3. Hukuman

Di kursi kebesarannya, Alfindra tengah menunggu Madel. Mempersiapkan meeting setengah jam lagi, Alfin masih punya sedikit waktu untuk bersantai sebelum meeting di ruang rapat.

Sesaat ia menatap layar pipih dengan penasaran, seharusnya Alfin bisa memantau apa yang tengah istrinya lakukan di mansion.

"Ck!" berdecak pelan, Alfin akhirnya membuka ponsel yang sudah terhubung dengan cctv mansionnya. Awalnya ia tersenyum puas melihat Almira membersihkan seluruh lantai bawah bahkan dengan cekatan mengepelnya.

"Benar-benar jackpot!" desisnya pelan tanpa sadar tersenyum. Namun, senyum itu tak bertahan lama saat melihat Almira naik ke lantai atas dan membuka kamar utama. Meski membawa alat bebersih, tetap saja gadis itu sudah berani diam-diam masuk ke ranah privasinya.

"Si al, aku lupa mengunci pintu kamar!" menggeram pelan lalu mengepal.

"Sepertinya aku harus menghukummu gadis kecil!"

Madel mengetuk pintu membuat kekesalan yang sudah di ubun-ubun seketika hilang karena ada hal yang lebih penting.

"Masuk," singkat Alfin membuat assistennya segera masuk ke dalam.

"Pagi Tuan, sebelum meeting saya akan melaporkan sesuatu. Nona Hana saat ini sedang berada di Seminyak- Bali bersama kekasihnya Tuan!"

"Oh, pantau terus keberadaannya. Pastikan kau memberitahuku jika gadis itu sudah tinggal bersama tua bangka Anton lagi. Aku akan membuat dia menyesali keputusannya," tegas Alfin datar.

"Siap Tuan. Oh ya, untuk dokumen yang akan digunakan rapat sudah saya siapkan."

"Kamu duluan saja, nanti aku menyusul."

Madel sekali lagi mengangguk lantas pamit.

"Sepertinya jika aku menyiksa Almira tak akan pernah memancing Hana kembali, apa aku harus memperlakukannya dengan baik?" pikir Alfin memikirkan segala siasat.

Beberapa menit kemudian Alfin kembali menyeringai dengan rencananya, "oke tapi aku tetap harus menghukummu Almira, karena sudah berani masuk ke kamarku!" gumamnya pelan.

Alfin keluar ruangan menuju ruang rapat dimana para staf kantor sudah menunggu.

"Pagi semuanya," sapa Alfin lalu duduk di kursi kebesaran, di sebelah kanannya ada Madel yang siap membuka jalannya rapat. Pertemuan para staf pagi ini adalah untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas kerja.

Setelah hampir dua jam, rapat usai dan mereka kembali ke ruangan masing-masing.

"Kau urus semuanya, aku akan pulang sebentar. Alfin melirik jam di pergelangan tangan. Masih pukul setengah sebelas, tapi ia sungguh tak tahan untuk pulang memarahi Almira. Gadis itu sudah seharusnya tahu batasan mana yang boleh disentuh atau tidak.

"Tuan mau kemana? Jam dua nanti ada pertemuan dengan wakil perusahaan Wilmark.

"Jika aku masih belum datang, kau bisa menggantikannya bukan?" Alfin menaikan alisnya. Selain kejam, ia juga bossy. Meski begitu, kinerjanya di Kingdom sangat bagus hingga perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan pangan itu berkembang pesat.

Madel mengangguk tak bersuara, apalagi CEO-nya itu langsung pergi.

***

"Almira!" teriaknya begitu turun dari mobil. Dua pengawal berjaga di depan pintu artinya gadis itu tak pergi sama sekali.

"Iya, Mas!" Almira masuk, ia habis dari berkebun di belakang mansion.

"Sut... Sut... Apa itu di tanganmu, ceroboh sekali. Biasakan cuci tangan setelah melakukan sesuatu," pekik Alfindra kala melihat Almira menyambutnya dengan tangan kotor.

"Wh, iya maaf Mas!"

Setelah mencuci bersih tangannya, gegas Almira mendekat pada Alfindra.

"Sini kamu," ajaknya ke lantai atas. Sesaat Almira mengernyit, sejurus kemudian tersenyum tipis meski tak terlihat.

"Jangan-jangan dia pulang hanya untuk bertemu denganku, kenapa aku jadi gugup gini," batin Almira berdebar. Ia segera mengikuti langkah Alfin ke lantai atas sebelum suami kejamnya itu naik pitam.

Brakk!

Almira menganga kala Alfin membuka pintu kamarnya dengan kasar.

Sesaat Alfin terdiam karena aroma apel menyeruak, membuatnya tiba-tiba merasa tenang.

"Ada apa, Mas! Maaf tadi aku lancang membersihkan kamarmu!"

