Dayana lekas mengunci pintu kamarnya setelah selesai makan malam dengan tak berselera. Di depan dirinya terdapat orang-orang yang membuatnya berada di posisi sekarang. Dengan tak tahu malunya juga, mertua dan wanita bernama Tessa seakan saling bekerja sama untuk membuatnya cemburu.
Namun, Dayana tetaplah Day. Dibalik sikapnya yang baik, dirinya tak mudah diinjak. Hidupnya yang sudah penuh akan lika liku sejak kecil membuatnya menjadi sosok yang berani.
"Aku harus segera mengurus semuanya dan besok, aku akan menyerahkan pada wanita itu!" Kata Dayana sambil menatap ke arah lembaran yang sudah dia siapkan di atas meja.
Dayana lekas meraih ponselnya. Dia mengotak atik sejenak lalu segera menempelkan ke telinganya saat suara seringan terdengar.
"Halo," Sapa seseorang dari seberang telepon saat panggilan itu tersambung.
"Hai, Kak. Apa aku ganggu, Kakak?" Tanya Dayana dengan pelan.
"Nggak. Kakak sedang bersantai. Kenapa?"
Day terlihat kesusahan untuk mengatakannya. Namun, semua harus dia katakan. Suka tak suka. Baik atau tidak. Dia membutuhkan sosok yang ada di seberang panggilan ini.
Wanita cantik itu terlihat menarik nafasnya dengan berat. Dia berusaha mengatur perkataan yang akan dia mintai tolong.
"Aku membutuhkan bantuan, Kak Thalla," Lirih Dayana berusaha tetap tenang.
Dia diam sejenak dan sepertinya. Athalla, saudara yang sudah sangat dekat dengannya itu memberikan ruang dan waktu untuk Dayana berbicara.
"Bantu Dayana mengurus surat cerai ya, Kak."
Tak ada jawaban. Athalla masih diam di seberang sana. Hal itu tentu membuat Dayana semakin gugup. Tangannya basah akan keringat dingin. Namun, dirinya tak bisa mundur lagi.
"Dayana mohon, Kak. Bantu Day agar cepat selesai mengurus ini. Dayana… "
"Kakak akan membantumu," Kata Athalla dengan cepat dan tanpa keraguan.
Tanpa sadar setelah Athalla mengucapkan itu. Air mata Dayana menetes. Dia menangis bukan takut kehilangan semuanya. Namun, Dayana menangis karena ini adalah pertanda bahwa pernikahannya tak selamat.
Bahwa apa yang dia perjuangkan selama ini. Sosok yang dia cintai sejak pertemuan awal. Sosok yang doa bantu sepenuh hati ternyata hanya sampai di titik ini perjodohan mereka.
"Kak Ala… "
"Jangan menangis," Kata Athalla dengan lembut. "Tak perlu mengatakan alasannya pada Kakak. Tunggulah sampai kamu tenang, baru kamu bicara pada Kakak."
Ucapan itu semakin membuat Dayana menangis. Entah kenapa dia merasa tak sendirian lagi. Jujur dirinya tahu jika dia anak tunggal. Dia tahu siapa orang tua kandungnya. Namun, ternyata dirinya tetap dikelilingi oleh orang baik.
"Terima kasih, Kak. Day benar-benar merepotkan."
"Jangan katakan hal itu lagu. Kamu gak pernah repotin Kakak. Oke?"
Akhirnya panggilan itu berakhir. Dayana merasa perasaan dirinya sedikit lebih tenang. Dirinya sudah memberikan keputusan.
Ya keputusan akhirnya adalah dia memilih berpisah. Dia tak mau dimadu dan diduakan. Biarlah dia memilih sendirian tapi yang pasti hatinya tetap tenang.
***
Sinar mentari terlihat begitu terang. Melewati celah celah jendela dan membuat sebuah ruangan sedikit lebih terang. Di luar rumah pun, terdengar suara kicau burung yang terdengar merdu.
Entah kenapa suasana pagi ini sangat amat menyejukkan untuknya. Suasana yang tenang dan begitu hangat. Namun, ternyata suasana ini tak sama dengan perasaan seorang wanita yang sudah mandi sejak tadi pagi.
Dayana, gadis itu sudah menyiapkan semuanya. Koper berisi baju miliknya dan beberapa benda pribadi sudah masuk tertata rapi di sudut kamar. Ya, Dayana telah menyiapkan semuanya.
Dia siap untuk keluar dari rumah ini. Dia siap melepas semuanya untuk kebahagiaan yang lebih.
"Yang kuat, Day. Kamu bisa melewati semuanya," Lirih Dayana sambil membawa beberapa kertas itu dan keluar dari kamar.
