Lutfi duduk di dekat pusara antara Ibu dan Kakeknya,dia menatap ke depan dengan tatapan kosong.
Lutfi merasa bersalah,dia sudah mengecewakan ibu dan kakeknya,dia datang ke sana ingin meminta maaf kalo kini beasiswa yang dia dapatkan telah hilang.
Mengingat kejadian saat dia memukul pemuda itu,Lutfi merasa memang wajar dia melakukannya karena Lutfi ingin melindungi diri dari orang-orang yang sudah mengganggunya.
Lutfi tak bisa berbuat apa-apa,yang dia bisa lakukan adalah mengadu kepada sang pencipta.
Di sekolah,guru wali kelas Lutfi datang menghampiri kepala sekolah,dia merasa keberatan dengan pernyataan kepala sekolah yang sudah mencabut beasiswa Lutfi.
"pak,tolong pertimbangkan keputusan bapak untuk mencabut beasiswa Lutfi,bapak tahu sendiri kalo Lutfi anak yang tak memiliki orang tua dan belum lama kakeknya meninggal,di artikan dia tak memiliki siapa-siapa di sini,saya mohon pak untuk menarik kembali pernyataan bapak",
"bu,yang di lakukan Lutfi sudah melewati batas,ibu tahu bagaimana kondisi pemuda yang dia pukul,dan terlebih lagi pemuda itu anak pak Anto penyumbang dana terbesar di sekolah kita,dan ibu tahu kan kalo beasiswa Lutfi berasal dari keluarga mereka",
"tapi pak,Lutfi punya alasannya melakukan hal itu",
"saya tahu,tapi percuma bu alasan Lutfi tak akan di dengar oleh mereka",
"tapi setidaknya bapak mengetahui alasan Lutfi,saya yakin kalo semua ini tidak sepenuhnya salah Lutfi",
Kepala sekolah menarik nafasnya,dia merasa kebingungan di hadapkan dengan situasi seperti ini.
"maaf pak saya di sini minta keadilan untuk Lutfi,karena dia juga berhak untuk menerima keadilan di sekolah kita",
"saya tahu maksud ibu,tapi saya akan mencoba untuk membujuk pak Anto untuk memaafkan Lutfi",
"terima kasih bapak sudah mendengarkan saya dan ingin mempertimbangkannya,dan saya harap Lutfi mendapatkan keadilan",
"baiklah hari ini saya akan menemui pak Anto,dan saya mau Lutfi mengatakan sebenarnya di depan pak Anto".
Keesokan harinya,Lutfi tengah berada di ruang kepala sekolah,Lutfi di dampingi wali kelasnya untuk menghadap kepala sekolah dan pak Anto.
"Lutfi ini pak Anto ayah dari pemuda yang kamu pukul",ucap pak kepsek memperkenalkan seorang lelaki paru baya yang duduk di kursi.
"kami ingin tahu yang sebenarnya",lanjut pak kepsek.
Tanpa ragu-ragu Lutfi pun mengatakan yang sebenarnya,namun pak Anto tak terima dengan pengakuan Lutfi.
"tidak mungkin kalo putra saya melakukan hal semacam itu,karena saya selalu menutupi kebutuhannya pak kepsek",ucap Pak Anto.
"tapi memang faktanya anak bapak seperti itu,dia selalu meminta jatah pada saya jika saya melewati jalan yang dia tentukan",
"hei kamu jangan mengada-ngada,buat apa anakku meminta uang pada mu,jelas kebutuhannya terpenuhi",
"tenang dulu pak sebaiknya kita pecahkan masalah ini dengan baik,dan kamu Lutfi sementara waktu boleh pergi",titah kepsek.
"tunggu kamu jangan pergi dulu",ucap Pak Anto yang beranjak dari duduknya dan menghampiri Lutfi.
"saya akan pertimbangkan beasiswa kamu asalkan terbukti kalo putra saya bersalah tapi jika kamu terbukti bersalah,maaf sampai kapan pun kamu tidak akan mendapatkan beasiswa",ucap Pak Anto.
Lutfi terdiam lalu dia pergi meninggalkan ruangan kepsek.
...----------------...
