"Apa ini, Mas? Kamu punya kekasih?" Pekiknya menoleh tajam ke arah Alfindra. Entah mendapat keberanian darimana, yang jelas hati Almira merasakan sesak mendapat pesan sekaligus pertanyaan dari Rayyan, tentang apakah pria yang Rayyan foto adalah Alfindra suaminya atau bukan.
Namun, meski Almira melihatnya dengan mata menyipit nyatanya foto itu terlalu jelas. Terlalu kentara bahwa pria yang bersama perempuan di caffe milik Rayyan adalah suaminya Alfindra.
"Mana?" Alfindra meraih ponsel milik Almira. Ia yang tadinya memejam sontak terbangun dan mendengar dumelan gadis itu.
Bibir mengerucut sepaket dengan mata menyipit sungguh membuat Alfindra gemas sendiri.
"Ini, kamu ke caffe bang Rayyan kan? Jalan sama cewek, jangan bilang clien yah Mas. Aku gak bodoh buat gak lihat kalau dia pakai snelli."
"Kenapa kamu harus ngotot dan marah-marah?" Bukan menjelaskan, Alfindra malah semakin membuat huru hara di hati Almira. Semakin panas hingga gadis itu kembali merebut ponsel miliknya dengan kasar.
"Aku gak marah, jangan ge'er! Aku cuma nggak mau aja jadi istri simpanan kamu."
"Siapa yang bilang kamu simpanan, aku nggak ada bilang begitu! Sudahlah, sudah malam lebih baik kita istirahat."
Almira cemberut sekaligus kesal, apalagi saat melihat sikap cuek Alfindra yang seolah tak ingin menjelaskan apapun. Sebenarnya, pria itu menyembunyikan apa sih?
Alfindra sudah terlelap, dekuran halus terdengar di telinga Almira yang memilih merebahkan diri sambil membelakanginya.
"Setelah Kak Hana, ada wanita lain lagi. Aku kira setelah ini, hubungan pernikahan kita bakalan naik satu level." Almira bergumam pelan, bayangan malam pertama yang membuatnya gugup sedari berangkat tadi menguar begitu saja.
"Bener kan itu suamimu, soalnya tadi juga sempet negur Abang jangan deket-deket sama kamu?"
Merasa tak mendapat balasan, Rayyan kembali mengirim pesan.
"Iya, Bang! Emang gitu orangnya, nyebelin." Balas Almira, lantas meletakkan ponselnya kembali di samping bantal.
Tak ada malam pertama yang indah, yang ada kemelut hatinya yang panas menerka-nerka siapa wanita yang bersama Alfindra di caffe Rayyan.
"Ini kok aku jadi mupeng gini sih," cicit Almira. Ia menatap nanar ponsel sang suami yang tergeletak begitu saja.
Dengan segala pertimbangan, akhirnya Almira memutuskan untuk mengecek barangkali ponsel Alfindra tak bersandi.
"Kan kan disandi, apalagi ini sandinya? Mana pake nomor."
Tiba-tiba ingatan Almira tertuju pada kartu atm yang beberapa waktu lalu Alfin beri, siapa tahu sama. "Siapa tahu kan," gumamnya pelan.
"Wow, harus aku kasih penghargaan apa untuk suami kejamku ini? Menggunakan tanggal pernikahan sebagai sandi ponselnya, pengen banget jingkrak-jingkrak gak sih," seru Almira dengan mata berbinar berhasil menyidak ponsel milik Alfindra.
"Terus, ngapain masih diem? Katanya mau jingkrak-jingkrak?"
Glekkk...
Amira tertegun sekaligus bergidik, jangan-jangan ia ketahuan?
Menoleh pelan, benar saja Alfindra menatapnya tanpa ekspresi.
"Ya Tuhan, datar aja ganteng apalagi kalau senyum. Sayangnya pelit, boro-boro senyum ngomong aja singkat," batin Almira.
Ia meringis kaku sambil mengusap tengkuknya, "Mas belum tidur? Aku cuma mau lihat jam. Ini," serunya menyodorkan benda berlayar pipih milik Alfindra.
"Sudah nyidak ponselnya? Memang tampangku tampang-tampang pembohong? Dibilang aku gak ada apa-apa gak percaya! Ya, aku tahu cantikan dia dari pada kamu." Alfin kembali memejam setelah mengucapkan kalimat itu.
"Yeeee, iya yang istrinya gak cantik!" ketus Almira kembali merebahkan diri. Bukan kesal, tapi lebih ke malu karena ketahuan mengecek ponsel Alfindra.
Greppp...
