Setelah menemukan Almira hampir tertabrak mobilnya. Rayyan membawa gadis itu ke rumah sakit, apalagi melihat keadaan Almira sehabis menangis.
Almira nurut saja, toh kenyataan kepalanya teramat pusing dan tubuhnya terasa melayang seolah tak ada beban. Padahal, beban di pikirannya cukup berat.
Rayyan kembali masuk setelah membawa beberapa camilan dan buah, ia paham makanan rumah sakit tak seenak di luar sana. Dan ia pun berinisiatif membelikan Almira sesuatu.
"Al mau makan sekarang?" tawar Rayyan. Namun, melihat Almira menerima telepon membuat laki-laki itu diam dan memilih duduk.
"Boss!"
"Apa Al, mulai sekarang panggil saya Rayyan. Saya bukan bossmu sekarang! Tadi pagi belum sarapan apa gimana kok mau pingsan? Mata kamu sembab lagi, kaya habis jadi korban k d r t?" Rayyan memicing curiga, dan hal yang yang membuat Rayyan mengintimidasi Almira adalah cincin yang terpasang di jari manisnya.
"Oke, Boss!" Almira menunduk dalam, enggan menanggapi pertanyaan panjang lebar Rayyan.
"Jujur aja, kemana kamu beberapa hari terakhir ini nggak kerja?" tanya Rayyan.
Almira diam, ia bahkan tak memberitahu Caca kalau sudah menikah. Hanya Nilam, sahabatnya sewaktu SMA yang tahu. Namun, sepertinya mantan boss Almira itu sudah bisa menebak apa yang terjadi.
"Aku di rumah, Boss!"
"Sudah saya bilang, berhenti memanggil Boss. Kita bisa jadi teman, kau bisa memanggil saya nama, kak, atau mas?" Rayyan menaik turunkan alisnya.
"Bang Rayyan!" putus Almira. Karena tak mungkin juga memanggil Rayyan dengan panggilan Mas, sama seperti ia memanggil Alfindra, suaminya.
"Kaya abang-abang tukang bakso," cibir Rayyan tapi justru itu berhasil membuat senyum Almira kembali tersungging.
"Kamu udah nikah, Al?" tanya Rayyan tiba-tiba. Kembali Almira langsung terdiam cukup lama.
"Al? Kalau gak mau jawab gak apa-apa. Cuma dadakan gini kan saya jadi gak siap. Apapun masalahnya, ada saya sama anak-anak yang selalu dampingi kamu. Kalau kamu gak mau cerita ke saya, bisa ke Caca atau yang lain." Rayyan menghela napas.
"Saya sudah terlambat ya, Al! Sayang sekali," gumamnya pelan.
Belum juga menjawab, Bambang dan Budi sudah sampai disana. Mengganggu percakapan antar dua manusia.
"Nona, bagaimana keadaannya?" tanya Bambang nyelonong masuk diikuti Budi. Meski bukan pengawal yang selalu stay jass hitam tapi Rayyan sudah bisa menebak jika laki-laki itu bukanlah suami Almira.
"Baik, Bam. Tadi ditolong sama mantan boss," tunjuk Almira ke Rayyan.
Bambang menunduk, "makasih, Pak!"
"Saya bukan bapak-bapak," protes Rayyan dan itu berhasil membuat Almira menahan tawanya pun dengan Bambang yang hanya bisa mengatupkan tangannya tak enak.
"Nona apa perlu saya memberitahu Tuan Alfindra sekarang?" tanya Budi.
"Jangan. Biarin saja!"
"Tapi Nona, Tuan sedang mengamuk di rumah."
Rayyan bisa memastikan jikalau Alfindra Alfindra yang dimaksud adalah suami Almira.
"Ya sudah, Kita pulang!"
Setelah mengucap terima kasih pada Rayyan, akhirnya Almira pamit pulang bersama pengawalnya, Budi dan Bambang.
Sebenarnya, Bambang ingin bertanya rentetan kejadian pada Nonanya, tapi melihat Almira hanya diam dan memilih menatap keluar jendela mobil membuat Bambang memilih bungkam.
Sepanjang jalan hanya ada keheningan. Almira lebih banyak diam, ia memikirkan perkataan Bambang soal Alfindra mengamuk di rumah. Apakah pria itu mengamuk karena tak ada yang melayani makannya?
