Dada Nabilla berdegup kencang diiringi hembusan nafas berulang kali melepaskan beban ketakutannya hanya dengan mendengar suara bariton Wira yang sudah berhasil membuatnya berkali-kali ia terus beristigfar karena ia hampir menunjukkan kecantikannya yang selama ini hanya ia niatkan untuk suaminya sebagai bentuk kekaguman yang menggoda dengan menatapnya secara halal.
Nabilla yang sudah mengenakan baju hangat dan masuk dalam selimut sambil memanggil nama suaminya dengan membayangi aktifitas mereka yang tidak punya kesan apapun sebelumnya tapi mampu mendobrak kerinduan hatinya malam ini.
Diamnya Amran bahkan bahasa ketus yang dilontarkannya pria tampan itu menjadi nyanyian indah untuk seorang Nabilla bahkan ia sudah terbiasa dengan hal itu. Ia hanya ingat kesan manis yang tidak seberapa namun itu mampu mengendap di sana kala mengenang betapa pesonanya wajahnya mampu meruntuhkan keangkuhan suaminya yang mulai memagut bibirnya hingga membawanya ke alam nirwana walaupun hanya sampai pada pintu taman indah itu dan setelah itu ia kembali ke bara panas yang terus memanggang hatinya setiap saat dengan kesan terakhir yang diberikan suaminya itu pada mata indahnya.
Nabilla meraba bibirnya sendiri, merasakan kembali ciuman erotis suaminya yang nekat masuk ke dalam rongga mulutnya. Tangan kekar itu sempat melihat bentuk tubuhnya walaupun jamahan tangan kekar itu hanya meremas bagian dadanya yang montok bahkan terasa penuh sempurna ditangan kekar itu.
Kini membayangkan lagi saja, Nabilla mendambakan itu, apakah akan kembali terjadi tapi entah itu kapan ia bisa merasakannya lagi.
"Amran.... kerinduan ini sangat tersiksa bagiku. Kenapa aku tidak bisa mengendalikan tubuhku dengan kebencian yang ku punya untukmu. Kenapa kebencian ku kepadamu malah menyerang ku untuk terus merindukanmu di setiap saat? Aku bahkan tidak punya benda pipi yang bisa aku hubungi dirimu hanya sekedar mengetahui tentangmu. Apakah kamu baik-baik saja saat ini? Apakah aku pulang saja? dengan begitu aku ingin tahu dia sedang merindukan aku juga saat ini? atau ....? tidak....!
Aku bukan wanita yang ia rindukan. Aku jauh dari kesan seksi karena isi kepalanya hanya dipenuhi bayangan Fina bahkan... ahkkk...! apa yang mereka lakukan malam itu hingga tubuh polos Fina terekspos nyata di hadapanku. Tidak ..tidak ....! kerinduan ini hanya milikku sendiri, tidak dengan Amran. Dia pasti sedang merasakan kehangatan tubuh wanita idiot itu.
Pria yang sudah membawa wanita lain ke dalam rumah istrinya berarti sang istri tidak lagi berarti apa-apa untuknya. Bukankah itu sama saja aku sedang disingkirkan secara halus oleh suamiku sendiri. Sudahlah! aku mau tidur. Lumayan dua jam menunggu waktu subuh," lirih Nabilla lalu membaca doa tidur sambil memejamkan matanya.
Keesokan paginya, Wira terlihat sangat penasaran dengan sosok wanita yang membuat ia tidak bisa tidur semalaman. Wira hanya mengacak-acak sarapan paginya yang dibuat oleh Bu Tatik. Ingin rasanya dia meminta sarapan dibuat oleh Nabilla agar gadis itu sendiri yang melayaninya. Tugas Nabilla hanya ada di malam hari dan itu sangat lama untuk bertemu dengan gadis itu. Sementara peraturan di rumah itu sesuai aturan masing-masing.
"Bagaimana caraku bisa bertemu dengan Nabilla? apakah aku mengajaknya saja liburan keluarga bersama Minggu depan karena Arsen sudah libur sekolah. Apakah mami mengijinkan dia ikut. Akkhh...! bagaimana kalau aku memanfaatkan Arsen, dengan begitu, mami akan mengijinkan Nabilla ikut," batin Wira yang saat ini makin merindukan sosok wanita bercadar itu.
"Ayah. Cepatan ayah. Aku sudah terlambat!" ucap Arsen sambil meneguk susunya.
"Baiklah. Ambil tasmu dan salim pada Oma," ucap Wira yang sudah ditunggu asistennya.
Ayah dan anak itu sudah berada dalam satu mobil. Wira melirik Arsen yang nampak asyik dengan ponsel milik ayahnya itu. Wira mulai dengan aksinya meminta Arsen untuk merayu Omanya agar Nabilla bisa ikut liburan bersama mereka di akhir tahun ini.
"Arsen! Liburan akhir tahun nanti, kamu mau kita ke mana?"
