"Nabillaaa! bertahanlah sayang! Jangan tinggalkan aku lagi atau kita akan mati bersama," ucap Amran sambil menangis.
Saat Amran sibuk menangisi istrinya, justru Arland sibuk menghubungi butik busana muslim untuk mengirim pakaian syar'i dengan cadarnya untuk Nabila karena gadis itu pasti menolak pakai baju pasien rumah sakit. Arland yang memang sudah terlatih untuk bisa membaca situasi saat ini selalu sigap bertindak tanpa di suruh oleh bosnya. Walaupun begitu, ia juga menjadi tempat pelampiasan Amran jika pria itu sedang diliputi masalah berat seperti saat ini.
"Apakah kamu tidak bisa membawa mobil lebih cepat, hah?" bentak Amran pada Arland yang sudah menambah kecepatan mobilnya hingga 150 km/jam.
"Ini sudah kencang bos. Kalau tambah lagi bukan sampai rumah sakit tapi langsung masuk kubur," sahut Arland ikut senewen saat ini.
Tidak lama kemudian, mobil itu sudah memasuki di depan ruang IGD yang langsung disambut oleh dokter karena sudah dihubungi Wira untuk memberikan pelayanan terbaik mereka pada Nabilla.
Wira, Reno dan Nadin ikut menyusul ke rumah sakit untuk mengetahui keadaan Nabilla. Ketiganya masih syok saat mengetahui Nabilla adalah istrinya Amran. Reno yang sedari tadi terus membayangi wajah cantik Nabilla apa lagi dada sekang itu terus membuat si burung perkutut miliknya masih saja membengkak.
"Sial...! Kenapa aku harus melihat wajah cantik gadis itu?" batin Reno yang tersiksa sendiri dengan imajinasi liarnya saat ini.
"Aku tidak bisa habis pikir dengan mbak Nabilla. Kenapa dia bisa lari dari mas Amran. Dan kita tidak tahu kalau dua adalah istrinya mas Amran. Pantas saja, saat mami menyebutkan nama mas Amran ia hampir memotong jarinya sendiri. Kenapa mas Amran begitu bodoh menyia-nyiakan istrinya yang cantik seperti bidadari dan sejenius seperti mbak Nabilla itu," sesal Nadine.
Jika Nadin bisa mengeluh tentang pasangan dramatis malam ini, lain halnya dengan Wira yang merasa kehilangan sosok wanita yang sudah membuatnya jatuh cinta. Pria tampan ini memang sulit untuk mencurahkan perasaannya pada saudaranya. Ia lebih memilih untuk menyimpan perasaannya sendiri.
Setibanya di rumah sakit mereka hanya menemukan dua pria tampan yang terlihat hanyut dalam pikiran mereka masing-masing. Saat ini Nabilla sedang menjalani operasi pengangkatan peluru yang bersarang di perutnya. Amran meminta dokter untuk menutupi bekas luka tembak itu seperti kulit semula agar Nabilla tidak malu dengan bekas luka tembak itu saat bersamanya nanti.
Amran melirik Arlan yang sedang memegang paper bag." Apa itu?"
"Busana muslim untuk nona Nabilla, Tuan. Ini sudah satu paket dengan cadarnya dan ada juga pakaian dalam wanita semoga cukup di tubuh nona Nabilla," ucap Arlan.
"Tumben cekatan. Apakah kamu melakukannya karena naksir dengan Istriku?" tanya Amran yang mulai cemburu pada siapa saja pria.
"Sekarang baru merasakan enaknya jadi pria bucin? makanya jangan dianggurin tuh bini. Di lihat pria lain jadi panas dingin sendiri," gerutu Arland.
Amran tidak ingin menanggapi ocehan asistennya. Ia fokus menatap pintu kamar operasi yang sejak tadi belum juga padam lampunya.
"Kenapa mereka lama sekali?" keluh Amran kembali berdiri sambil mengusap lehernya yang terasa sangat kaku.
Sementara itu, ketiga saudara Wira, Reno dan Nadin tidak kalah cemasnya dengan Amran. Amran menghampiri Wira dan menanyakan ayah dari Arsen itu." Apakah istriku selama ini menjadi pelayan di rumahmu? Apakah kamu tidak pernah menyelidiki istriku Nabilla? Apakah kalian tidak tahu kalau dia adalah Istriku, hmm!" Kesal Amran menatap tajam mata Wira yang terlihat tenang saat ini.