Di rumah Lutfi sedang makan bersama Aisyah,sedangkan Afwan dia sudah tertidur nyenyak.
Aisyah sangat lahap ketika memakan telur dadar goreng buatan kakaknya.
"kak besok bolehkan aku makan daging ayam",
"insyaallah,mudah-mudahan besok kue kita cepat laku,dan kita bisa membeli daging",
Bukannya tak ingin membelikan makanan mewah,namun keuangan Lutfi yang meminta untuk tidak boros.
Selesai makan Lutfi mencuci piring lalu kembali beraktivitas rutin,yaitu membuat adonan kue yang akan dia jual.
Dan tak terasa waktu pun begitu cepat,kini hampir jam 12 malam,Lutfi mengerjakannya.
Matanya sudah merasa kantuk dan dia akhiri kegiatannya.
Hari ini hari minggu,seperti biasa Lutfi berangkat ke tokonya sambil mengajak kedua adiknya.
Sesampainya di sana Lutfi memasukan kue ke dalam etalase,setelah itu dia membersihkan toko nya,sedangkan Aisya dan Afwan mereka asyik bermain.
Lutfi sangat bersyukur dengan peninggalan kakeknya,karena dia dan adik-adiknya masih bisa mencari uang untuk kebutuhan hidup.
Tak terasa hari sudah sore,jualan Lutfi pun hampir habis,dan setelah pulang berjualan,dia berniat mengajak adik-adiknya untuk membeli ayam goreng kesukaan mereka.
Namun ketika Lutfi sedang kedatangan pembeli,seorang laki-laki paru baya datang menghampirinya dengan nafas yang terengah-engah.
"Fi...itu rumah mu Fi...",ucap laki-laki itu yang tak lain tetangga Lutfi.
"iya pak ada apa?",tanya Lutfi penasaran.
"rumah mu Fi"
"ada dengan rumah saya?",
"rumah mu kebakaran",
Sontak Lutfi terkejut,"rumah saya kebakaran".
"iya,ayo cepat kamu pulang",
Lutfi menoleh ke arah Aisyah dan Afwan,"ayo Fi cepat,sebaiknya kamu pulang,adik-adik mu biarkan bapak yang bawa",
Tidak menunggu lama Lutfi pun berlari keluar,"pak titip mereka",ucap Lutfi pada tetangganya itu.
Lutfi pun berlari sekuat tenaga,dia berharap barang-barangnya bisa di selamatkan.
Aisya dan Afwan pun ikut bersama laki-laki paru baya tadi untuk menyusul Lutfi.
Sesampainya di sana Lutfi sangat terkejut saat melihat rumahnya telah hangus terbakar,bukan hanya rumah Lutfi,tapi rumah tetangganya pun sama hangusnya.
Lutfi jatuh ke lantai sambil menatap keadaan rumah kakeknya,matanya berkaca-kaca,dia tak bisa mengungkapkan perasaannya saat ini.
Bu Yuni datang menghampiri Lutfi,"yang sabar nak,ini adalah ujian untuk kamu".
Lutfi mencoba untuk tegar dan ikhlas menerima apa yang sudah terjadi.
"kenapa banyak sekali rumah yang terbakar bu?",tanya Lutfi.
Bu Yuni menjawab,"kebakaran terjadi akibat kosleting listrik yang berada di rumah paling ujung itu,dan seketika api merembet ke rumah yang lainnya termasuk ke rumah kamu,ibu juga tak sempat menyelamatkan barang-barang yang ada di rumah mu,saking besarnya api".
Lutfi terdiam,lalu Aisyah menghampiri kakaknya,"kakak kenapa dengan rumah kita?",tanya Aisyah.
"rumah kita terbakar",jawab Lutfi.
"lalu kita tinggal dimana?",Aisyah bertanya lagi,yang membuat Lutfi tak bisa menjawabnya.
"sebaiknya kalian ikut bersama ibu tinggal di rumah ya,kamu mau kan Lutfi",ajak Bu Yuni.
Lutfi diam saja tak menjawabnya,kini dia di hadapkan dengan ujian yang lebih berat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
tdak terbayangkan maha berat ujian utk Lutfi...
2024-05-06
0