Mungkin terkesan lancang jika Almira ingin tahu lebih dalam karakter Alfin yang susah ditebak. Baru saja menompangnya agar tak jatuh, dalam hitungan detik pula terhempas tubuhnya ke lantai. Yang lebih memalukan, dressnya tersingkap hingga setengah pa ha putihnya terkepos memalukan.
Bukan menolong, Alfindra malah berlalu dan turun ke bawah. Almira bangkit segera menyusul meski dalam hatinya sedikit dongkol.
"Masak banyak? Buat apa?"
"Buat bagi ke Bambang sama Budi juga," seru Almira. Setelah menaruh sepiring penuh ke hadapan Alfin. Aroma lezat sudah pasti menguar membuat cacing di perut bergenderang minta diisi.
"Nggak! Siapa yang nyuruh kamu ngasih-ngasih makanan ke Bambang? Apalagi Budi?"
"Aku inisiatif sendiri, lagian ini banyak gak akan habis buat sarapan berdua."
"Makanya jangan masak banyak-banyak!" cibir Alfin.
"Taruh lagi piringnya, suapi aku!"
Almira hanya bisa merengut, tapi tetap menurut. Tak ingin mendapat teguran dari suami kejamnya lagi, lantas Almira sudah lebih dulu mencuci tangan memastikan kuman-kuman yang menempel hilang bersama aliran air kran.
"Papa nyuruh aku pulang," seru Almira, akan tetapi tak mendapat respon dari Alfin, ia malah sibuk mengunyah sarapannya.
"Tapi kalau Mas gak ngizinin, aku juga gak akan pulang!"
"Pulang saja, tua bangka Anton itu tak bisa melihat orang senang!" jawab Alfin datar.
"Dia papaku, Mas!" tegas Almira.
"Siapa peduli? Dia papamu bukan papaku, pernikahan kita terjadi atas dasar transaksi hutang dan jual beli, kalau kamu tak lupa. Sudahlah!" Alfindra mengibaskan tangan ke atas, kode agar Almira berhenti membahas soal Anton.
"Pulang saja kalau mau pulang, tapi aku tidak ikut! Aku manusia sibuk, dibanding berbasa-basi dengan papamu lebih baik aku kerja! Satu lagi, katakan padanya cukup sekali jadi penjilat, jangan lagi menjadi orang yang suka merendahkan diri hanya demi seonggok materi."
Almira diam, ia sama sekali tak tahu apa yang terjadi antara papanya dengan Alfindra. Yang jelas, dari nada bicara suaminya, terlihat teramat sangat kecewa.
Tok tok tok...
"Aku buka pintu dulu!" pamit Almira.
"Biar Bambang, aku mau minum susu," perintah Alfindra.
"Kalau gitu aku buat dulu, sekalian ngomong ke Bambang buat buka pintu."
Almira benar-benar pergi, Bambang yang ada di belakang pun ia panggil untuk membuka pintu.
Setelah membuat susu, Almira kembali ke meja makan.
"Nih, Mas!" Almira menyodorkan susu hangat ke hadapan Alfindra.
"Kamu lupa cara menyuapiku susu, hah?"
Glekkk...
"Tapi Mas, aku--"
"Apa? Hanya menyuapi susu kamu pikir aku akan navsu heh?"
Menghela napas, kenapa Alfindra selalu mengingatkannya soal ketidak tertarikan. Apa sebegitu tak menarikkah dirinya hingga suaminya sendiri terus menghina?
"Ya aku tahu kok!" jawab Almira. Sungguh menggelikan definisi menyuapi susu versi Alfindra, Almira bahkan merinding dibuatnya. Apalagi saat bibir mereka menempel dan susu itu berpindah ke mulut Alfindra. Almira jadi berfikir apakah laki-laki itu tak merasa ji jik?
Adegan itu tak luput dari pandangan Hana dan Bambang. Ya, Hana datang berniat untuk menggoda Alfindra. Beralibi menanyakan kabar Almira, terlihat jelas sifat gadis itu menurun dari siapa.
"Ups, aku mengganggu ya?" Suara lembut Hana membuyarkan aktivitas Almira dan Alfin. Keduanya kompak menoleh, Almira dengan kening mengkerut sementara Alfindra menyeringai tipis. Dua ekspresi yang berbeda menyambut Hana.
"Tuan, wanita ini mencari Nona Almira!" ucap Bambang melapor meski telat.
"Ya, kembalilah ke depan!" perintah Alfindra diangguki langsung oleh Bambang. Memilih bergabung dengan Budi yang sedang ngopi di pos bersama satpam jaga.
"Kak Hana ngapain kesini?" tanya Almira mendekat tak percaya. Ia merasa tak nyaman, apalagi saat melihat senyum tipis membingkai wajah suaminya. Almira melihat itu, meski senyum Alfin terkesan menyeramkan.
