Setibanya di Jakarta, lagi-lagi Nabila dibuat kagum dan juga heran seperti orang kampung baru masuk kota, saat melihat gedung apartemen mewah menjulang tinggi, seakan bersaing dengan gedung lainnya hanya untuk menunjukkan keangkuhan pemilik pengelola gedung itu.
Gedung apartemen itu juga milik dari kakeknya Amran yang saat ini dikelola oleh Amran yang hanya berstatus sebagai CEO bukan pemilik sah kecuali pernikahan yang diinginkan kakeknya terbukti.
"Kenapa kita ke sini mas?"
"Karena kita akan tinggal di sini. Jangan terlalu mengagumi gedung apartemen megah ini. Dan satu hal lagi apapun yang aku miliki bukan menjadi milikmu karena kamu hanya menumpang hidup denganku. Jadi jangan terlalu panjang angan!"
Lagi-lagi kata-kata pedas yang terlontar dari mulut Amran hanya mampu dicerna oleh Nabilla sebagai ujian pertamanya.
"Tuh mulut udah kayak petasan. Ibunya ngidam apa dulu ya? segitu mudahnya ngatain orang. Untung suami, kalau tidak ku getok juga tuh orang," cicit Nabila mengumpat suaminya yang angkuh.
"Istighfar Nabila... istighfar!" Nabilla memusatkan batinnya dengan Allah untuk mendapatkan kekuatan dari pemilik hatinya.
Lift khusus itu membawa mereka ke dalam kamar unit yang cukup besar dengan perabot rumah tangga mengkilap dengan tiga kamar terpisah. Nabilla hanya berdiri mematung, mengedarkan pandangannya yang mampu ia jangkau tanpa terlihat norak di depan suaminya yang angkuh itu.
"Kita tidur di kamar terpisah. Ini kamarku. Dan ada dua kamar diantaranya. Silahkan kamu pilih kamar mana yang kamu mau. Satu lagi, di sini tidak ada pembantu. Kerjakan semuanya sendiri. Ada bahan makanan di dalam kulkas yang bisa kamu olah.
Jangan bermimpi aku akan memanjakan kamu untuk beli makanan di luar. Jika kamu ingin membuat kue atau masakan, lakukan saja! Gunakan semua fasilitas yang ada. Lakukan apapun yang kamu inginkan di dalam rumah ini dan jangan coba-coba menanyakan urusanku saat aku ingin ke luar rumah, sampai di sini apakah kamu paham?"
"Insya Allah paham. Dan tegur saja saya, jika saya lupa atau khilaf. Aku mohon jangan membentakku karena jantungku cuma satu dan tidak ada serepnya. Kupingku juga masih sehat jika kamu ingin menyampaikan sesuatu. Jika kamu memanggilku dan aku tidak menyahutnya, itu berarti aku sedang sholat atau berada di dalam kamar mandi. Terimakasih sudah mengijinkan aku mengacak isi rumah ini. Jika kamu punya aturan sendiri untukku, aku juga bisa melakukan yang sama padamu. Bukankah aku adalah jackpot mu?" sarkas Nabilla mampu membuat Amran tersenyum nyaris tak terlihat.
"Hmm! punya nyali juga nih cewek balas kata-kata gue," batin Amran lalu masuk ke kamarnya.
Nabilla membuka pintu kamar yang lagi-lagi menyuguhkan pemandangan yang begitu takjub baginya." Ini kamar atau lapangan voli?" gumamnya lirih sambil meletakkan tasnya.
Nabilla masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Menunaikan sholat ashar dan mengaji sesaat.
"Ya Allah. Jika ini adalah bagian dari ujian yang Engkau berikan kepadaku, permudahkan aku untuk menjalaninya. Bimbinglah lisanku sebagai penyejuk hati suamiku agar mampu menenangkan jiwanya. Bukalah hatinya untukku jika dia adalah jodoh yang Engkau berikan padaku. Berilah dia petunjuk pada jalanMu yang benar.
Doa tulus Nabilla dengan tangan menengadahkan ke langit meminta kekuatan dari Sang khalik.
Sesaat kemudian, Nabilla sudah berada di dapur dengan alat tempur memasaknya. Ia begitu senang melakukan aktifitas pertamanya yaitu memasak untuk suaminya.
Aroma harum masakan lezat itu mampu menerobos masuk ke celah kamar Imran yang tergoda juga saat ini. Cacing di dalam perutnya seakan berteriak agar segera keluar untuk mencicipi masakan sang istri.