Dari ujung tangga dia melihat semua orang berkumpul di ruang keluarga. Suaminya sedang membaca koran dengan sesekali menyesap secangkir kopi yang diletakkan di atas meja. Ibu mertuanya, tengah duduk dengan ponsel di tangannya dan yang terakhir, Tessa. Wanita itu sedang di dapur yang membuat Dayana memutar matanya malas.
Dia lekas berjalan ke arah wanita itu dan langkah kakinya membuat Tessa berbalik.
"Aku ingin bicara padamu di ruang keluarga, sekarang!" Kata Dayana dengan tegas.
Hal itu membuat mereka akhirnya berakhir disini. Dayana yang duduk dengan tenang dan berhadapan terhalang meja dengan Rio dan Tessa. Lalu ibu mertuanya, duduk tepat di samping Dayana.
"Apa yang mau kamu katakan sepagi ini?" Seru Saskia dengan sarkas. "Daripada kamu mengoceh disini. Lebih baik bantu Tessa memasak!"
Dayana tak mau terpancing. Dia mengalihkan tatapannya dan lekas menatap ke arah Rio dan Tessa bergantian.
"Aku disini ingin memberikan surat-surat ini padamu, Tessa," Ucap Dayana memulai.
Dia segera menyerahkan beberapa berkas itu di atas meja dan diterima langsung Tessa. Perempuan tak tahu malu ifu menatap beberapa lembar yang Dayana berikan.
"Yang pertama itu, surat tanah rumah ini," Ucap Dayana memulai. "Tanah ini dibeli oleh Mas Rio dengan kredit dan disana tertulis jika Mas Rio mengambil tagihan kredit selama 5 tahun."
Terlihat wajah terkejut di wajah Tessa. Dayana hanya tersenyum miring. Dia bahkan semakin enjoy untuk menjelaskan semuanya.
"Mas Rio dan aku baru membayarnya selama tiga tahun. Jadi kurang dua tahun lagi, tanah rumah ini lunas," Kata Dayana dengan lancar.
"Lalu surat kedua… " Jeda Dayana sambil melihat Tessa yang membuka lembaran kedua. "Surat itu untuk pembelian mobil. Sama seperti rumah, aku dan Mas Rio mengambilnya dengan kredit."
"Mobil itu diambil dalam waktu tiga tahun dan Mas Rio baru membayarnya satu tahun. Jadi kurang dua tahun untuk mobil itu lunas."
Dayana benar-benar menikmati pemandangan ini. Wajah kaget dan pucat pasi dari Tessa entah kenapa menjadi pemandangan indah. Apa menurut wanita itu, dia datang dan mengambil suaminya, membuat dirinya hidup dengan tenang?
Jangan hanya menilai seseorang dari penampilan. Lihatlah perjuangan pria itu terlebih dahulu.
"Lalu untuk lembar ketiga, itu adalah catatan kebutuhan rumah tangga. Uang untuk belanja makanan, uang untuk tagihan listrik setiap bulan dn juga uang untuk pembayaran gaji pelayan."
"Disana aku sudah mencatat semuanya. Berapa gaji pelayan, tagihan listrik tiap bulan jika tak membengkak yah dan belanja ke pasar," lanjut Dayana dengan ucapan yang benar-benar menusuk.
"Oh dan satu lagi, hampir lupa karena ini yang terpenting," Kata Dayana dengan cepat.
Dia melipat tangannya di depan dada. Dayana semakin menikmati pemandangan yang sangat indah ini. Wajah yang kemarin datang dengan bahagia kini berubah murung.
"Lembar terakhir itu," Kata Dayana menunjuk kertas itu yang mulai dibuka oleh Tessa. "Itu adalah catatan untuk uang bulanan ibu dan adik Mas Rio."
"Mas Rio membantu biaya sekolah adiknya. Jadi tiap ada pertemuan dia membutuhkan uang tiap bulan," Jawab seorang MC pada orang tua di depannya.
"Semua itu adalah catatan bulanan Mas Rio. semuanya sudah aku tulis dengan rinci yah. Dan yah…jangan terkejut jika terkadang tiap bulan uang gaji Mas Rio tak bersisa. Karena semua uangnya akan lari kesana!"
~Bersambung
Kaget kaget gak lu Tes, haha. Niat mau kaya ternyata lu harus nyerah dulu buat lihat kertas catetan tagihan kan, haha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Kamiem sag
selamat buat Tessa
selamat buat semuanya termasuk Day yg berani mengambil sikap tegas dan memutuskan utk cerai
2025-03-19
0
🟢🍁NuNa🌹
selamat menikmati😂
2023-06-08
2
Kiki Sulandari
Nah Tessa...karena kau sekarang istrinya Rio,maka kau yg harus menanggung semua biaya yg ada di rumah itu....
Sanggupkah Tessa dengan tanggung jawab itu?
2023-06-05
0