"Al, aku datang buat lihat keadaan kamu loh! Kok malah nanya apa ngapain, tanya kabar kek?" Hana pura-pura ngambek.
Bukan itu masalahnya, pertanyaan Almira sudah benar apalagi melihat koper yang ada di sisi kanan Hana membuat hati Almira mendadak tak nyaman.
"Bagus dong, karena sudah sampai sini. Nggak afdol rasanya kalau nggak nginep. Almira nggak akan keberatan kalau kakaknya menginap disini sehari atau dua hari, bahkan kalau mau satu minggu?" Alfindra bangkit, mendekati ke arah Almira berdiri dan merangkul erat bahunya.
Glekkk..
"Sayang, kamu antarlah kakakmu ke lantai atas. Sebelah kamarku, uh maksudku kamar kita."
Almira semakin tak berkutik, ia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya suara Alfin kembali membuyarkannya.
"Al, ayo antar kakakkmu!" Alfin sedikit meremas lengan Almira.
"Ayo kak?" ajak Almira.
"Bantu bawain kopernya dong, Almira!" mohon Hana.
Menghelan napas, "Kakak bisa bawa sendiri kan? Lagian itu nggak berat!" tolak Almira.
"Bantu saja lah, Al! Kenapa harus mendebat hal kecil, kasian kakakmu baru pulang dari Bali pasti capek."
Glekkk...
Kenapa suaminya bisa tahu? Kenapa Alfindra tahu kalau kakaknya habis dari Bali? Sebegitu terobsesi-kah Alfin dengan kakaknya sampai-sampai harus melukai hati istri sendiri?
Oh ya, Almira lupa kalau Alfin manusia kejam. Lantas kenapa Anton memintanya pulang kalau ternyata ini? Hana datang ke rumahnya? Apa papanya sengaja melakukan ini semua agar sang kakak bisa merebut kembali Alfindra?
***
"Ini kamarnya, ingat kak cuma satu atau dua hari." Almira berusaha membujuk kakaknya.
"Ck ck ck, polos banget ya kamu, Al. Lagian kalau tau Alfin itu maunya aku, aku gak akan kabur waktu itu. Aku akan menikah dengan Alfindra," seru Hana menggebu-gebu.
"Oh, tapi kakak sudah kabur." Almira bersedekap dada, tak mau kalah.
"Sadar Al, hey sadar kamu tuh cuma pengganti. Pengganti aku, dan sekarang aku kembali untuk merebut apa yang seharusnya jadi milikku!"
"Almira!" pekikan Alfindra membuatnya gegas turun dan memilih mengabaikan Hana.
"Ya, Mas?"
"Aku mau berangkat ke kantor!" Alfin menyodorkan tangannya.
"Kalau kamu mau pulang ke rumah papa, pulang saja. Ada Hana disini, dia pasti bisa mengurusku!" sambung Alfindra lagi membuat Almira diam tak percaya.
Jadi ternyata ini? Papanya menyuruh pulang, Kakaknya menginap di mansion dan suaminya yang seolah menyuruh pergi, Kenapa hidup Almira semenyedihkan ini?
"Mas yakin? Ada kak Hana disini kenapa aku harus pulang?"
"Kalau aku bilang pulang ya, pulang!" ketus Alfindra sebelum benar-benar pergi.
Dari lantai atas, Hana tersenyum senang melihat perdebatan Almira dengan suaminya. Langkahnya untuk memohon sepertinya akan terbuka lebar.
"Almira Almira, dari dulu kamu tuh harusnya nyadar kalau nggak akan bisa dapetin lebih dari yang aku punya."
Sedih, sudah pasti. Almira memasuki kamarnya. Tanpa sadar bulir bening menetes lolos berjatuhan. Entah karena nasibnya yang sial, atau karena kecewa dengan keadaan. Kenapa ia harus hidup diantara keluarga yang sangat tega. Papanya? Kakaknya?
Langkah berat Almira keluar membawa tas kecil berisi dompet dan ponselnya.
"Nona mau kemana?"
"Bam, aku boleh minta tolong?" mohon Almira. Tentu langsung diangguki Bambang,
"Tolong kamu tetap disini, awasi Mas Alfindra. Jangan sampai dia telat makan, jangan sampai,--"
"Baik Nona."
"Saya akan menjaga Tuan dengan baik," ucap Bambang.
"Bila perlu saya akan membuat kakak Nona tidak betah disini," sambungnya dalam hati. Sedikit demi sedikit Bambang mulai paham dengan apa yang menimpa nona mudanya. Dalam hati, Bambang berjanji akan membantu sebisa mungkin untuk membuat Tuan Alfindra menyadari, betapa berharganya wanita seperti Nona Almira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Khotinah Busro
ko si Almira polos wpa bodo banget si
2024-01-23
0
Herlina
bambang, ini untukmu❤
2023-12-07
1
Tarmi Widodo
ad AP dg paksu(suami)🤔🤔🤔
2023-12-01
2