Baru juga bo kongnya nempel di kursi, menyeruput dikit minumannya dan ngobrol ngalor ngidul belum sempat curhat satu bab sama Caca. Bambang masuk dengan dalih Tuannya menyuruh Almira pulang, apa gak aneh?
Jangan-jangan suaminya sengaja meminta Bambang melapor semua yang Almira lakukan termasuk tanpa sengaja bertemu Rayyan. Ah, memikirkan hal itu membuat Almira pusing tujuh keliling, yang ada di otaknya saat ini adalah bagaimana Alfindra begitu marah dan menyebalkan saat membahas soal Rayyan. Padahal jelas, Almira dan Rayyan hanya sebatas mantan atasan dan bawahan.
"Kamu melapor ke Mas Alfindra?" tuduh Almira.
Bambang mengangguk singkat, sebenarnya bukan niat hati ingin melapor. Bambang hanya menjawab telepon Alfindra dan mengaku jujur mereka sedang berada dimana.
"Maaf Nona! Tuan bukan melarang anda pergi dengan teman anda, tapi--" Bambang melirik sungkan ke arah Rayyan. Merasa dilirik sontak Rayyan menunjuk dirinya sendiri.
"Saya? Ada yang salah dengan keberadaan saya disini?" Tanya Rayyan sinis.
Caca terkekeh pelan, "jangan-jangan suamimu cemburu sama Pak Rayyan?" Godanya.
"Ishh, nggak mungkin."
"Ehm, mana mungkin? Saya saja nggak tau suami Almira yang mana." Rayyan menatap Almira dan Caca bergantian, kemudian beralih ke Bambang.
"Pengawal kamu pasti yang melapor!" tuduhnya ikut-ikutan.
Bambang memegang tengkuk tak nyaman, masih di posisi berdiri karena Almira seolah malas untuk segera menurut pulang.
"Atau dia pasang alat penyadap di tubuhmu? Cincin misalnya, atau di anting, gila ya masa sama istri sendiri gak dipercaya," seru Rayyan membuat Almira sontak memperhatikan cincin bahkan mengambil kaca kecil dari tasnya untuk memperhatikan anting yang sedang dipakai.
"Nggak mungkin, kurang kerjaan banget Mas Alfindra!" kekehnya tak terpengaruh dengan ucapan Rayyan.
"Fix suami kamu cenayang!" seru Caca.
"Nona sebaiknya kita pulang sekarang," potong Bambang.
"Bentar Bam, mubazir nih makanan. Lagian darimana mas Alfin tahu juga kalau nggak dari kamu,--" Sinis Almira.
"Tuan menelpon, dia memasang alat gps di mobil," aku Bambang.
"Wah wah, besok-besok kalau pergi naik ojol aja, Mir. Dan jangan ajak Bambang," seru Caca merasa kesenangannya dengan Almira terusik.
"Ca, ikut pulang aja. Nanti baliknya biar dianter Bambang gimana?" tawar Almira diangguki antusias oleh Caca.
"Saya boleh ikut?" tanya Rayyan. Ia masih gencar mendekati Almira meski sudah tau si gadis pujaan sudah bersuami.
"Nggak!" kali ini bukan suara Bambang melainkan Almira dan Caca kompak menolak.
"Dasar kalian, awas saja nanti saya pecat."
"Kan aku emang udah gak kerja sama abang, wleee..."
***
Almira pulang ke mansion bersama Bambang dan Caca. Sampai di mansion kembali dikejutkan dengan keberadaan Nilam yang menungguinya pos satpam jaga.
"Astaga Almira!" Nilam menghambur memeluk Almira.
"Nilam? Kamu bisa tahu aku tinggal disini?" tanya Almira.
Nilam sedang berdrama, sementara Caca yang pada dasarnya sudah tahu hanya mendekus sebal.
"Ayo masuk!" ajak Almira, sempat melirik sekilas pada Caca dibalas kode-kode dengan mata mengerjap.
"Kamu kenapa? Sedih gitu?" tanya Almira setelah mempersilahkan Caca dan Nilam duduk. Nilam masih sesegukan, lalu mendongkak menatap Almira.
"Aku diusir dari rumah," akunya. Dalam hati bersorak karena bakat aktingnya yang lancar tanpa hambatan. Tidak tahu, bahwa sebenarnya Almira sudah mengetahui kalau sahabatnya itu sedang berdrama.
"Wahhhh, kenapa tuh?" tanya Caca.
