Sebuah langkah kaki seorang anak remaja pria yang baru saja turun dari mobil itu begitu tergesa-gesa. Di tangannya terlihat sebuah rapot berwarna biru itu diangkat dengan tinggi. Wajahnya yang tampan terlihat begitu bersemangat dengan bibir memanggil sosok yang sangat dia banggakan.
"Mama, Papa! Kairo pulang!" Pekik Kairo remaja dengan baju putih biru itu terlihat begitu bahagia.
"Mama disini, Nak!" Sahut Zelia dengan suara yang agak kencang.
Kairo tentu membelokkan tubuhnya. Dia berlari ke arah pintu penghubung antara ruang keluarga dengan samping rumah. Dari jauh, Kairo bisa melihat sosok papa dan mamanya tengah duduk di kursi dengan santai.
"Ada apa, Sayang? Kenapa Kairo berteriak?" Tanya Zelia dengan perhatian pada Kairo remaja yang baru sampai dengan dada kembang kempis.
"Kairo ingin menunjukkan rapot milik Kairo, Ma," Katanya dengan antusias. "Lihat, Kairo naik kelas!"
"Oh ya?" Kata Zelia dengan tak kalah antusias.
Kairo mengangguk. Zelia lekas mengambil rapot putranya itu dan menarik tubuh suaminya yang duduk di sampingnya.
"Wah iya. Sayang, lihat! Kairo naik kelas. Dia juara satu!" Kata Zelia dengan bangga dan menunjukkan deretan angkat dan peringkat itu pada suaminya.
Frans yang dipanggil tentu lekas menoleh. Dia membaca deretan itu dalam diam.
"Kairo berhasil kan, Pa? Kairo bisa kan?" Tanya Kairo pada Frans yang masih tetap diam.
"Ya. Kamu bisa," Sahut Frans dengan ekspresi wajah yang biasa saja.
Bahkan nada suaranya terdengar dingin. Namun, tak lama suara langkah kaki berlari ke arah mereka membuat tiga orang itu mengalihkan pandangannya.
"Papa! Kaisar juara satu!" Pekik bocah dengan wajah yang begitu duplikat dengan Frans berlari ke arah ketiganya.
"Wahh, Papa lihat?" Sahut Frans dengan ekspresi wajah yang berbeda.
Bahkan pria itu sampai beranjak dari kursi dan berjongkok menerima rapot dari Kaisar dan membukanya.
"Wah! Anak papa benar-benar hebat! Anak Papa pintar," Ujar Frans dengan nada suara yang benar-benar antusias dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia.
Tanpa sadar, hal itu membuat sudut mata seorang pria yang memakai jas itu meneteskan air mata. Sebuah ingatan yang tak pernah dia lupakan. Sebuah kenangan yang selalu dia ingat sejak dulu di dalam memori kecilnya.
"Kairo," Panggil Zelia yang membuat pria itu tersenyum.
Dia mengambil tangan Zelia. Menggenggamnya dan meletakkan di salah satu sisi wajahnya.
"Makasih, Ma. Sudah selalu dukung Kairo sampai di titik ini. Kalau bukan karena Mama, Kairo akan menyerah sejak lama," Lirihnya dengan pandangan putus asa yang membuat mata Zelia tentu berkaca-kaca.
Dia sangat tahu bagaimana perjuangan putranya ini. Dia sangat tahu bagaimana Kairo bisa ada di posisi sekarang. Dia juga yang menjadi bukti Kairo belajar siang dan malam untuk membuat papanya bangga padanya.
"Kairo hebat kok. Kairo bahkan selalu semangat. Jangan pantang menyerah, Nak! Ingat, batu yang keras akan tergerus jika kita terus meneteskannya dengan air. Betul?"
Kairo mengangguk. Namun, jujur di dasar hatinya yang terdalam. Entah apakah perjuangannya akan berakhir bahagia atau tetap saja.
Dia hanya butiran debu jika dibandingkan dengan Kaisar, adiknya.
"Jangan menyerah, oke! Ada Mama disini yang akan dukung kamu," Ujar Zelia dengan serius yang membuat Kairo mengangguk.
Dia tak meragukan semangat dari mamanya. Dia tak pernah merasa sendiri sejak dulu. Zelia adalah sosok yang selalu menemani dirinya. Sosok yang tahu bagaimana dia belajar dengan giat.
Belajar untuk membuat papanya bangga padanya. Belajar untuk terlihat menonjol di kedua mata Frans. Namun, apapun akhirnya, Kairo selalu tahu jika Kaisar adalah pemenangnya.
