Segala usaha untuk mencari keberadaan Nabilla sudah dilakukan oleh suaminya. Bahkan ia sendiri melakukan peretasan CCTV jalan dan tempat ibadah yang mungkin akan di lewati Nabilla. Namun sayang, mewabahnya wanita yang berpakaian syar'i di Jakarta saat ini, membuat Amran sulit sekali mengenali yang mana istrinya. Ia sudah kehilangan permatanya.
Saat ini, Amran tidak memiliki foto wanitanya sama sekali. Bahkan foto pernikahan mereka hanya ada di rumah kakeknya. Jika ia minta, pasti akan di curigai oleh kakeknya. Ia berinisiatif untuk mengunjungi kakeknya.
Setibanya di rumah kakeknya, Amran disambut oleh nenek Anisa yang langsung di brondong pertanyaan.
"Kenapa sendirian ke sini? Emang Nabila ke mana Amran?"
"Dia pulang kampung nenek, ada kerabatnya yang meninggal. Aku hanya mengantarnya sampai kampung dan langsung balik lagi karena ada urusan yang tidak bisa aku tinggalkan," ucap Amran banyak bohongnya.
"Kamu sudah makan?"
"Belum nenek. Ini mau numpang makan di rumah nenek," sahut Amran sambil menatap foto pernikahannya dengan Nabilla yang tergantung manis di ruang keluarga tersebut.
"Hmm! Baru di tinggal pulang kampung sudah rindu. Makanya kalau istri lagi sendiri, jangan suka di tinggal-tinggal, akhirnya terpisah begini rasanya hampakan," ledek kakeknya.
"Kamu tahu nggak, nenek sampai saat ini tidak bosan menatap wajah cantik istrimu saat ia menikah denganmu. Maksud nenek, sebelum dia mengenakan hijab," ucap nenek Anisa membuat Amran menghentikan makannya karena itulah tujuannya datang ke mansion neneknya.
"Benarkah? Coba Amran lihat nenek," pinta Amran antusias.
Nenek Anisa mengambil ponselnya dan menunjukkan galeri foto yang ada di ponselnya, lalu menyerahkan kepada Amran. Jantung Amran tidak tahu lagi rasanya seperti apa saat ini karena kerinduannya yang terus menumpuk seperti gunung es pada Nabilla dan mungkin entah sampai kapan akan mencair.
"Itu juga ada videonya saat Nabilla di dandan oleh MUA," lanjut nenek Anisa.
Amran langsung mencari video yang dimaksudkan neneknya itu. Amran memperhatikannya sebentar lalu ia langsung mengirimkan ke ponselnya sebanyak mungkin. Ia segera menghabiskan makanannya dan langsung pamit kepada kakek dan neneknya itu.
"Nenek, terimakasih banyak. Aku sayang dan cinta banget pada kalian berdua karena sudah menerima istriku dengan penuh ketulusan. Terimakasih kakek karena sudah meminta aku mencari seorang istri yang sholehah. Bukan hanya sholehahnya, tapi seorang wanita yang menjaga kehormatannya dan menyembunyikan kecantikannya hanya untuk suaminya dan aku suami yang paling beruntung itu," imbuh Amran lalu mencium dan memeluk kakeknya dengan mata berkaca-kaca.
"Jagalah Nabilla Amran! Karena tidak semua wanita yang di dunia ini Allah anugerahkan untuk kita para lelaki hampir mendekati sempurna seperti nenekmu dan Nabilla," ujar kakeknya Amran.
"Iya kakek. Terimakasih atas sarannya. Aku sangat bahagia dibalik pemaksaan kakek yang awalnya tidak aku sukai. Setelah mendapatkan Nabilla, aku baru merasa hidupku menjadi berarti.
Aku baru merasakan hidup yang punya tujuan yaitu kematian yang membawa kebahagiaan jika dibimbing langsung oleh wanita sempurna seperti Istriku, Nabilla," tutur Amran penuh haru.
"Kalau kamu tidak kuat menahan rindumu, sebaiknya kembali lagi ke kampung dan jemput dia. Jangan terlalu lama ia jauh darimu. Dan nenek harap cepat beri kami cicit sebelum kami meninggal, kamu mengerti, Amran?" pinta nenek Anisa.
"Baik, nenek. Kami akan memberikan kalian cicit yang banyak. Bila perlu kembar empat," ucap Amran sambil terkekeh.
Tawa yang hambar hampir terdengar lirihan kepedihan yang saat ini mengganjal hatinya. Amran tidak mau kakek dan neneknya curiga padanya dan Amran segera pamit pulang.
"Lain kali kalau berkunjung ke sini lagi harus berdua karena cucuku bukan hanya kamu tapi juga Nabilla," imbuh kakek Abdullah.
"Baik kakek." Amran sudah masuk ke dalam mobilnya dan siap meluncur.