Alfindra menarik tubuh Almira ke dalam pelukan. Meski Almira sendiri dalam posisi membelakanginya, tangan kekar itu cukup mampu membuat gadis dua puluh satu tahun itu tak berkutik.
Tak berselang lama, dekuran halus kembali terdengar. Apa suaminya itu sengaja? Bahkan saat ini Almira kesusahan napas karena gugup, keringat dingin dan overthinking.
Nyatanya, tidur satu ranjang bersama Alfindra dengan tangan laki-laki itu melingkar di perut sepanjang malam membuat Almira kesusahan tidur. Menjelang subuh, ia baru bisa memejamkan matanya dengan tenang. Entah karena rasa kantuk yang lebih dominan, atau mulai nyaman menerima perlakuan Alfindra.
"Bangun, heh!" Alfindra mengoyang-goyangkan tubuh Almira yang terbungkus selimut.
Mengernyitkan dahi, kenapa istrinya pagi ini susah dibangunkan padahal Alfindra sudah menggoyangkan bahunya keras.
Almira masih nyaman bersama tidurnya, mungkin karena rasa kantuk yang luar biasa memilih mengabaikan gempa dadakan. Yang penting tak mengganggu tidurnya karena sejak dari semalam matanya terbuka lebar.
"Ck!" decak Alfin. Menatap Almira dengan helaan napas panjang. Entah kenapa tangannya terulur menyibak anak rambut yang menutup dahi dan sekitaran wajah. Alfin akui, meski tak secantik ishany Vagella. Wajah istrinya sangat natural, imut dan ini...
Akhir-akhir ini, pipi yang menggembung cubby menjadi favoritnya untuk membuat si pemilik kesal dan marah.
"Ck! Gak beres ini," de sahnya pelan.
Namun, ia terlalu normal sebagai lelaki meski awalnya menolak berdekatan dengan Almira. Lain halnya dengan respon tubuh. Si junior bahkan sudah berdiri tegak bak keadilan hanya dengan memandangi wajah imut sang istri di pagi hari.
Cup!
Kecjupan singkat Alfin daratkan di pipi selembut marsmellow itu.
Tak sedikitpun Almira merasa terusik, padahal Alfin sengaja berlama-lama memandangi wajahnya.
"Si al," batinnya merasa sedang menjilat ludah sendiri.
Lalu? kamu mau aku memperlakukanmu layaknya ratu, hahaha...
Ingat baik-baik, kamu sudahku beli jadi tunjukan kalau dirimu lebih dari berguna!
Seharusnya kakakmu yang berada disini jadi istriku. Tua bangka Anton itu membuatku rugi menikahi gadis sepertimu padahal aku sudah memberinya mansion mewah.
Tapi tenang saja, jika kamu mau memohon maka aku akan menerimamu. Cepat memohon!
Apa itu caramu memohon?
Alfindra mengusap wajahnya kasar, bayangan kekejamannya saat hari pertama Almira menjadi istrinya terlintas di kepala. Sulit untuk Alfindra mengakui kalau ia salah, ia keterlaluan atau ia terlalu kejam. Ditengah lamunannya menatap lamat Almira, gadis itu terbangun dan melotot tiba-tiba.
"Mas, ngapain ngelihatin aku kayak gitu? Mas mau macem-macem, ya?" tuduh Almira dengan mata memicing.
"Hah? Sembarangan," ujar Alfindra mengelak, kemudian mengubah posisi tanpa melihat Almira. Gadis itu terbangun menatap aneh sekaligus curiga, "Mas gak ngapa-ngapain aku, kan?"
"Gak, ngaco! Baju kamu masih utuh kan?" Alfindra meninggalkan Almira begitu saja dan berlalu ke kamar mandi untuk menuntaskan has ratnya.
"Si al, bisa banget ngimpi dicium Mas Alfin," batin Almira sambil memegangi pipinya. Sejurus kemudian menenggelamkan wajahnya di bantal karena malu.
"Ish ish ish, ini otakku kayaknya mulai bermasalah deh, mikir aneh-aneh, halu terus!" dumelnya pelan lalu bangkit menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Terdengar gemericik air, pertanda kalau suami kejamnya itu sedang mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
𝓐𝔂⃝❥ℛᵉˣиσνιє⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽𝐀⃝🥀
Mau diapa2in juga halal Almira ngapain pakai curiga segala 🤭 gagal deh dua2nya gara2 foto.
2023-08-09
3
.
padahal pengen diapa-apain ya mira wkwk
2023-06-01
1
.
sabar mira tunggu penjelasan dulu dari alfindra
2023-06-01
0