"Nona, sudah sampai." Lamunan Almira buyar saat mobil sudah memasuki gerbang mansion milik Alfindra. Sudah hampir jam sepuluh malam, lampu tengah bahkan sudah mati. Almira melangkah masuk. Tujuannya bukan ke kamarnya yang ada di samping dapur. Almira memilih menaiki lantai atas ke arah kamar Alfindra. Seharusnya setelah kejadian tadi pagi Almira cukup tahu diri, tapi ia ingin melihat wajah suaminya barang sebentar, barangkali Alfindra sudah tertidur dan Almira bisa melihatnya tanpa mendapat amarah yang meledak-ledak.
Ceklek...
Gelap, hanya itu yang Almira lihat di kamar Alfindra akan tetapi jika sang suami sudah tidur bukankah seharusnya pintu kamar dikunci. Apalagi ada kak Hana di kamar sebelah, apakah Alfin sengaja?
Mematung beberapa detik di ambang pintu, dahinya sempat mengernyit meski gelap Almira masih bisa sedikit melihat ranjang Alfindra kosong melompong.
Kemana dia?
Klik...
Lampu mendadak terang membuat Almira terkejut seolah sedang tertangkap basah mau ma ling. Seperti biasa, laki-laki itu berdiri di bawah saklar lampu menatap datar ke arahnya.
"M-a-s, mas belum tidur?" tanya Almira sekedar basa-basi. Seharusnya tadi ia memilih langsung masuk ke kamarnya atau paling tidak setelah membuka pintu kamar Alfindra langsung menutupnya kembali dan pergi, bukan malah mematung di tempat dan si empu malah memergokinya seperti ma ling.
"Menurutmu? Suami mana yang bisa tidur kalau istrinya jam segini masih kelayapan?"
"Aku di rumah sakit. Mas tidur, sudah malam."
Almira berbalik segera dan berlalu dari sana. Buru-buru menuruni tangga dan kembali ke kamar awal, samping dapur. Belum juga mengintimidasi, gadis itu sudah lebih dulu kabur.
Alfindra turun, ia menggedor paksa pintu kamar Almira.
Ceklek...
"Sudah malam, Mas? Ada apa?"
"Aku mau tidur disini!" putusnya nyelonong masuk dan dengan santai merebahkan diri di kasur tipis milik Almira.
"Gak bisa, Mas kan punya kamar sendiri yang jelas-jelas lebih bagus dan nyaman. Kenapa harus repot-repot tidur di kamar pelayan?"
"Kalau begitu, kemasi barangmu." Alfin masih memasang wajah datarnya meski nada bicara tak setinggi tadi pagi.
"Mas mengusirku lagi? Bukannya Bambang bilang Mas mencariku ke rumah papa? nggak bisa besok saja Mas, aku capek!" keluh Almira.
"Itu karena kamu berbohong. Kamu tidak kesana kan? Atau jangan-jangan kamu jalan sama laki-laki lain di luar sana, heh?"
Almira menggeleng, "aku ngantuk, Mas! bisa nggak berantemnya besok aja?" Wajah Almira sudah benar-benar lelah ditambah kepalanya kembali berdenyut nyeri.
"Siapa yang ngajak berantem, aku mau tidur disini. Kalau kamu gak mau berkemas." padahal jarum jam semakin merangkak naik.
"Oke oke, puas kamu Mas! terus aku kemana? Mas beneran nyuruh aku pulang ke rumah papa?" mengingat tadi Almira tak jadi kesana membuat pikirannya selalu ke arah itu.
"Pindah ke kamarku!"
"Apa?" Almira membola akan tetapi tak berlangsung lama saat Alfindra kembali menyautinya.
"Aku tidak suka dibantah, pindah ke kamarku atau kamu akan melihat kakak kesayanganmu yang berada disana besok pagi," ancam Alfindra.
Sungguh gila, benar-benar gila. Almira dibuat galau. Meski Alfindra suami yang kejam, gadis itu juga tak ingin wanita lain yang berada di kamar Alfindra apalagi wanita itu Hana, kakak kandungnya.
Tapi, semudah itu Alfin mengancamnya.
Disisi lain, Almira tak mungkin menempati kamar dimana terpampang foto-foto Hana di dalamnya.
"Oke aku pindah!" putus Almira disambut seringai tipis Alfindra.
Setelah membereskan barangnya, Almira menaiki tangga ke lantai atas.
Namun, Almira kembali dibuat tertegun kala melihat foto-foto Hana sudah bersih dari kamar Alfindra. Kemana foto-foto itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
fc ririn
buat bucin dong
2023-12-06
1
Yurike Sandra
dibuang fto kakakmu
2023-10-05
3
🔵☠⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ ꪶꫝ
hem semoga itu laki otak nya dah normal ya gak sengklek lagi🙄
2023-08-09
0