Dayana terlihat menarik nafasnya begitu dalam. Dia bahkan tanpa sadar memegang lengan Kairo yang ada di depannya. Perempuan itu memegangnya dengan erat sambil memejamkan matanya.
Dayana belum siap bertemu dengan dua manusia yang sudah menyakitinya. Dayana belum ingin bertemu dengan pria yang pernah menduduki hatinya dan wanita yang merusak rumah tangganya.
Dayana tak membenci. Tetapi, perasaan dirinya belum sembuh.
"Day," Panggil Kairo pelan dengan memegang tangan Dayana yang memegang lengannya itu dengan kuat.
Pria itu menunduk. Menatap tangan itu yang terlihat sangat amat gemetar. Dengan penasaran akhirnya Kairo memegang tangan itu.
Dingin.
Gemetar.
Kairo lekas berbalik dengan pelan. Hingga Dayana yang ada di belakangnya akhirnya berakhir memeluk Kairo dengan erat. Bahkan tanpa sadar air mata Dayana mengalir tanpa bisa dicegah.
Kairo kebingungan. Dia tak bisa mengatakan apapun. Dirinya bahkan tak tahu harus mengatakan apa selain membiarkan Dayana memeluknya.
"Apa senyaman itu memelukku, sampai tak mau melepaskannya?" Sindir Kairo yang membuat Dayana spontan tersadar.
Dia lekas membuka matanya. Menjauh dari Kairo sampai tak tahu jika di belakangnya ada waitress yang membawa minuman.
"Awas!" Seru Kairo sambil meraih tangan Dayana dan menariknya. "Ceroboh!"
Dayana mendengus. "Bodo!"
"Dasar tukang peluk!"
"He, siapa yang peluk?" Sembur Dayana dengan berusaha menahan rasa malunya.
Jujur dirinya malu untuk mengakui bahwa dia yang memeluk Kairo. Dirinya malu jika dibilang tanpa sadar memeluk pria itu. Namun, entah kenapa memang memeluk Kairo membuatnya tenang.
Mencium aroma tubuh pria itu membuat Dayana tanpa sadar merasa kenyamanan. Kenyamanan yang tak bisa dikatakan oleh siapapun. Kenyaman yang gak pernah dia dapatkan dari Rio atau dari manapun.
"Aku…Aku harus mengecek makanan dulu ke belakang!" Seru Dayana mencoba mencari alasan lalu segera berbalik dan meninggalkan Kairo yang terdiam di tempatnya.
Pria itu menggelengkan kepalanya. Menatap kepergian gadis lucu yang malu-malu karena tingkahnya sendiri.
***
Waktu tanpa sadar terus beranjak naik. Acara perusahaan akhirnya selesai. Seorang perempuan terlihat tengah berdiri di samping mobilnya dengan menatap ke arah ke bawah dengan pandangan lusuhnya.
"Kenapa harus sekarang sih?" Gumam Dayana dengan kesal.
Wanita itu menarik nafasnya begitu dalam. Dia menegakkan tubuhnya dan menatap ke sekitar.
"Bodohnya aku parkir di lantai bawah. Jadinya kalau gini, gimana dong!" Keluhnya pada dirinya sendiri.
Dayana lemas memutar. Dia membuka pintu kemudi dan menunduk sedikit untuk mengambil ponsel miliknya yang ada di dalam tas.
Dirinya mencari nomor kontak temannya yang lain. Berusaha mencari bantuan selain sosok papanya.
"Akhh kenapa gak diangkat!" Seru Dayana dengan lelah.
Gadis itu menyandarkan dirinya di badan mobil. Dirinya benar-benar merasa lelah. Sudah hampir satu jam dia berdiri disini untuk menunggu bantuan.
"Apa aku harus menggantinya sendiri?" Ulang Dayana dengan mengangguk.
Bagaimanapun dia tak boleh manja. Apalagi dirinya juga masih ingat jika papanya pernah mengajari dirinya untuk mengganti ban jika bocor.
Akhirnya Dayana lekas membuka bagasi mobil. Mulai mengambil ban serep yang dia punya dan diletakkan di belakang, lalu beberapa alat yang memang sudah disiapkan jika sewaktu-waktu akan terjadi seperti ini.
"Ayo, Day! Kamu pasti bisa!" Kata Dayana dengan menyemangati dirinya sendiri.
Saat Dayana hendak memulai. Sebuah suara mobil mendekat membuatnya menghentikan gerakan. Dirinya mendongak dan menunggu, siapa pemilik mobil yang berhenti tepat di dekat mobilnya ini.
"Kairo," Lirihnya dengan wajah langsung menunduk malu. "Ngapain dia berhenti disini sih!"
Dayana mendumel dan hati. Jujur dirinya benar-benar merasa malu. Malu mengingat apa yang sudah dia lakukan tadi.
"Ada apa dengan mobilmu?" Tanya Kairo dengan jutek.
