Seiring berjalannya waktu, tidak terasa pernikahan Amran dan Nabilla sudah memasuki tiga bulan. Amran yang terlihat makin pongah setelah mendapatkan semua tujuannya yang ingin mengusai seperempat dunia bisnis kakeknya yang saat ini, termasuk dirinya sudah menjelajahi dunia bawah.
Sikap peduli yang sebelumnya pada Nabilla masih ada, kini mulai perlahan memudar. Ia mulai jarang pulang ke rumah kadang tiga hari bahkan satu Minggu.
Nabilla yang sudah menyadari dari awal pernikahan ini akan terasa hambar untuknya, tapi ia tidak ingin mengambil langkah yang salah walaupun sebenarnya ia tahu kalau suaminya tidak mencintainya sama sekali.
"Nabilla, sabar Nabilla! Pengantin baru itu tidak harus bahagia. Rumah tangga itu perlu di uji kelayakan penghuninya. Jika kamu rapuh dari awal, bagaimana caramu untuk membuatnya kokoh dari terpaan badai.
Jangan kalah dengan setan karena itulah tujuan iblis sebenarnya. Iblis tidak terlalu tergiur menggoda orang yang tengah beribadah pada Tuhan-Nya, tapi iblis akan menyuruh bawahannya yaitu setan agar bisa membuat rumah tangga manusia berakhir dengan perceraian," ucap Nabilla menguatkan dirinya sendiri.
Nabilla berniat untuk mengantarkan masakan kesukaan suaminya dengan membawa beberapa buah apel dan anggur untuk di simpan di kulkas ruang kerja suaminya. Ia memang belum pernah ke perusahaan suaminya karena yang ia tahu sebelumnya kalau kantor suaminya dulu ada di gedung apartemen ini juga.
Setelah mengemas makanan ala Korea Selatan itu ke dalam Tupperware, Nabilla berangkat ke perusahaan suaminya dengan mengendarai motor yang dibelikan Amran untuknya. Motor matic itu memasuki tempat parkir perusahaan. Nabilla menjadi pusat perhatian para karyawan Amran yang memandangnya dengan senyum remeh.
Nabilla tidak memperdulikan cibiran para karyawan suaminya padanya. Ia merasa penampilannya tidak memalukan suaminya. Ia berjalan menuju resepsionis untuk menanyakan keberadaan suaminya.
"Maaf nona! Apakah saya boleh bertemu dengan mas Amran?"
"Amran siapa ya?" tanya resepsionis itu dengan congkak.
"Tentu saja pemilik perusahaan ini," jawab Nabilla.
"Anda siapanya tuan Amran?"
"Oh, saya pelayannya. Saya di minta mas Amran untuk mengantarkan makan siangnya ke sini. Apakah anda ingin saya adukan kepada mas Amran, kalau anda menghalangi saya untuk mengantarkan makanan untuk tuan saya?"
"Kalau pembokat, nggak usah belagu panggil tuan Amran dengan sebutan mas. Dasar, cuma babu lagunya, sok kayak nona muda," umpat Hani.
Nabilla hanya bisa beristighfar. Ia tidak heran dengan sikapnya resepsionis itu dihadapannya saat ini." Pantesan mas Amran kalau ngomong suka pedas, nggak karyawan nggak majikan mulutnya sudah kayak marcon," batin Nabilla.
"Nona Nabilla!" Panggil pengacara Dito pada Nabilla.
"Eh, pak Dito. Assalamualaikum pak!"
"Waalaikumuslam. Mau bertemu dengan tuan Amran?"
"A... iya, pak. Saya sengaja ingin memberinya kejutan tapi lupa lantai berapa ruang kerja mas Amran."
"Masa ruang kerja suaminya sendiri nggak tahu," ledek tuan Dito.
"Apaa....? suami? bukankah wanita ini barusan mengaku pembantunya tuan Dito?" ujar Hani gugup.
"Entar kamu yang akan dipecat duluan, Hani. Makanya jadi manusia itu tidak usah menilai orang melalui penampilan," semprot tuan Dito.
"Sudah pak Dito. Saya ingin ketemu dengan suami saya," ucap Nabilla.
"Nona muda. Mohon maafkan saya. Saya salah nona," ucap Hani yang langsung bertekuk lutut pada Nabilla.
"Hargai siapa saja orang yang kamu temui di dunia ini, mbak, kecuali orang yang akan mengancam dirimu. Terimakasih atas sambutannya yang ramah. Cukup Allah yang akan menilai sikapmu padaku," ucap Nabilla lalu mengikuti langkah kaki tuan Dito.
Hani merasa sangat malu pada Nabilla yang malah menasehatinya bukan memarahinya." Ya Allah, untung istrinya tuan Amran perempuan yang sholehah, coba kalau istrinya yang arogan dengan penampilan mentereng, pasti aku bisa mampus dihardik habis-habisan," gumam Hani lirih.
"Astaga..! Ada wanita lain di atas sana bukannya dia adalah kekasihnya-" ...?" Hani membekap mulutnya dengan perasaan kelut.
Sementara itu, Nabilla sudah berada di depan pintu bercat kayu mahoni tinggi menjulang. Karena merasa itu ruang kerja suaminya, Nabilla segera membuka pintu itu secara perlahan namun ia mendengar ada suara lenguhan dari dalam sana yang membuat langkahnya terasa berat.