"Terima kasih banyak, Ma. Terima kasih!"
***
Kembali ke tempat dimana team Dayana yang terlihat panik. Beberapa staf yang diminta membeli buah dan mengambil saus akhirnya kembali.
Dayana tentu lekas membawanya ke meja yang ada disana. Dia lekas menatanya dengan cepat.
"Kupas buah-buahan ini dengan baik dan biarkan aku yang akan mengurus sausnya!" ujar Dayana dengan tegas.
"Baik, Kak Day!"
"Ayo kita lakukan! Kita buktikan jika kita bisa!" Kata Dayana dengan semangat yang membuat jiwa jiwa temanya yang hampir luluh kini kembali membara.
Akhirnya ruangan itu terlihat sibuk. Dayana bahkan terlihat mulai wira wiri di ruangan tersebut. Dirinya juga segera mengambil baskom besar untuk mencampur beberapa bahan yang digunakan untuk saus salad.
"Dimana susunya?" Tanya Dayana yang kebingungan.
"Astaga, Kak Day!" Pekik seorang staf yang bertanggung jawab akan bagian saus.
"Kenapa?" Tanya Dayana dengan panik.
"Maafkan aku, Kak. Susunya ditinggalkan di jok sepeda. Aku lupa membawanya karena hanya itu yang aku letakkan di dalam jok. Aku… "
"Dimana kuncinya?" Tanya Dayana dengan segera.
"Ini!"
"Tolong ambilkan untukku yah!" Kata Dayana pada tangan kanannya.
Akhirnya Dayana melakukan hal lain. Dia berjalan keluar menuju meja prasmanan. Matanya terpejam sebentar saat melihat kotak saladnya habis.
"Semoga tepat waktu!"
Ternyata wajah Dayana dan wanita itu yang terlihat lusuh dan lekas berbalik membuat seorang wanita penasaran. Seorang wanita yang saat itu baru saja selesai mengobrol dengan klien kerja perusahaan putranya itu lekas pamit dan mengikuti langkah kaki Dayana.
"Ini susunya, Kak Day!" Kata tangan kanan Day dengan semangat.
Dayana mengangguk. Perempuan itu mulai menyiapkan semuanya di atas meja. Menggunting ujung mayonaise yang dipakai.
Saat dirinya menggunting satu per satu. Tiba-tiba tangannya menyenggol bungkus mayonaise yang sudah dia buka dengan tak sengaja dan membuat mata Dayana membelalak terkejut.
"Ja… "
Dayana memejamkan matanya. Dia tahu apa yang akan terjadi. Mayonaise itu akan berceceran di lantai dan membuat semuanya kacau. Namun, kenapa tak ada teriakan dari semua orang yang ada di tempat ini.
Hal itu tentu membuat Dayana penasaran. Dia lekas membuka kedua matanya dan melihat apa yang terjadi.
"Tante Zelia," Lirih Dayana dengan kaget saat melihat sosok wanita yang memakai gaun indah itu memegang bungkus mayonaisenya dengan aman.
"Terima kasih, Tante. Terima kasih banyak," Kata Dayana dengan serius.
Zelia tersenyum. Dia lekas meletakkan mayonaise itu di atas meja.
"Ada apa, Day? Kenapa kamu terlihat tergesa-gesa?" Tanya Zelia penasaran.
Dayana menarik nafasnya begitu dalam sebelum akhirnya dia mulai menceritakan semuanya. Apa yang terjadi disini dan kekacauan apa yang tengah dia atasi.
"Jadi kamu membuat lagi?"
"Iya, Tante."
"Ayo Tante bantu!" Kata Zelia yang membuat Dayana terkejut.
Tentu gadis itu lekas menolak. Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Gak perlu, Tante. Day… "
"Jangan menolak. Semua akan cepat selesai jika dilakukan bersama. Jadi, ayo segera buat saus ini, agar pekerjaan kamu segera selesai!"
~Bersambung
Hiyaa mulai ada gambar Kairo dan Kaisar gak. mulai paham?
huhuuu cerita mbak ze nanti ku lanjut kok. nunggu tamat dulu Mbak bia yah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kamiem sag
cemer dan camant kompak yee
2025-03-19
0
Kiki Sulandari
Pembedaan perlakuan Frans pada Kairo & Kaisar...masih teka teki...
2023-06-06
0
I'm wins
aku masih abu2😇😇
lanjut thor💪💪
2023-04-28
0