Nilam menoleh lesu pada Caca, "aku nggak mau dijodohin, Mir. Please tolongin, bisa gak numpang tinggal sama kamu."
Kenapa? kenapa lagi ini? Batin Almira diliputi tanda tanya besar.
"Aku nggak bisa Nil, sorry. Aku aja cuma numpang disini," seru Almira. Nilam tampak kecewa, padahal ia penasaran dengan cerita Hana dan ingin mencobanya juga. Siapa tahu pesona polosnya berhasil bikin suami Almira terkesima.
"Kalau kamu bener-bener butuh tempat kabur, kosan aku nganggur. Kamu boleh numpang sementara disana," seru Caca.
"Temen Almira kan temenku juga, kalau kamu mau sih. Lagian tadi suami Almira bilang, kalau besok mereka mau berangkat bulan madu. Masa kamu mau ngintil? Kan gak asyik," bohong Caca membuat Nilam seketika menekuk wajah menahan emosi. Tak tahukah Caca seseorang kini tengah mengamati layar tablet dengan senyum menyeringai.
Siapa lagi kalau bukan si cenayang Alfindra, baru kali ini ia setuju dengan pemikiran teman Almira. Apa harus begitu? Membawa Almira pergi kemana barang sebentar agar lebih tenang dalam pendekatan.
"Del, kamu urus lah perusahaan dua hari." Tiba-tiba Alfindra memanggil Madel. Bukankah setiap hari Madel juga selalu mengurusi perusahaannya?
"Tuan mau kemana memang?" tanya Madel pelan, takut dikata kepo atau apa.
"Saya mau jalan sama Almira, ehm kemana kira-kira saya membawanya pergi? Kamu ada usul Madel?" tanya Alfindra.
Madel pikir pria itu akan memarahinya karena kepo urusan suami istri.
"Ke puncak Tuan, udara disana sejuk dan jauh dari polusi. Yang jelas terjamin ke asriannya. Atau Tuan mau yang jauh? Lombok, Bali, Maluku, Papua?" tawar Madel.
"Ngapain sampai Papua?" ketusnya.
"Kan kali aja Tuan pengen yang anti mainstream."
"Sia lan kamu!" desisnya.
"Besok saya ajak Almira ke puncak," putus Alfindra.
"Nggak mau sekalian bulan madu, Tuan?" tanya Madel langsung mendapat pelototan tajam dari Alfindra. Namun, Alfin sama sekali tak menjawab perkataan Madel karena untuk bulan madu, ia masih belum yakin akan berjalan menyenangkan.
"Saya pulang!" putus Alfindra membuat Madel semakin melipat dahinya keheranan.
"Tapi Tuan ini baru jam tiga?"
"Saya boss-nya, suka-suka saya." Alfindra bangkit tanpa berminat menanggapi Madel. Memilih keluar ruangan dan masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai bawah.
Alfin mengetuk-ngetuk pintu lift tak sabar. Sampai di bawah, tepatnya pintu keluar lobi matanya membola demi melihat siapa yang datang.
"Al..." sapa seorang gadis dengan setelan sneli putih yang masih melekat di tubuhnya.
"Hm? Ngapain kamu kesini?" tanya Alfindra datar.
"Aku kangen," aku gadis itu mendekat.
"Ayo kita jalan-jalan, aku kangen kamu. Maaf selalu sibuk sampai aku jarang ngabarin kamu bahkan gak lagi perhatian sama kamu. Maaf Alfin sayang," aku gadis itu lagi dengan wajah sesal.
"Sudah?" tanya datar Alfindra.
"Fin!" tegur gadis itu masam.
"Aku udah rela ninggalin kerjaan aku demi nyamperin kamu kesini lho, setidaknya hargai effort aku," cicitnya pelan.
Sontak Alfindra merogoh saku celananya untuk mengambil dompet, ia membukanya dan meraih segepok uang cash yang ada di dompet lalu dengan tatapan dingin menyodorkannya ke hadapan Salma.
"Dokter Salma yang terhormat, segini cukup untuk membayar effort-mu hari ini?" tanya Alfindra sepaket dengan wajah datar bin dingin.
"Al kamu tuh,--" Salma tak melanjutkan kalimatnya saat tangan Alfindra mengudara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Henimy
siapa lagi tuh salma.?!
2023-12-07
1
𝓐𝔂⃝❥ℛᵉˣиσνιє⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽𝐀⃝🥀
Ini toohh wanita pertama yang masuk ke kantor Al..? 🤔
2023-08-09
2
Kiηg__ᴰ
woahhh
2023-06-16
0