apalagi ada beberapa penduduk desa jauh disana sedang memanen pucuk daun teh.
Meninggalkan Alfindra, Almira memilih berlari kecil menuju jembatan papan-papan kayu yang terlihat estetic. Dan lagi-lagi ia mengabadikan momennya sendiri disana. Bukan hanya itu, diam-diam Almira juga mencuri beberapa foto candid Alfindra yang tampak keren.
"Ayo foto, Mas?" ajak Almira mengerjapkan mata, berharap Alfindra mau mendekat dan foto bersamanya.
"Buat?" tanyanya dengan dahi mengkerut.
"Buat dipasang di kamar lah, emangnya Mas mau terus menerus masang fotonya kak Hana," sindir Mira sinis.
"Kenapa? Gak boleh? Cemburu?"
"Enggak lah, enak aja. Ngapain aku cemburu, yang ada kamu tuh Mas yang cemburu sama Bang Rayyan!" desis Almira sebal.
Alfindra mendekat dan merebut ponsel Almira. Mengarahkan kamera ke wajah mereka berdua, senyum sumringah terukir jelas di wajah bulat cubby Almira membuat Alfin yang memegang ponsel tak fokus dan malah menoleh ke arahnya.
Cekrekk...
Foto candidnya bersama Almira terlihat so sweet, mata yang saling menatap dan tubuh yang terkesan sangat dekat membuat Almira tersenyum puas. Namun, tiba-tiba Almira ingat sesuatu. Sesuatu yang terus mengusik pikirannya tentang siapa wanita yang bersama Alfindra kemarin.
"Mas..."
"Hm?" Alfindra menoleh.
"Wanita yang kemarin jalan sama Mas Alfin siapa?" tanya Almira lirih. Mendadak suasana menjadi mellow.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Widi Andriani
suka karakter almira gak gampang di tindas malah alfian yg klojotan hehehheee
2023-12-04
3
𝓐𝔂⃝❥ℛᵉˣиσνιє⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽𝐀⃝🥀
Tunggu nanti dulu kenapa Mira,iihh merusak suasana saja.
2023-08-09
1
.
baru juga mulai romantis eh malah mancing buat keluar sifat kejamnya
2023-06-01
0