Dayana benar-benar terlihat gugup. Ahh bahkan dirinya sampai mengatakan bahwa dia seorang karyawan. Sepertinya melihat wajah wanita yang mungkin seumuran adik dari papanya itu dan sikapnya yang baik membuat dirinya merasa tak enak hati.
Namun, entah kenapa Dayana merasa wajah Zelia sangat amat teduh. Kedua bola mata yang menatapnya bahkan terlihat sangat amat bersinar. Ditambah sikapnya yang baru pertama kali bertemu dengannya terlihat sangat amat mudah akrab dan friendly.
"Kak Day," Panggil seseorang yang membuat Dayana berbalik.
"Ya?"
"Kemari, Kak," Pinta salah satu karyawan dirinya yang membuat Dayana mengangguk.
"Maaf, Tante. Day izin harus pergi dulu yah," Ujarnya dengan sopan pada Zelia yang selalu tersenyum padanya.
"Iya, Nak. Silahkan!"
Akhirnya Dayana berbalik. Dia benar-benar merasa ada sebuah masalah. Namun, entah kenapa wajah Zelia membuat dirinya menghentikan gerakan kakinya sebentar dan menatap ke belakang.
Dari tempatnya berdiri dia bisa melihat Zelia yang tengah mengobrol dengan seseorang. Bagaimana gestur tubuhnya dan senyuman yang terus terpancar membuat Dayana ikut tersenyum.
"Bagaimana jika Mamaku masih hidup? Apa dia akan sebaik dan secantik Tante Ze?" Gumamnya pada dirinya sendiri lalu segera berbalik dan melanjutkan langkahnya.
"Ada apa?" Tanya Dayana saat dia baru saja sampai di belakang.
Sebuah ruangan yang memang digunakan untuk bagian prasmanan menyimpan beberapa makanan dan bahan mereka selama acara disini.
"Tempat salad kita jatuh, Kak Day. Dan… "
Dayana terkejut bukan main. Bahkan saat langkah kaki dirinya membawa dia berjalan ke arah tempat dimana tempat salad berisi isinya itu tercecer di lantai.
Makanan penutup yang dibuat untuk sajian yang sangat amat enak itu kini terbuang dengan percuma.
"Bagaimana bisa?" Tanya Dayana dengan menekuk salah satu kakinya dan berjongkok sambil menatap ke arah buah buahan segar yang sudah diberi saus itu menempel di lantai.
"Maaf, Nona. Kami tak sengaja menabrak staf anda yang hendak mengeluarkan salad ini ke depan. Kami benar-benar tidak sengaja," Ujar seseorang yang Dayana yakin bahwa dia yang pasti membuat salad salad ini akhirnya berakhir di atas lantai.
Dayana segera beranjak berdiri. Dia terlihat tertekan. Namun, gadis itu berusaha tetap tenang dan berpikir.
"Di depan apa masih ada saladnya?" Tanya Dayana dengan pelan.
Salah satu staf segera mengeceknya. Dayana berharap dalam hati bahwa makanan penutup itu masih ada di depan.
"Kak Day, saladnya masih ada tapi sudah tinggal sedikit," Jawab salah satu stafnya yang baru saja datang dengan nafas ngos-ngosan.
Dayana mengangguk. Dia akhirnya mulai mengambil keputusan. Dirinya tak boleh menyerah seperti ini. Dirinya harus bertanggung jawab dan mensukseskan acara ini dengan menghidangkan makanan yang sehat dan lengkap dari restoran merek.
"Oke. Kamu!" Tunjuk Dayana pada staf yang berambut hitam. "Sekarang keluarlah dan beli buah untuk persediaan."
"Lalu kamu dan kamu! Kembali ke restoran dan ambil saus salad yang masih ada disana!"
"Cari ditempat terdekat. Jangan memakan banyak waktu. Aku memberi waktu kalian sepuluh menit untuk kembali kesini lagi. Kalian bisa?"
"Bisa!"
Akhirnya yang dipinta segera keluar. Sedangkan sisanya, Dayana mulai mengecek makanan penutup apa saja yang masih ada.
"Setelah ini, keluarkan sate buah ini ke depan sebagai penarik perhatian!" Pinta Dayana dengan bijak.
Dia tak mungkin mengorbankan semuanya dan menjadi sia-sia. Dayana yakin dia bisa dan dia percaya bahwa semuanya akan kembali berjalan seperti semula.
***
Sedangkan di tempat lain. Lebih tepatnya di bagian ruangan yang lain. Terlihat seorang pria dengan langkah tegasnya berjalan ke arah sosok perempuan yang tengah menyapa para undangan.