"Luar negeri ayah. Ke Rusia saja ," pinta Arsen.
"Jangan ke sana! ayah tidak tahu bahasa Rusia yang sangat rumit itu dan itu menghalangi komunikasi kita yang hanya bisa menggunakan bahasa Inggris," tutur Wira.
"Ya sudah, terserah ayah saja mau berlibur ke mana." Arsen pasrah dengan kemauan ayahnya.
"Kita ke Turki saja," pinta Wira.
"Hmm!" ujar Arsen fokus dengan ponsel ayahnya.
"Sekalian ajak mami Nabilla!" pinta Wira
"Apa? mami Nabilla boleh ikut?" tanya Arsen dengan wajah berbinar.
"Hmm! tapi kamu harus meyakinkan Oma kamu agar mami Nabilla bisa ikut kita," ujar Wira.
"Cie....cie .. akhirnya ayahku naksir sama mama Nabilla. Tahu nggak ayah, mami Nabilla itu.....-" Arsen tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena sudah berjanji pada Nabilla untuk tidak menceritakan kepada siapapun tentang kecantikan gadis itu karena akan membuat orang lain penasaran apalagi dengan ayahnya yang bukan muhrimnya Nabilla.
"Emangnya mami Nabila kenapa?" tanya Wira penasaran.
"Mami Nabilla sangat sayang pada Arsen. Andai saja ayah mau menikahinya, mungkin kita bisa melihat kecantikan mami Nabilla dengan sesuka hati," ucap Arsen.
"Kenapa harus dengan menikah? apakah Arsen sudah melihat wajah mami Nabilla ?"
"Kata mami Nabilla, orang yang bisa melihat wajahnya hanya muhrimnya atau lelaki lain yang akan menjadi suaminya. Jika ayah menikahinya, pasti ayah bisa melihat mami Nabilla," imbuh Arsen.
"Semoga saja, mami Nabilla menyukai ayah," batin Wira.
Arsen turun dari mobil ayahnya yang sudah tiba depan gerbang sekolahnya. Wira kembali melanjutkan perjalanan menuju perusahaannya. Ia terus menatap wajah cantik Nabilla yang ada di ponselnya." Aku akan mendapatkanmu Nabilla dengan cara halal seperti yang kamu sampaikan kepada putraku," batin Wira.
Ketika memasuki malam hari, waktu yang sangat ditunggu oleh Wira untuk bisa bertemu dengan Nabilla. Semua anggota keluarga sudah berkumpul dan menunggu di layani oleh Nabilla.
Nabilla begitu gugup saat menuangkan nasi pada piring Wira yang juga merasakan hal yang sama dengannya. Nyonya Irene menanyakan tentang skripsi putri bungsunya yaitu Nadine.
"Nadin! Bagaimana dengan skripsimu?" tanya Nyonya Irene.
"Alhamdulillah mami. Akhirnya Nadin lulus dengan nilai terbaik. Nadin dapat nilai A+," ucap Nadin dengan wajah sumringah.
"Tumben otakmu encer," ledek Wira.
"Aiss...! Abang jangan remehkan kemampuan Nadin. Tapi semuanya berkat seseorang mami. Dia sangat hebat dan Nadin sangat kagum dengan sosoknya," ucap Nadin sambil mengunyah makanannya.
"Apakah kamu sedang mendekati lagi Amran?" tanya nyonya Irene.
Deggggg.....
Jantung Nabilla tiba-tiba kembali berguncang hebat mendengar nama yang sama dengan suaminya.
"Semoga bukan suamiku yang sedang dibicarakan mereka," batin Nabilla yang sedang mengupas apel untuk Arsen.
"Amran siapa mami?" tanya Wira.
"Itu lho! Mohammad Amran AL-Ghifari sahabat baiknya Reno adikmu, apakah kamu lupa?"
Duarrr...
Auhhghtt...!
Nabilla menjerit saat tangannya tidak sadar teriris hingga darahnya menetes membuat Wira reflek menghampiri Nabilla namun tangannya ditarik oleh nyonya Irene.
"Duduklah Wira! Nabilla bisa membalut lukanya sendiri. Ingat. Dia di sini hanya pelayan!" sergah nyonya Irene sinis.
"Mami. Jangan selalu merendahkan seorang pelayan. Takutnya mami akan jilat ludah mami sendiri suatu saat nanti," tutur Nadin yang langsung mengambil kotak p3k untuk Nabilla.
"Tidak apa nona Nadin. Ini hanya luka kecil. Saya ijin ke kamarku dulu. Nanti saya akan kembali lagi," ucap Nabilla sambil memegang jarinya yang terus mengeluarkan darah segar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ani Ani
ada yang kenal
2024-08-02
0
Ramlah Kuku
Nadine akhirnya takluk jg dngn Nabila
2024-05-23
5
Qaisaa Nazarudin
Nadin dan Wira sudah berubah,,Tinggal nunggu Mommy nya aja..
2023-07-23
6