Alfindra menoleh, menatap sinis Almira kemudian bersedekap dada.

"Siapa yang menyuruhmu!" bentaknya membuat Almira tersentak dan menunduk.

"Ampun, Mas!"

"Ck! Lupakan, karena kau membuatku marah, aku harus memberimu hukuman. Kau melihat foto-foto kakakmu disini, dan sudah lancang masuk ranah pribadiku," sinisnya. Alfin mengambil gunting yang tersimpan di laci nakas lalu mendekat ke arah Almira berdiri.

Merasa terintimidasi, Almira mundur selangkah apalagi melihat gunting yang ada di genggaman Alfin membuat hati Almira mendadak ciut.

"Mas mau apa?"

"Mau apa? Haha tentu saja menghukummu!"

Almira memejamkan matanya sambil menunduk, semakin dekat semakin dekat ia tak lagi menghindar dari Alfin. Almira pasrah apa yang akan laki-laki itu lakukan padanya. Bahkan jika harus ma ti hari ini di tangan suaminya, Almira pasrah.

Tubuh Almira menegang, kulit tangan kaki dan lehernya meremang kala Alfindra menarik rambutnya meski tak kuat.

Kressss...

Bahkan dengan mudahnya ia memotong rambut panjang Almira yang terikat menggantung. Bukan beberapa centi, melainkan lebih dari separuh rambut panjangnya yang asli.

"Aku tidak suka melihat rambut panjangmu," bisik Alfin di telinga membuat Almira sontak meraba tengkuknya kemudian membuka mata. Rambut panjangnya telah Alfin rampas padahal susah payah selama ini Almira merawatnya.

"Aku hanya suka rambut panjang Hana!" tegas Alfin membuat Almira tersentak sekaligus sakit bersamaan.

"Hukuman selesai." dengan santainya Alfin mengatakan itu. "Kamu boleh keluar sekarang dari kamarku, sekali lagi kamu masuk! Habis rambutmu!"

Almira menunduk, bulir bening membasahi pipinya. Segera ia turun dan berlalu dari kamar itu tanpa melihat Alfin. Terus menuruni tangga sambil terisak tanpa suara.

Setelah masuk kamarnya, Almira merosot di sudut, menundukkan wajah diantara kaki dan menangis frustasi. Siapa yang harus ia salahkan atas semua ini? Papanya atau kakaknya?

Mungkin kalau kakaknya yang menikah dengan pria kejam itu, nasib Almira akan berbeda. Ia bisa bekerja dengan tenang dan hidup bahagia layaknya teman seusia.

"Mira..." teriak Alfin. Namun, setelah kejadian tadi suasana mansion itu hening. Tak ada tanda-tanda Almira menyautinya.

"Kemana gadis itu!" serunya sambil mengintari dapur, ruang tengah, dan belakang mansion. Nihil, sudah pasti Almira saat ini berada di kamarnya.

"Almira keluar kamu!" teriaknya menggedor pintu.

Masih diam, bertahan dalam hening. Almira memilih menutup telinganya dengan telapak tangan dan menunduk dalam di sudut tembok kamarnya.

"Kau menantangku Almira! Kau mau aku menghukum dirimu lebih, buka pintunya atau aku akan menendang pintu kamar ini sampai jebol," ancam Alfin.

Almira mengusap air matanya kasar, lantas membuka pintu. Yang dia lakukan tetap menunduk tanpa berniat menatap ke arah suaminya. Hah suami? Apa pria kejam itu pantas Almira anggap suami?

"Kau menangis, heh?" tanya Alfindra mencengram dagu Almira hingga wajah sembab itu mendongkak memaksa Almira menatap ke arahnya.

"Lemah!"

Detik berikutnya, entah keberanian dari mana Almira menghempas tangan Alfin agar berhenti mencengkram dagunya.

"Dasar breng sek, apa kau pantas melakukan ini padaku karena Kak Hana? Katakan! Aku memang tak secantik kakakku dalam semua hal, tapi kamu gak perlu melakukan ini hanya karena kamu terobsesi padanya. Lantas, wanita lain tak pantas memiliki rambut panjang!" katanya sambil menahan isak.

Alfin terdiam menatapnya datar.

"Kau mau membangkang? Kau tahu hidupmu disini atas kendaliku, jadi menurutlah."

Almira tak menjawab, ia mundur segera menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

"Almira, kau--"

Kembali ke kantor dengan emosi, Alfindra akhirnya menjadikan Madel dan yang lain sasaran atas kemarahannya. Almira mulai membangkang dan sekarang? Gadis itu malah membuatnya pusing tujuh keliling karena kepikiran.

Terpopuler

Comments

Xoeman Diyah

Xoeman Diyah

jangan lemah Almira...
km kalau kayak gitu trs,km bakal ditindas trs...
berani dikit apa? km jngan baperan,jelas" alfin terobsesi sama Hana,,, bentengi hatimu?