Dirinya bisa melihat wanita yang sangat dihormati itu begitu menebarkan senyuman yang indah.
"Mama," Panggilnya yang membuat sosok yang dipanggil mama itu menoleh.
"Kairo," Sahutnya yang membuat wanita yang tak lain dan tak bukan adalah Zelia membuka kedua tangannya.
Kairo tentu langsung menerima pelukan itu. Pelukan yang selalu membuatnya tenang dan nyaman.
"Mama datang bersama siapa?" Tanya Kairo dengan pelan.
Pelukan anak dan ibu itu terlepas. Kairo juga ikut mencari sosok yang selalu menempel dengan namanya itu.
"Papa," Jawab Zelia sambil menunjuk ke seseorang yang ternyata sosok yang keduanya kenal. "Papamu sedang mengenalkan adikmu dengan rekan kerjanya."
Kairo bisa melihat dari dirinya berdiri. Papa Frans dan adiknya, Kaisar tengah mengobrol dengan klien yang sangat dia kenal. Klien besar yang bergabung dengan perusahaannya.
Entah kenapa raut wajah Kairo berubah. Ya, hal itu tentu dapat dilihat dan ditangkap oleh Zelia yang membuat senyuman di bibir wanita itu menyusut.
"Nak," Panggil Zelia yang membuat Kairo mengalihkan tatapannya. "Lihat Mama!"
Zelia mampu melihat kesedihan itu. Wajah yang tegas itu memang terlihat cuek dan dingin. Namun, tatapan mata dari soson Kairo tak bisa berbohong.
"Kairo gakpapa, Ma," Kata Kairo dengan pelan.
"Tatap Mama dulu!" Pinta Zelia dengan suaranya yang memohon dan membuat Kairo tak bisa menolaknya.
Dia segera mengalihkan tatapannya. Menatap sosok wanita yang tengah menatapnya dengan pandangan sayu.
"Kairo percaya Mama, 'kan?" Tanya Zelia dengan pelan.
Kairo belum menjawab. Dia terlihat mencari jawaban dari kedua mata mamanya itu. Dia juga terlihat tengah berusaha menekan dan menahan emosi di dalam dirinya.
"Kenapa Papa tak pernah melakukan itu pada Kairo, Ma?"
Bibir Zelia bungkam. Dia seakan tak bisa menjawabnya. Dirinya benar-benar merasa bingung dan tak tahu harus menjawab apa.
"Apa Papa benar-benar tak menyayangi Kairo?"
"Kata siapa Papa tak sayang padamu?" Tanya Zelia dengan cepat. "Apa Papa pernah marah sama Kairo?"
Kairo spontan menggeleng. Jika untuk marah dan memukul. Frans tak pernah melakukannya. Bahkan papanya itu tak pernah melakukan kekerasan padanya. Tapi…
"Perlakuan Papa pada Kairo dan Kaisar berbeda, Ma," Lirih Kairo dengan pandangan yang benar-benar menunjukkan dirinya tengah kecewa.
"Papa tak pernah menganggap Kairo ada. Bahkan meski Kairo melakukan apapun, Kairo masih kalah jauh dengan Kaisar," Lanjutnya yang benar-benar menunjukkan dirinya tengah kecewa.
Ah bukan kecewa. Hanya saja sepertinya Kairo tengah menyampaikan unek-unek yang selama ini dia simpan seorang diri. Sebuah masalah yang selama ini dia pendam sendirian.
"Papa selalu melakukan hal besar pada Kaisar. Bahkan menyampaikan apa yang Kaisar lakukan dengan bangga. Sedangkan Kairo?" Lanjutnya sambil menyebut namanya dengan nada yang seakan meremehkan. "Meski Kairo berhasil membawa pulang piala, meski Kairo berhasil memenangkan tender. Semua itu masih kalah jauh dengan apa yang Kaisar sudah lakukan."
~Bersambung
Hiyaa hayooo, ehemm sebenarnya ada apa sih di antara mereka berdua?
Kira kira apa sih yang sebenarnya terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kamiem sag
ya... mungkin kairo mandiri dan Kaisar kurang makanya perhatian papa Frans beda
2025-03-19
0
Kiki Sulandari
Dayana brnar benar menunjukkan sikap profesional & penuh tanggung jawab saat bekerja
Mengapa sikap Frans sangat membedakan antara Kairo & Ksisar?
Ada apa sebenarnya?
2023-06-06
1
Shinta Dewiana
makin pinisirin...he..he..he..
2023-05-17
0