"Pa, papa tahu? Anak buah CEO buncit itu mengejarku sampai ke Bali. Sial, mereka bahkan memukul habis Wildan," keluh Hana di sambungan telpon.
"Ck! kau akan menyesal Hana, kan sudah papa bilang King Alfindra bukanlah pria berbadan buncit. Papa akan kirim foto pernikahan Almira, agar mata minusmu itu bisa melihat dengan jelas."
"Papa, kenapa jadi memarahiku. Masih bagus Almira mau menikah karena paksaanmu. Cih, adikku yang malang," seru Hana setengah mencibir.
Anton memutus panggilan sepihak, lalu mengirimkan foto pernikahan Almira meski sederhana tentu pesona King Alfindra tak bisa diragukan.
Dibanding dengan sang kekasih yang pas-pasan. Kini, Hana mati kutu dibuat menyesal.
"O m g... Secakep ini, gila hoki banget Almira! Tahu gitu aku aja yang nikah. Ngapain repot-repot kabur demi Wildan yang malah nyusahin gini!"
"Apa kamu bilang?" Wildan rupanya sudah berada di belakang Hana membuat gadis itu memekik kaget.
"Kamu kenapa tiba-tiba nongol, ngagetin aja. Ini Yang, aku lagi lihatin foto Almira sama suaminya. Cocok banget ya mereka?" tanya Hana.
Wildan yang memang tidak tahu apa yang terjadi hanya mengangguk, "iya kok si Almira nikah duluan? eh tapi cocok."
Pujian Wildan tentu semakin membuat Hana mati kutu, cih jika dia tahu laki-laki seperti Alfindra merebutnya dari Wildan. Apa bisa ia masih memuji suami Almira seperti itu?
"Tadi itu siapa? Orang-orang papamu?" tanya Wildan meringis menahan sakit. Tentu ia menebak orang-orang tadi adalah suruhan Anton mengingat papa Hana kurang suka dengannya.
"Kayaknya bukan!" Hana sibuk memainkan ponselnya. Sebenarnya, Hana sedang mengatur siasat merebut Alfindra. Haruskah ia menyerah pada orang-orangan tadi dan minta diculik?
"Kalau bukan berarti udah boleh dong aku bawa mama papa buat melamar kamu ke rumah."
Hana mencebik, "kenapa jadi ngebet. Sabar dong, Almira baru nikah. Kalau kita nikah kok kesannya adikku nikah duluan karena accident. Kasih jeda lah, satu tahun lagi."
"What!" Wildan terkenjut.
"Kita udah tidur bareng lho, gimana kalau jadi bayik?" Wildan memang sebreng sek itu, tapi dia setia dengan Hana dan hanya mencintai gadis itu.
"Ck, bayik?" batin Hana frustasi. Ia lupa kalau sudah menyerahkan mahkotanya pada Wildan liburan ini, tanpa pikir panjang. Tanpa melihat seperti apa kehidupan Almira.
"Oke gak papa, fine! Tenang Hana, belum tentu juga dia mempermasalahkannya. Yang penting kamu cukup datang, gunakan sedikit trik untuk memohon dan selesai. kamu akan menggantikan Almira menjadi wanita kesayangan Alfindra. Toh sedari awal, yang laki-laki itu inginkan adalah Kamu, Hana Araya." Hana berusaha tersenyum, meyakinkan dirinya sendiri.
"Kita pulang aja, kayaknya mau kemanapun aku pergi gak akan aman buat kamu. Aku cuma jadi beban deh, lihat aja sepulang nanti. Aku akan bikin perhitungan sama orang-orang itu, sudah bikin sayang bonyok gini." Hana menatap sejenak wajah Wildan yang lebam, lalu mengusapnya pelan membuat laki-laki itu tersenyum senang.
Tak tahukah Wildan, saat ini Hana sedang memikirkan cara licik untuk pergi darinya?
Pesawat singa air Bali - Jakarta sebentar lagi akan take off. Hana mengganti ponselnya ke mode terbang, lengkap dengan Wildan yang terus memegangi tangannya seolah takut gadis itu akan hilang.
"Padahal libur aku masih tiga hari lagi, sayang baru dua hari kamu ngajak pulang!" keluh Wildan.
"Ya gimana, demi keselamatan kamu." Hana menatap keluar jendela, tak sabar untuk sampai di Jakarta. Bahkan Hana tak menikmati pemandangan bawah sana, hanya fokus memikirkan rencana dan rencana.
***
Almira mematut diri di cermin, gaun hitam selutut dan tas kecilnya. Mengikat cepol rambut agar tak terlihat bekas potongan yang berantakan. Lantas keluar mansion bermaksud memesan taksi online.