2023-12-10

3

Tarmi Widodo

Tarmi Widodo

sinting paksu

2023-12-01

1

Nofarahin Mohd Kamel

Nofarahin Mohd Kamel

dasar laki tak berguna..harap² menyesal nanti..jgn dimaafkan 🤣

2023-12-01

3

lihat semua
Episodes
1 1. Pernikahan awal petaka
2 2. Layani, aku!
3 3. Hukuman
4 4. Sepiring berdua
5 5. Rencana Hana
6 6. With pengawal
7 7. Ternyata, ini?
8 8. Dimana, Almira?
9 9. Gengsi segunung
10 10. Intimidasi Rayyan
11 11. satu ranjang
12 12. Drama King
13 13. Istri Ceo kingdom
14 14. Diam-diam...
15 15. Cenayang
16 16. Kisah yang belum usai
17 17. Membawamu pergi
18 18. Mengelak
19 19. Iman setipis kulit kentang
20 20. Rumit
21 21. Pulang ke rumah
22 22. Bertemu mama mertua
23 23. Intimidasi Silvia
24 24. Kabur
25 25. Hana hamil?
26 26. Mala praktek
27 27. Salah paham
28 28. Dia, istriku
29 29. Tempat tinggal baru
30 30. Dugaan kade erte
31 31. Wanita tanpa marga
32 32. Perasaan tak berbalas
33 33. Menghindar
34 34. Zion berulah
35 35. Bapak Bapak Belanja
36 36. Semua mata memandang
37 37. Almira hilang
38 38. Amarah
39 39. Perang dingin
40 40. Bertemu
41 41. Banyak tingkah
42 42. Di luar ekspetasi
43 43. Positif
44 44. Mertua melunak
45 45. Istri nakal
46 46. Cemburu
47 47. Bocah gede
48 48. Semesta menyaksikan
49 49. Makan malam
50 50. Membalas Rayyan
51 5 1. Akal licik
52 52. Cemburunya Bumil
53 53. Labil
54 54. Siasat terbaca
55 55. Ulah Salma
56 56. Sesuka hati
57 57. INI BUKAN JANJI
58 58. Salma pergi
59 59. Keluarga besar berkunjung
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab - 74
75 Bab - 75
76 Bab - 76
77 Bab - 77
78 Bab - 78
79 Bab - 79
80 Bab - 80
81 Bab - 81
82 Bab - 82
83 Bab - 83
84 Bab - 84
85 Bab - 85
86 Bab - 86
Episodes

Updated 86 Episodes

1
1. Pernikahan awal petaka
2
2. Layani, aku!
3
3. Hukuman
4
4. Sepiring berdua
5
5. Rencana Hana
6
6. With pengawal
7
7. Ternyata, ini?
8
8. Dimana, Almira?
9
9. Gengsi segunung
10
10. Intimidasi Rayyan
11
11. satu ranjang
12
12. Drama King
13
13. Istri Ceo kingdom
14
14. Diam-diam...
15
15. Cenayang
16
16. Kisah yang belum usai
17
17. Membawamu pergi
18
18. Mengelak
19
19. Iman setipis kulit kentang
20
20. Rumit
21
21. Pulang ke rumah
22
22. Bertemu mama mertua
23
23. Intimidasi Silvia
24
24. Kabur
25
25. Hana hamil?
26
26. Mala praktek
27
27. Salah paham
28
28. Dia, istriku
29
29. Tempat tinggal baru
30
30. Dugaan kade erte
31
31. Wanita tanpa marga
32
32. Perasaan tak berbalas
33
33. Menghindar
34
34. Zion berulah
35
35. Bapak Bapak Belanja
36
36. Semua mata memandang
37
37. Almira hilang
38
38. Amarah
39
39. Perang dingin
40
40. Bertemu
41
41. Banyak tingkah
42
42. Di luar ekspetasi
43
43. Positif
44
44. Mertua melunak
45
45. Istri nakal
46
46. Cemburu
47
47. Bocah gede
48
48. Semesta menyaksikan
49
49. Makan malam
50
50. Membalas Rayyan
51
5 1. Akal licik
52
52. Cemburunya Bumil
53
53. Labil
54
54. Siasat terbaca
55
55. Ulah Salma
56
56. Sesuka hati
57
57. INI BUKAN JANJI
58
58. Salma pergi
59
59. Keluarga besar berkunjung
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab - 74
75
Bab - 75
76
Bab - 76
77
Bab - 77
78
Bab - 78
79
Bab - 79
80
Bab - 80
81
Bab - 81
82
Bab - 82
83
Bab - 83
84
Bab - 84
85
Bab - 85
86
Bab - 86

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!