Setibanya di apartemennya, Amran duduk di balkon kamarnya sambil menonton rekaman video saat Nabilla sedang di dandanin MUA.
Nabilla hanya mengenakan kemben dengan rambut yang masih terurai di pasang bando penahan rambut. Melihat itu, Amran merasa menyesal telah mengabaikan istrinya bahkan istrinya dibiarkan masih perawan sampai saat ini.
"Nabilla, tidak apa kamu pergi dariku membawa sakit hatimu. Tapi aku yakin, kamu tetap menjaga dirimu sebagai istriku apa lagi kamu masih belum disentuh olehku," gumam Amran lirih.
Sesaat kemudian, Amran tercekat saat melihat tubuh indah istrinya yang hanya mengenakan pakaian dalam sebelum Nabilla mengenakan gaun pengantinnya.
"Aduh, kenapa nenek menyimpan video seperti ini, kalau di buka kakek, bisa bahaya urusannya," gerutu Amran yang merasa kesal dengan kecerobohan neneknya.
Ia segera mengirim chating untuk meminta neneknya menghapus video yang sangat fulgar itu. Nenek Anisa menyanggupinya demi kebaikan sang cucu menantu.
"Ke mana kamu Nabilla? apakah kamu tidak merindukan aku? Kenapa kamu begitu marah tanpa mau memberikanku kesempatan untuk menjelaskannya. Bagaimana cara aku untuk bisa menemukanmu?" tanya Amran dalam kesunyiannya.
Amran bahkan tidak ingin beranjak dari dari tempat duduknya, padahal saat ini langit sedang mengirim hujan rintik-rintik bersama hembusan angin sejuk menerpa wajahnya.
"Wahai sang pemilik langit, sebanyak apapun air yang Engkau turunkan ke bumi, sedikitpun tidak menghilangkan rasa gersang dijiwaku. Bahkan ragaku telah mengering menanti belahan jiwaku yang menghilang entah ke mana.
Kembalikan dia kepadaku dan aku akan menjaganya dan memperlakukannya dengan penuh cinta dan kasih sayang yang belum sempat aku berikan kepadanya. Aku baru merasakan cintaku begitu besar padanya setelah kehilangannya. Nabillaaaaaa!" Teriakan Amran bertepatan dengan petir dan kilat yang menyambar di angkasa diikuti bunyi gemuruh langit seakan ikut merasakan kegalauan Amran karena kerinduannya pada Nabilla.
Seakan sedang kontak batin dengan Nabilla, gadis ini yang sedang membaca Alquran seketika mendengar seseorang memanggil namanya begitu jelas di pendengarannya. Seperti yang dirasakan Amran saat ini, Nabilla juga sangat merindukan suaminya itu. Ia segera keluar membuka pintu paviliunnya tanpa mengenakan cadarnya.
"Mas Amran!" Pekik Nabilla dibawah gerimis hujan.
Tanpa diketahui Nabilla, Wira sedang menikmati wajahnya secara langsung dari atas balkon kamarnya. Hanya saja, Amran tidak mendengar teriakannya Nabilla. Nabilla menengadahkan wajahnya ke atas langit, seakan sedang berdoa menyampaikan kerinduannya pada sang suami. Antara air mata dan hujan menyatu dalam kerinduannya.
"Aku merindukanmu mas Amran. Tapi, aku bukan wanita yang kamu inginkan. Biarlah seperti ini. Lagi pula mudah bagimu untuk mendapatkan wanita seperti yang kamu inginkan. Bukan wanita yang mengenakan pakaian serba tertutup sepertiku," lirih Nabilla.
Tidak lama kemudian, hujan mulai turun dengan deras. Nabilla tidak sedikitpun beranjak dari tempatnya berdiri. Ia malah menangis di bawah guyuran hujan membuat Wira termangu.
"Apa yang terjadi pada gadis itu? Kenapa dia terlihat sangat sedih?" gumam Wira lirih.
"Maafkan aku! maafkan aku! aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan memberikan hatiku pada siapapun. Aku sangat merindukanmu. Aku... hiks...hiks..!" Nabilla memeluk tubuhnya sendiri seakan ia sedang memeluk suaminya kini.
"Apakah kamu merindukan aku Nabilla?" tanya Wira yang sudah menghampiri Nabilla dengan payung ditangannya.
Mendengar suara Wira dari balik punggungnya, membuat Nabilla langsung menutup wajahnya dengan ujung mukena yang ia masih kenakan.
Nabilla langsung masuk ke liftnya karena tidak ingin melihat wajah Wira.
"Siapa orang yang sedang dirindukan Nabilla?" tanya Wira penasaran.
....
vote dan like nya, cinta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ani Ani
sumi DIA lah
2024-08-02
0
Merica Bubuk
🤣🤣🤣
2024-06-15
3
Merica Bubuk
Masih smper bermesum ria otak kau ya
2024-06-15
1