"Kamu meluk-meluk? Cari kesempatan pas aku lagi tidur?" Alfindra menaikkan alisnya saat Almira kepergok memegang tangannya. Padahal niat dalam hati hanya ingin memindahkan tangan kekar itu agar tak membelit tubuhnya.
"Pede Mas senegri," cibir Almira. Mengabaikan Alfindra ia memilih beranjak dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Klek...
Pintu yang tak terkunci membuat Alfindra dengan mudahnya masuk tanpa menunggu Almira keluar lebih dulu.
"Mas, kan bisa nunggu aku selesai." protes Almira tak digubris oleh Alfindra yang melengos ke kamar mandi dan melepas atasannya disana. Tubuh atletis itu hampir membuat air liur Almira menetes karena tanpa sengaja melihatnya.
"Dasar!" rutuknya mengalah dan memilih pergi dari sana.
Niatnya ingin turun ke bawah, akan tetapi melihat kamar sebelah Alfindra terbuka membuat Almira penasaran dan ingin melihat. Sedang apa kakaknya kira-kira?
Deg.
"Kosong?" gumam Almira tak menemukan kehidupan Hana disana.
Almira masuk, memastikan sekali lagi kalau penglihatannya tak bermasalah. Koper Hana dan tanda-tanda keberadaan wanita itu benar-benar sudah tak ada.
Almira memilih turun dan langsung ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
"Pagi Nona?" sapa Bambang yang hendak ke halaman belakang.
"Pagi, Bam. Oh ya, sini sebentar aku mau tanya."
Bambang mengangguk, "ya, Nona?"
"Apa kakak perempuanku, yang kemarin dateng masih disini?" tanya Almira. Mungkin dibanding bertanya langsung dengan Alfindra, Almira lebih memilih bertanya pada Bambang.
"Semalam sudah pergi Nona, sekitar jam setengah sebelas. Dengan wajah acak-acakan."
Bambang pun menjelaskan kondisi Hana semalam, setelahnya mereka ngobrol ngalor ngidul sampai tanpa sadar Almira ketawa-tawa.
"Ehmmm!" deheman Alfindra membuyarkan keduanya. Almira menoleh sementara Bambang pamit melanjutkan kerjaannya.
"Senang haha hihi sama Bambang? Mana sarapanku?"
"Mas mau sarapan sama apa?" tawar Almira. Anggap saja ia sedang rajin saat ini, sampai-sampai menawari Alfindra. Padahal mah, mau minta izin kerja. Bukannya di dunia ini gak ada yang cuma-cuma?
"Terserah!"
Almira menghela napas, suaminya kembali mode menyebalkan. Eh, bukannya dari kemarin-kemarin memang menyebalkan? Kenapa Almira merasa Alfindra sempat berubah.
"Cuma nasi goreng?" Alfindra mengernyit saat sepiring nasi goreng tersaji di hadapannya. Tanpa embel-embel telor atau apalah. Nasi goreng hungkul.
"Ya, kan adanya bahan cuma itu. Mas buang semua isi kulkas ya? Kemarin aku menuhin kulkas sama belanjaan sekarang habis?"
Alfindra terdiam, seingatnya ia sama sekali tak mengacak-acak isian kulkas.
"Gak."
Almira naik ke lantai atas untuk mandi, sementara Alfindra sudah tak sabar untuk menandaskan nasi goreng lezat menggugah lidahnya itu. Almira turun, akan tetapi dahinya mengernyit saat melihat piring di atas meja makan kosong melompong. Si empu sedang berdiri menghadap kulkas yang terbuka.
"Mas sudah sarapan?" tanya Almira di belakang Alfindra. Sontak suami kejamnya itu langsung terbatuk karena air dingin yang membasahi kerongkongan seolah terhenti mendengar suara Almira.
"Pelan-pelan kali, Mas!" Almira tanpa izin memijit-mijit tengkuk Alfindra meski harus sedikit berjinjit karena tinggi badan yang tak sama.
"Kamu ngagetin." Alfindra berbalik,
"Hari ini aku ada beberapa pertemuan penting. Kamu tetap di rumah, jangan coba-coba pergi tanpa seizinku. Jangan pulang ke rumah tua bangka Anton!"
Almira semakin mengernyitkan dahinya.
"Kenapa, Mas? Kan mereka keluargaku. Lagian kak Hana disini, pasti papa kesepian."
"Aku dah transfer uang jajan kamu." mengabaikan Almira, Alfindra memilih bersiap-siap ke kamar. Sebentar lagi akan berangkat kerja.
"Jam sebelas lebih dua puluh lima menit bekalku harus sudah sampai," ujarnya menginformasi.
Almira yang mengekor hanya mengangguk-angguk, ia memainkan jari-jarinya.
"Sebenarnya, aku mau minta izin kerja Mas." Alfindra sontak berhenti di ujung tangga atas dan berbalik.
"Kerja?" sinisnya.
"Ya, Mas. Aku nggak mungkin pakai uang kamu buat..."
"Uang yang aku kasih kurang? Atau kamu sedang meledekku?"
"Nggak gitu, Mas. Jaga-jaga kalau Papa minta uang, aku bisa ngasih mereka pake uangku sendiri." Almira lagi-lagi menunduk. Entah kenapa, kadang ia berani dengan Alfindra kadang pula merasa suasana di sekitar laki-laki itu mencekam menakutkan.
"Gak ada kerja-kerja! Papamu sudah punya uang banyak, kalau sampai satu sen pun kamu memberinya uang?"Alfindra menatap tajam Almira.
"Habis kamu." bukan tanpa alasan Alfindra mengancam Almira. Ia tak ingin si breng sek Anton memanfaatkan istrinya apapun itu. Apalagi demi uang, demi memuaskan ambisi materinya.
***
Bosan dan jenuh yang Almira rasakan. Menunggu jam sebelas pun rasanya sangat lama. Padahal ia sudah masak berbagai menu makan siang untuk suaminya, Alfindra.
"Kira-kira Mas Alfindra suka yang mana ya?" gumam Almira.
"Eh, lebih baik bawain semuanya aja deh." Ia mulai menata lauk pauk hasil masakan belanja di mamang-mamang lewat tadi.
Berbagai lauk sederhana. Tempe, ayam crispy lumur saus, sayur tumis dan sambal juga potongan buah sebagai pencuci mulutnya. Hidangan makan siang untuk Alfin memang hanya sederhana, tapi entah kenapa Almira yakin suaminya saat ini mulai suka dengan semua masakannya. Bahkan tadi pagi, Alfindra tak berdrama meminta Almira repot-repot menyuapinya seperti bayi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
singa jantan sudah ketemu pawang ya😀😀😀
2023-12-01
2
☠⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣꪶꫝ 𝐀⃝🥀🍟
kek nya harimau nya dah mulai jinak🤣
2023-08-09
1
𝓐𝔂⃝❥ℛᵉˣиσνιє⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽𝐀⃝🥀
Duh duh duh yang mulai ketagihan masakan istri, sampai bekal pun minta diantar 😂
2023-08-08
0