"Jika kami tahu dia istrimu, sudah sejak lama kami akan mengembalikan dia padamu. Istrimu sudah berhasil menipu kami semua karena dia benar-benar menutupi dirinya bahkan kami tidak diperbolehkan melihat identitas pribadinya kecuali mami yang sempat melihat KTPnya yang masih menggunakan alamat kampung dan kami pikir dia dari kampung," ujar Wira yang tidak ingin di salahkan oleh Amran.
"Dan kamu Reno, apakah kamu tidak tahu sama sekali Nabilla adalah istriku?" tanya Amran.
"Jika aku tahu Nabilla itu istrimu, aku akan membawa kabur dirinya darimu. Apa lagi aku sudah melihat wajahnya secantik itu, aku tidak akan menyia-nyiakan dia seperti pria bodoh sepertimu," ujar Reno sinis.
"Kau...!" Amran makin kesal melihat wajah Reno yang terus saja menatapnya sinis.
"Mas Amran. Tidak usah berdebat seperti pria bucin. Jika mbak Nabilla mau, mungkin dia bisa menduakan hatinya saat jauh dari mas Amran. Mbak Nabilla itu cinta mati sama mas Amran," tutur Nadin.
Pintu kamar operasi itu di buka. Wajah dokter terlihat murung membuat darah Amran seakan terhisap keluar. Begitu pula Wira dan Reno yang sama-sama jatuh cinta pada wanita itu.
Nadin terisak duluan karena sangat takut jika Nabilla tidak selamat." Ya Allah, jangan Engkau ambil mbak Nabilla dari kami!" pinta Nadin yang sudah menganggap Nabilla seperti kakak kandungnya sendiri.
Wira memeluk adiknya itu dan membenamkan wajahnya Nadin di dadanya." Tenanglah Nadin, Nabilla akan baik-baik saja," ucapnya dengan suara bergetar karena ia sendiri juga takut.
"Dokter. Bagaimana kondisi istri saya dokter?" tanya Amran dengan suara lirih.
"Kami berhasil mengangkat proyektil dari tubuhnya. Hanya saja...-" ucapan dokter melayang di udara membuat Amran dan lainnya menjadi kesal.
"Lanjutkan saja ucapannya dokter! kenapa jadi tersendat-sendat begitu, kayak mobil kehabisan bensin saja," geram Amran makin tertekan.
"Dan mungkin saja, nona Nabilla tidak bisa hamil, Tuan. Andaipun bisa hamil, kemungkinan harapan itu sangat kecil," ucap dokter Nella.
"Lalu apa solusinya dokter?" tanya Amran.
"Jangan memberitahu keadaan sebenarnya pada pasien tentang kondisi yang sebenarnya. Karena itu sangat mempengaruhi jiwanya," ucap dokter Nella.
"Baik dokter. Apakah saya sudah bisa menemui istri saya?" tanya Amran.
"Nanti saja kalau sudah dipindahkan di ruang rawat inap, tuan," ucap dokter Nella lalu kembali ke kamar operasi.
Amran menarik nafas lega walaupun hatinya diliputi kegundahan. Wira, Reno dan Nadin memilih untuk pulang usai mendapatkan kabar tentang Nabilla. Mereka tidak ingin menganggu Amran lagi karena pria ini benar-benar dilanda kemelut kehidupan yang makin bertambah berat.
"Andai saja aku tidak begitu takut pada para mafia sialan itu, mungkin Nabilla akan aman bersamaku. Harusnya aku langsung memeluknya dan membawanya pulang tanpa melukai hatinya. Sekarang sudah terjadi seperti ini, aku bisa apa?" gerutu Amran menyalahkan dirinya sendiri saat ini.
"Bos. Yang memberikan anak itu hanya Allah. Jika Allah berkehendak, maka rahim nona Nabilla bisa menampung anak kembar sekaligus. Jangan cepat menyerah dengan apa yang dikatakan dokter karena ia bukan Tuhan," jelas Arland yang tidak ingin Amran terpuruk dengan keadaan Nabilla yang baru saja mereka temukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ani Ani
betul tu APAapa pun sehat dulu
2024-08-02
1
Nova Angel
betul bgt itu
2024-06-21
0
Merica Bubuk
Haisssh... 🤣🤣🤣
2024-06-15
2