Amran yang tiba-tiba sudah duduk di kursi menghadap meja makan membuat Nabilla terperanjat dan hampir menjatuhkan mangkuk yang ia pegang.
"Astaghfirullah! apakah kamu tidak bisa bersuara sedikit saja agar tidak membuat aku jantungan?" semprot Nabilla dengan sorot matanya yang tajam.
"Jadi, kamu berharap aku memelukmu dari belakang lalu berkata i love you, baby?" begitu."
"Ya nggak begitu juga kali. Timbang berdehem, apa susahnya?"
"Ya sudah, siapin aku makan. Kalau mau berdebat, tunggu aku kenyang," pinta Amran.
"Cucilah tanganmu. Duduk manis dan jangan lupa baca doa makan!" titah Nabilla.
Amran harus menahan nafasnya karena ucapan Nabila hampir membuatnya ngakak.
"Eh, kamu kira aku anak taman kanak-kanak yang diatur sama ibu gurunya? lagi pula aku bukan anakmu," sungut Amran saat Nabilla menuangkan nasi dan lauk pauk ke dalam piringnya.
"Di mana-mana, suami itu anak pertamanya istri. Jadi, semuanya harus serba di layani. Anggap saja saat ini kamu anakku. Jadi, bersikaplah sopan padaku. Sekarang makanlah! kalau masih belum kenyang, bilang saja."
"Cih. Apakah dia adalah mantan guru? terserahlah, aku mau makan," batin Amran.
Saat Amran hendak menyuapi nasi ke mulutnya, Nabilla menegurnya." Jangan lupa baca basmalah!"
"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Amran sambil menarik nafas.
Nabilla membaca doa dan menyuapi makanan dengan sedikit merenggangkan cadarnya. Amran sedikit melirik cara makan wanita bercadar tanpa memperlihatkan wajahnya.
Amran merasakan masakan Nabilla yang sangat lezat di lidahnya, yang membuatnya ingin nambah. Biasanya ia tidak pernah menambah porsi makanannya, tapi masakan istrinya mampu menghipnotis lidahnya." Aku mau nambah lagi," pinta Amran dan langsung di layani oleh Nabilla.
Usai makan, Nabilla memberikan potongan buah apel dan juga buah anggur yang sudah disiapkan sebelum memasak tadi. Amran membawa buah itu ke dalam kamarnya.
"Tolong buatkan aku kopi Nabilla dan bawa ke kamarku! pinta Amran sambil berlalu.
"Baik mas."
Sepuluh menit kemudian, Nabilla sudah membawa secangkir kopi hitam hasil racikannya untuk Amran dan membawanya ke kamar Amran. Lagi-lagi aroma kopi buatan Nabilla membuat Amran ingin segera menyesapnya. Nabilla kembali ke dapur untuk membersihkan meja makan dan mencuci piring serta gelas bekas makan mereka.
"Kopinya juga sangat nikmat. Apakah dia juga mantan chief." Puji Amran sambil tersenyum.
Nabilla kembali ke kamarnya untuk menunaikan sholat isya. Rasa lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan mobil mewah milik Amran membuat ia segera mendatangi tempat tidurnya. Begitu pula Amran yang sudah tidur duluan karena di perjalanan mereka hanya istirahat saat Nabilla ingin ke kamar mandi dan menunaikan sholat.
Keesokan paginya, Nabilla di panggil oleh suaminya untuk menyiapkan baju untuknya. Ia ingin membawa Nabila ke hadapan kakeknya untuk diperkenalkan sebagai istrinya.
"Nabilla. Tolong siapin baju kasual untukku dan kamu juga harus bersiap-siap untuk menemani aku ke rumah kakek. Aku ingin memperkenalkan kamu padanya."
"Baik mas."
Nabilla masuk ke ruang ganti milik suaminya dan ia terkesiap saat melihat ruang ganti itu seperti konter pakaian di mall besar." Masya Allah. Sebenarnya apa pekerjaan suamiku? apakah keluarganya dulu sudah merampok bank. Astaghfirullah, kenapa aku jadi su'uzon begini ya Allah," batin Nabilla.
Ia bergegas mencari baju kaos dan celana jins yang cocok untuk suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ani Ani
isteri yang tanat
2024-08-02
0
Merica Bubuk
Nurut jg lu
2024-06-15
0
citra marwah
Hahahhaha suami kamu itu pemeran Done 3 nabila...merampok bank😅😅🤭
2024-06-06
2