Dayana lekas menunjuk ban mobilnya yang depan bagian kiri. Hal itu membuat Kairo mengangguk paham.
"Lalu untuk apa ini? Kau ingin menggantinya sendiri?" Tanya Kairo yang entah kenapa terdengar cerewet.
"Kalau udah gai mua ganti sendiri. Ngapain pakai tanya, hah?" Omel Dayana dengan mendelikkan matanya kesal. "Aku mau pulang, mangkanya aku harus ganti ban dulu!"
"Kamu gak lihat baju kamu apa?"
"Kenapa sama bajuku?" Tanya Dayana dengan berpikir tak ada yang salah dengan pakaiannya. "Mengganti ban gak ada hubungannya dengan baju, Tuan Kairo!"
Dayana tak mau menggubris. Dirinya sudah lelah dan ingin segera pulang. Akhirnya dia hendak bergerak kembali. Namun, sebuah tangan menarik lengannya.
"Tuan Kairo, kau!"
"Tinggalkan mobilmu disini dan montir yang akan mengurusnya!"
"Montir langgananku gak bisa dihubungi. Jadi… "
"Biar aku yang mengurusnya!" Seru Kairo dengan nada suara tak mau ditolak. "Dan kau! Pulang bersamaku!"
"Gak mau! Aku mau naik taksi saja!"
"Kau yakin ingin jalan dari sini ke depan sana?" Ujar Kairo dengan menaikkan salah satu alisnya. "Dari parkiran bawah ke tempat taksi lumayan jauh. Kau yakin ingin jalan?"
Dayana termenung. Ya, dirinya tentu tak lupa seberapa jauh dari tempatnya ke depan gedung perusahaan. Jika dia berjalan ya tentu saja akan membutuhkan beberapa waktu.
"Aku… "
"Cepat naik!" Seru Kairo yang sudah masuk lebih dulu ke dalam mobil.
Dayana masih bingung. Dia masih berdiri di dekat mobilnya dengan pikiran yang masih ragu.
"Kau mau naik sendiri atau perlu aku gendong?"
"Gak perlu!" Seru Dayana dengan cepat. "Aku bisa naik sendiri!" Omel Dayana dengan berjalan cepat ke arah mobilnya lalu mengambil barang penting.
Tas, ponsel dan dompet semuanya dia bawa lalu segera naik ke mobil milik Kairo. Akhirnya kendaraan itu mulai bergerak meninggalkan parkiran.
Dayana terlihat takut dan mulai mencari kenyamanan di tempat duduknya. Tentu aroma wangi khas Kairo menyebar di dalam mobil itu. Aroma minyak wangi dan tubuh Kairo yang menempel membuat Dayana menelan ludahnya dengan kasar.
Kairo benar-benar pria yang membuatnya merasa aneh. Ahh lebih tepatnya apakah dia akan menjalani masa puber untuk kedua kalinya.
"Antar aku ke restoran," Kata Dayana saat dirinya mulai menyandarkan punggungnya dengan tenang.
"Ini sudah malam. Aku akan mengantarmu pulang ke rumah!"
"Jangan macam-macam, Tuan Kairo. Antar aku ke restoran!"
"Kamu!"
"Kalau kau tak mengantarku ke restoran, aku tak akan mau ikut mobilmu lagi!" Ancam Dayana dengan serius yang membuat Kairo tak bisa berkutik.
Akhirnya pria itu mau tak mau membawa Dayana ke tempat dimana dia mau. Dia mengemudi mobilnya dengan cepat dan segera menuju ke restoran yang sudah beberapa kali dia kunjungi.
Sampai tak butuh waktu lama, keadaan jalanan yang lenggang membuat keduanya sampai dalam waktu yang lebih cepat.
"Terima kasih atas tumpangannya, Tuan Kairo," Kata Dayana dengan pelan dan mulai membuka sabuk pengaman.
Kairo tak menjawab. Hal itu tentu membuat Dayana mendongak.
"Tuan!" Dayana terkejut.
Dirinya lekas menjauh saat wajah Kairo mendekat ke arah dirinya.
"Kenapa… "
Dayana menahan nafasnya. Apalagi saat wajah itu semakin mendekat dan membuat mata Dayana spontan terpejam. Dirinya benar-benar bisa merasakan jika jantungnya berdegup dengan kencang.
"Terima kasih atas kerjasamanya hari ini. Aku berharap, akan ada kerjasama lagi di lain waktu!" Bisik Kairo dengan suaranya yang seksi dan wajah keduanya yang sangat dekat.
~Bersambung
Duh nih Bang Kairo diem diem gercep juga ya wak. astaga!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kamiem sag
ya elah bang Kai... bilangsuka aja kok ga bisa sih
2025-03-19
0
Fanny Fuinny
ayooo gercep kairo, sebelum ditikung kaisar dipengkolan 🤣🤣🤣
2023-05-04
0
Enisensi Klara
🤭🤭🤭🤭kirain mau udah memejam aja itu mata day 🤭🤭
2023-05-02
0