Orang Tua Alkairo?

Jujur selama di perjalanan Dayana merasa gugup. Entah kenapa dia yakin sesekali pria di sampingnya ini tengah memperhatikannya. Dia berusaha untuk setenang mungkin. Namun, entah kenapa jika berada di dekat pria yang bernama Al Kairo ini, suasana dirinya selalu tak bisa dikendalikan.

"Apa Anda memiliki urusan di sekitar sini, Tuan Kairo?" Tanya Dayana berusaha untuk mencairkan suasana. "Setahu saya, alamat kantor dan restoran saya lumayan jauh jika lewat jalan sini."

Apa yang Dayana katakan memang benar. Jika melewati restoran Dayana, maka jalannya seperti memutar menuju perusahaan Kairo.

"Tidak."

Spontan jawaban itu membuat Dayana menoleh. Dia mengerutkan keningnya seakan tak paham dengan apa yang dimaksud oleh pria di sampingnya ini.

"Tidak? Maksudnya?" Tanya Dayana yang benar-benar penasaran.

"Saya tidak ada urusan disini."

Dayana semakin dibuat tak mengerti. Bagaimana bisa pria yang tak memiliki urusan lebih memilih jalan yang lebih jauh. Bahkan masih ada jalan lain yang bisa mempercepat Kairo sampai di perusahaannya.

"Lalu untuk apa… "

"Saya hanya ingin lewat restoran Anda. Itu saja!"

Dayana tak mampu menjawab. Bibirnya seakan terkunci mendengar jawaban itu. Entah kenapa jawaban dengan wajah datar itu mampu membuat jantung Dayana berdegup kencang. Seakan apa yang dikatakan oleh Kairo adalah sesuatu yang membuat dirinya hampir saja terbuai.

Dayana tak bertanya lagi. Dia segera menghadap ke depan dan berusaha menenangkan jantungnya. Jujur dirinya tak berani untuk membuka suara atau apapun. Dirinya takut akan mendapatkan kejutan apa lagi dari pria disampingnya ini.

Akhirnya perjalanan itu berakhir. Dayana merasa ingin segera turun dan menghirup udara segar.

"Terima kasih atas tumpangannya, Tuan. Saya pergi dulu," Ucap Dayana dengan mengangguk sejenak tanpa berani menatap kedua bola matanya lalu segera membuka pintu.

Belum sampai pintu itu terbuka, sebuah tarikan tangan yang membuat punggungnya kembali bersandar membuat dirinya hampir berteriak.

"Ustt!" Kata Kairo sambil menutup bibir Dayana yang hampir berteriak.

Jujur jantungnya semakin berdegup kencang. Apalagi ketika jarak kepala mereka hanya berjarak beberapa senti. Kedua mata mereka saling tatap seakan saling mengeluarkan apa yang tengah dirasakan.

"Aku hanya ingin meminta sesuatu darimu," Kata Kairo yang benar-benar sejak awal menggunakan bahasa sehari-hari dengan mereka.

Berbeda dengan Dayana. Dia berusaha bersikap formal karena merasa keduanya kenal karena sebuah pekerjaan.

"Apa?" Tanya Dayana dengan gagap.

"Berikan nomor teleponmu kepadaku!" Kata Kairo yang bukan seperti meminta tapi memerintah.

Mata Dayana membuat penuh. Dia tak percaya jika pria yang baru saja bertemu dua kali dengannya dan kenal akan hubungan pekerjaan. Berani menutup bibirnya hanya untuk sebuah nomor ponsel.

"Untuk apa, Tuan? Saya… "

"Aku hanya ingin memastikan kau bertanggung jawab dengan pekerjaanmu!" Ucap Kairo tanpa ingin dibantah.

Entah kenapa Dayana tak bisa menolak. Akhirnya dia menerima ponsel milik Kairo dan mengetikkan nomor ponselnya disana. Setelah itu, dia langsung keluar dari mobil tanpa melihat ke belakang lagi.

Dirinya benar-benar merasa berada di dekat Kairo, jiwa dominan pria itu sangat amat mempengaruhi dirinya. Bagaimana sikap pria itu yang sangat amat tinggi, membuatnya tak bisa melakukan apapun.

"Apa yang sudah kau lakukan, Day!" Umpat Dayana pada dirinya sendiri sambil mencubit pipinya sendiri.

***

Di tempat lain, saat langkah seorang pria baru saja keluar dari lift. Pakaian rapi yang membalut tubuhnya begitu terlihat sangat amat halus dan lembut itu keluar dari sana. Sebuah suara halus dan lembut yang sangat amat dia kenali membuat langkah kakinya terhenti.

"Darimana saja kamu, Nak?"