Namun, baru selangkah keluar mansion mewah itu. Sebuah mobil hitam terparkir di halaman depan. Dua pengawal menghampirinya.
"Mari Nona, Tuan Alfindra mengutus kami untuk mengantar anda kemanapun anda pergi." Pengawal satu membungkuk, sementara satunya memundurkan mobil agar Almira tak terlalu jauh melangkah.
"Hah? Tapi aku sudah pesan taksi online, kenapa gak bilang dari tadi?"
Jika biasanya wanita lain akan menolak mentah-mentah untuk pergi dikawal, tidak dengan Almira. Dia type manusia yang penurut apalagi itu atas perintah Alfin. Itung-itung kalau kemana bawa pengawal, ia akan hemat ongkos dan berasa dilindungi.
"Ke atm dulu deh, Mas!" Pinta Almira saat mobil hitam itu mulai merangkak meninggalkan mansion.
"Aduh, Nona! Panggil kami nama saja, Bambang dan Budi! Saya Bambang dan yang nyopir ini Budi. Nanti Tuan Alfin bisa marah kalau Anda memanggil kami semanis itu." Bambang yang duduk di samping Budi mengutarakan maksudnya.
"Hah? Tapi..."
"Please Nona demi keselamatan dompet dan hidup kami," mohon Bambang.
"Ya, baiklah." Almira akhirnya mengalah, sebenarnya toh mau dipanggil Mas atau Pak, tak masalah karena Bambang umurnya jauh diatasnya. Namun, mengingat kekejaman Alfin membuat Almira memilih tak menyeret orang lain karena ulahnya.
"Sampai Nona." Bambang turun membukakan pintu, ia sudah mengikuti langkah Almira yang masuk ke ruang penarikan uang.
"Ngapain ngikutin, mau ngintip pin ya?" selidiknya membuat Bambang meringis.
"Saya harus memastikan anda aman, Nona!"
"Tapi ya gak ikut masuk juga, tunggu aja di luar Bam!"
"Oke Nona!"
Keluar dari Atm, Almira minta diantar ke salon. Mungkin, dua pengawal suruhan Alfindra patut diberi penghargaan. Mengawalnya berjam-jam, bahkan menungguinya di salon. Almira sengaja melakukan perawatan. Ia bukan gadis yang tak tahu tentang mani pedicure, creambath, dan segala perintilan salon. Almira sangat tahu, hanya saja selama ini terkendala biaya.
Melihat isi atm-nya membuat gadis itu tersenyum penuh arti. Bahkan Alfindra menyiapkan uang sebanyak itu hanya untuk kebutuhannya. Tapi begitu selesai, mendadak Almira berfikir, jangan-jangan ada udang di balik batu?
"Tuan, Nona melakukan penarikan sejumlah uang!" lapor Madel. Saat ini mereka tengah berada di sudut bandara Soetta.
"Biarin saja!"
"Apa masih mau menunggu Nona Hana disini, Tuan?" tanya Madel mengingat sejak setengah jam yang lalu Alfindra memgajaknya ke bandara saat tahu anak buah di Bali melapor kalau hari ini Hana akan pulang ke Jakarta.
Baru saja mengatupkan bibirnya, Madel melihat sosok Hana berjalan diikuti seorang pria yang menyeret koper berusaha mensejajarinya sejak keluar dari pesawat.
"Itu dia, Tuan! Mau kita jemput paksa sekarang?" tanya Madel.
"Tidak, aku berubah fikiran! Kita pulang, dia akan datang dengan sendirinya ke mansion milikku!" Alfin menyeringai yakin.
Sementara Madel hanya mengangguk pasrah, ia sungguh kasian dengan istri sah tuannya yang diperlakukan kurang baik. Berharap, Tuannya sadar kalau dia telah menyia-nyiakan berlian tersembunyi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
🍁𝐀𝐑𝐀❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
iya tuan mu emang bodoh itu Madel
2023-08-07
4
❤⃟ˢ ͪ◦•●◉✿ REMBULAN ✿◉●•◦
nah loh ci Hana menyesal kan 🤣🤣
Almira kamu harus bisa menarik perhatian alfindra biar bucin sama kamu 🤭
2023-08-07
1
🍌 ᷢ ͩ𓆉︎ᵐᵈˡ🍭ͪ ͩ👙🍒⃞⃟🦅
hadeuh si Alfin mata nya g dah tertutup sama cinta.ga bisa bedain mata batu kali sama berlian
2023-08-07
0