Melihat pemandangan yang sangat menyakitkan matanya, Nabilla langsung menegur seorang gadis yang sedang duduk di atas pangkuan suaminya sambil bercumbu.
"Laknatullah! Apa yang kalian lakukan di sini, hah?!" Bentak Nabilla dengan suara menggelegar membuat Amran spontan mendorong tubuh wanitanya ke sampingnya.
"Nabilla...kau!"
"Apa yang kamu lakukan di sini perempuan iblis?" bentak Nabilla.
"Tentu saja menemui kekasihku." Jawab gadis yang bernama Fina itu.
"Baru kekasihnya mas Amran, bukan? kenapa percaya diri sekali kamu?" sinis Nabilla.
"Tentu saja sangat percaya diri. Dari pada kamu hanya berstatus istri bonekanya mas Amran, bukan?"
"Mau boneka, robot, manekin-nya sekalipun, tetap saja statusku sah di hadapan Allah dan negara. Dari pada kamu di akui kekasih, tapi tubuhmu sudah dicicipinya secara menyicil dan belum tentu kamu akan dinikahinya.
Mungkin suatu saat jika dia bosan, dia tidak akan segan melemparkanmu seperti sampah," balas Nabilla tidak kalah sengit.
"Oh, jadi iri nih ceritanya karena nggak pernah disentuh oleh mas Amran? bagaimana dia mau bergairah menyentuhmu dengan penampilanmu yang tertutup rapat begitu, mana mungkin suami nafsu mlihatnya saja sudah bikin enek," cicit Fina dengan mencebikkan bibirnya dengan tatapan remeh.
"Yang tertutup jauh lebih higienis dan menyehatkan. Dari pada yang terbuka akan mengundang banyak lalat untuk menghinggapi tubuh yang sudah bau bangkai karena bekas siapa saja.
Kau dandan secantik ini untuk menggoda suamiku dengan pakaian minim, tapi saat kamu berjalan sepanjang jalan sampai ke tempat ini, banyak pria yang sudah menikmati bagian tubuhmu dengan tatapan mesum yang mereka miliki yang membuat mereka berfantasi liar pada mu. Lalu di mana letak istimewanya kamu, hah?!" sarkas Nabilla lalu melempar kantong buah yang dipegangnya ke tubuh Fina membuat gadis itu tersentak.
"Mas Amran. Kenapa mas diam saja saat dia melempar Fina dengan kantong yang berisi buah?" rengek Fina merasa kesakitan juga.
"Itu hanya baru kantong yang berisi buah. Besok- besok, kalau aku lihat lagi wajahmu di sini, pisau dapur yang akan aku lemparkan ke perutmu itu. Aku tidak sudi harga diriku sebagai istrinya mas Amran dilukai oleh pelakor sepertimu," umpat Nabilla dengan nafas tersengal hingga membuat dadanya naik turun tak beraturan.
"Dasar perempuan gila!" umpat Fina.
"Ya, aku bukan hanya gila. Tapi aku bisa saja menghabisimu jika milikku direbut perempuan penggoda sepertimu . Aku tidak peduli suamiku mencintaiku atau tidak, tapi pernikahan kami atas kemauannya sendiri bukan paksaan.
Dia memilihku untuk menjadi istrinya. Itu berarti kaulah yang hanya dianggap bonekanya untuk memuaskan
syahwatnya dengan imbalan uang. Itu berarti kau sederajat dengan pelacur murahan. Sekarang keluar dari sini, cepat!" Bentak Nabilla murka.
Wajah Fina terlihat sangat pucat hingga ia kesulitan untuk bernafas. Ia mengambil tasnya lalu meninggalkan ruang kerja Amran dengan wajah tertekuk sambil menghentakkan kakinya kesal.
"Terimakasih mas Amran atas pemandangan indah yang kamu suguhkan padaku hari ini! Aku tahu kedudukanku di matamu hanya sebagai status istrimu untuk mendapatkan tujuanmu.
Tapi kamu sudah berhasil menginjak harga diriku seperti tadi dihadapan wanita lain. Kamu ikut menikmati pertengkaran kami hanya untuk memperebutkanmu. Tapi, suatu saat nanti kau akan rasakan bagaimana milikmu yang akan di rebut oleh orang lain? di saat itu kamu baru tahu perasaan terluka yang saat ini aku rasakan," ucap Nabilla dengan kepala tetap tegar tanpa ada air mata.
"Satu hal lagi, jika kamu pikir aku adalah hanya Istri Bonekamu yang bisa kamu tindas sesuka hatimu, kamu salah besar mas. Karena aku tidak selugu itu. Bukan aku tidak bisa melawanmu karena aku perempuan, tapi aku memilih diam karena karena kamu adalah suamiku dan itu berarti surgaku ada padamu." Assalamualaikum...!"
Nabilla meninggalkan ruang kerja suaminya sambil mengatur emosinya sesaat agar tidak terbaca oleh karyawan suaminya. Gadis bercadar ini hanya bisa mengucapkan istighfar dalam setiap langkah kakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Amran suami b***h hanya bisa lihat s***g***ggan
2024-08-26
1
Ani Ani
kau Akan terima balasan nya
2024-08-02
1
Tarmi Widodo
good job istri keren
2024-07-05
1