Pria itu tentu saja lekas mengalihkan pandangannya. Dia sangat hafal betul siapa pemilik suara ini. Suara seorang wanita yang sangat amat dia sayangi sepenuh hati.

"Bunda," Panggilnya dengan wajah berbinar dan langkah kaki dibelokkan ke tempat wanita yang berdiri di dekat kaca jendela yang menghadap ke samping kantor. "Bunda bersama siapa?"

Wanita yang dipanggil bunda itu tersenyum. Dia merentangkan tangannya yang langsung diterima oleh pria itu dengan sukarela. Pelukan hangat yang selalu menenangkan hati pria tersebut.

"Bunda bertanya dulu. Kamu dari mana, Kairo?"

Alkairo melepaskan pelukannya. Dia menatap ibunya itu sambil memegang tangannya.

"Kairo dari mengurus catering untuk acara perusahaan kita, Bunda," Jawab Kairo dengan setengah berbohong.

"Catering?" Ulang wanita dengan wajah yang masih terlihat segar itu. "Tumben kamu mengurusnya sendiri. Bukankah biasanya kamu meminta sekretaris kamu untuk… "

"Untuk kali ini berbeda. Alkairo ingin memberikan yang terbaik. Jadi, semua makanan yang akan disiapkan. Harus higenis, sehat dan juga nikmat!"

Perempuan itu tak percaya. Dia mengerutkan keningnya sambil tersenyum jahil.

"Bunda gak percaya. Bunda yakin kamu sedang jatuh cinta kan?" Godanya yang membuat wajah Alkairo memerah.

"Nggak, Bunda. Kairo… "

"Jangan menggoda Kairo terus, Sayang," Sela seorang pria yang memakai jas hitam mendekati keduanya dan langsung mencium pipi sang wanita yang dipanggil Bunda oleh Kairo.

Kairo memutar matanya malas. Dia menarik lengan ibunya dan memeluknya dari samping.

"Jangan mendominasi Bunda, Papa. Ingat! Papa udah bukan anak muda lagi!" Kata Kairo dengan galak.

"Hey! Kamu secara tidak langsung bilang Papa udah tua gitu?"

Kairo menahan tawanya. Dia begitu suka ketika menjahili papanya ini tentang usia mereka.

"Kairo gak bilang yah. Papa Frans sendiri yang bilang begitu!" Ejek Kairo yang membuat Frans memasang muka memelas.

"Sayang Ze. Lihat! Anakmu ini menindasku!" Rengek Frans sambil meraih tangan istrinya dan menariknya agar lebih dekat.

"Jangan jahil pada Papamu, Nak!"

"Kairo gak jahil, Bun. Papa aja yang kayak bocil!" Balas Kairo sambil menjulurkan lidahnya.

Ahhh Zelia hanya mampu geleng-geleng kepala. Tingkah keduanya memang selalu seperti ini jika bersama. Tak ada lagi sikap cuek, judes, galak dan sombong di wajah ayah dan anak itu.

Hanya ada sikap bercanda, hangat dan juga penuh kasih sayang ketika bersama. Hanya sikap hangat seperti ini yang selalu diciptakan oleh ketiganya ketika bersama.

"Udah… Udah! Cukup!" Kata Zelia saat ayah dan anak itu hendak membalas.

"Kairo duluan, Sayang!"

"Papa duluan, Bun!"

Zelia segera memegang tangan kanan dan kiri suami serta anaknya itu. Dia menyeret dua pria itu dan membawanya masuk ke dalam ruangan putranya.

"Sekarang! Kalian boleh lanjutin disini. Bunda akan melihatnya sambil makan!" Kata Zelia dengan pura-pura kesal lalu duduk di kursi sofa yang ada di ruangan Kairo.

Jika sudah mode begini. Baik Kairo maupun Frans tak ada yang berani. Keduanya segera menyusul duduk di samping kanan dan kiri Zelia sambil menunggu makanan yang diambilkan olehnya.

"Bun!" Panggil Kairo saat Zelia memberikan piring nasi padanya.

"Ya. Ada apa, Sayang?" Tanya Zelia dengan lembut.

"Kapan Kaisar pulang?" Tanya Kairo dengan wajahnya yang serius.

Zelia tak bisa menjawab. Dia menoleh ke arah suaminya yang menghentikan gerakan tangannya untuk makan.

"Adikmu sedang melanjutkan kuliahnya. Dia akan pulang jika semuanya sudah selesai," Jawab Frans dengan menatap putranya itu.

~Bersambung

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

cieee bang tampan minta nope

2025-03-19

0

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Pasti ada alasan terselubung ,mengapa Kairo meminta nomer hp Dayana....
Ternyata Kairo anak Zelia & Frans....Dan mereka punya 2 anak

2023-06-06

1

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

kok panggilannya bunda n papa...bkn anak kandung ya thor...

2023-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!