Nabilla tidak tahu harus ke mana lagi ia mencari pekerjaan. Ia juga tidak ingin pulang kampung karena Amran pasti akan menyusulnya ke sana. Dengan berbekal ijazah S2 yang ia miliki, Nabilla melamar beberapa perusahaan yang menolaknya karena penampilannya yang tidak sesuai dengan yang mereka butuhkan.
"Maaf nona. Nilai IPK mu sangat bagus. Kami ingin mempekerjakanmu asal kamu mau berpakaian seperti gadis berjilbab yang berpenampilan modis. Apakah kamu bisa?" tanya bagian HRD saat melakukan wawancara dengan Nabilla.
"Maaf Tuan. Saya tidak bisa," ucap Nabilla tegas.
"Hanya ada satu cara yang bisa kamu lakukan di perusahaan ini," ucap tuan Gunawan.
"Apa Tuan?"
"Apakah kamu mau jadi cleaning servis?"
"Maafkan saya Tuan, saya juga tidak mungkin pakai seragam itu bukan?"
"Oh iya, saya lupa. Kalau begitu, lamar saja ke sekolah-sekolah yang berbasis Islam. Mungkin kamu akan diterima di sana," ujar tuan Gunawan memberi saran.
"Terimakasih tuan untuk sarannya. Kalau begitu saya permisi dulu" ucap Nabilla.
"Hati-hati Nona!"
"Baik Tuan. Assalamualaikum!" Nabilla keluar dari perusahaan besar itu.
Ia berjalan menyusuri jalan di mana beberapa gedung perusahaan yang ia datangi hanya mempermasalahkan penampilannya, bukan kemampuan akademisnya.
Nabilla akhirnya berjalan ke area sekolah dan berhenti di sebuah sekolah yang berbasis Islam. Nabilla memilih sekolah taman kanak-kanak yang menjadi tujuan akhirnya. Saat itu ia melihat seorang anak laki-laki yang sedang berdebat dengan teman-temannya yang mengoloknya.
"Kasihan deh kamu nggak punya ibu. Bulan depan kan ada lomba memasak di sekolah, di mana harus didampingi ibu, kamu pasti didampingi sama pelayan," ledek Aldi pada Arsen.
"Siapa bilang dia tidak punya ibu?" tegur Nabilla menantang tiga anak laki-laki yang sedang merundung Arsen.
"Tante siapanya Arsen?" tanya Aldi.
"Tentu saja saya maminya Arsen."
"Sejak kapan ayah Arsen kawin lagi?" tanya Rangga.
"Kemarin. Kenapa kalian mau tahu urusan orang dewasa, hah?" bentak Nabilla membuat ketiga anak itu lari kocar-kacir.
"Kemarilah sayang!" Nabilla merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut oleh Arsen. Pria kecil itu menangis dalam pelukan Nabilla." Terimakasih Tante. Untung ada Tante. Kalau tidak, mereka pasti terus-menerus menggodaku," ucap Arsen dengan kepala tertunduk.
"Apakah kamu tidak punya ibu?"
"Bundaku sudah meninggal dua tahun yang lalu, Tante," ucap Arsen membuat Nabilla terenyuh.
"Tante juga sudah tidak punya ibu dan juga ayah. Berarti Arsen masih punya, ayah?"
Arsen mengangguk. Tidak lama, terdengar bunyi klakson mobil milik Arsen, di mana sang sopir sudah menjemputnya. Sementara sang ayah tidak ingin turun dan sibuk dengan ponselnya.
"Tante, itu mobil ayah. Aresen pulang dulu ya. Terimakasih sudah membantu Arsen jadi maminya Arsen. Sampai jumpa Tante. Assalamualaikum," ucap Arsen sambil melambaikan tangannya.
"Waalaikumuslam. Hati-hati sayang!"
Nabilla masuk ke dalam gedung sekolah Arsen untuk bertemu kepala sekolah. Kali ini, Nabilla juga tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena sekolah itu tidak membutuhkan staff.
Nabilla kembali ke masjid dimana tempat ia bisa berteduh selama sepekan ini. Nabilla menangis sendirian di pojok mesjid. Seorang ibu paruh baya menegurnya." Maaf neng! sepertinya neng tidak pernah pulang ke rumah? apa neng sedang ada masalah. Setiap hari, ibu perhatikan neng hanya duduk di pojok mesjid dan menangis."
"Maafkan saya Bu. Saya hanya sedih, karena sulit sekali mendapatkan pekerjaan. Sementara saya butuh pekerjaan untuk melanjutkan hidup." 'Nabilla menceritakan apa yang sedang ia alami selama sepekan ini untuk mendapatkan pekerjaan.
"Apakah neng bersedia melakukan pekerjaan apa saja tanpa mengandalkan ijasah?"
"Mau saja Bu. Asalkan halal."
"Apakah neng mau menjadi seorang pembantu?"
"Tidak apa Bu, saya mau saja."
"Baiklah. Kebetulan, majikan ibu sedang cari tambahan pelayan karena pelayan sebelumnya sudah menikah dan menetap di kampung. Sekarang neng bisa ikut dengan ibu. Ibu akan memperkenalkan kamu pada majikan ibu," ucap Bu Tatik.
"Terimakasih Bu." Nabilla mengikuti langkah ibu itu menuju ke sebuah mansion melalui pintu samping yang langsung masuk ke akses dapur.
Saking besarnya istana itu, hingga pembantu tinggal di belakang mansion itu berupa paviliun. Karena masih jam lima subuh, aktifitas di rumah besar itu belum di mulai. Bu Tatik meminta Nabilla untuk istirahat sebentar sebelum bertemu dengan majikannya.
"Kamu tidur dulu di tempat tidur itu bekas pelayan sebelumnya. Sepreinya masih baru, jadi kamu bisa langsung istirahat. Nanti jam delapan pagi, ibu akan memanggilmu. Kamu tidak bisa membantu apapun di sini, sebelum mendapatkan ijin dari pemilik rumah ini," ucap Bu Tatik.
"Baik Bu, saya mengerti."
Nabilla merebahkan tubuhnya. Sementara Bu Tatik langsung ke dapur utama menyiapkan sarapan pagi untuk majikannya.
Sekitar pukul delapan pagi, mansion itu tampak sepi. Ibu Tatik menyampaikan sesuatu kepada nyonya Irene tentang Nabilla." Panggil gadis itu ke mari. Biar aku sendiri yang akan mewawancarainya," ucap nyonya Irene.
Tidak lama, Nabilla sudah duduk di depan nyonya Irene." Apa kamu yakin mau bekerja sebagai pembantu di sini?"
"Iya nyonya."
"Kamu bisa melakukan apa untuk pekerjaan rumah tangga?"
"Memasak nyonya."
"Baiklah. Kalau begitu kamu bisa masak untuk makan malam nanti. Menu masakan sudah di gantung di ruang dapur. Kalau kurang jelas, tanyakan saja Bu Tatik."
"Baik nyonya."
"Saya memiliki tiga orang anak. Putra pertama saya sudah menikah tapi sudah menyandang status duda. Ia memiliki seorang putra. Namanya Arsen. Putra pertamaku pelit bicara dan sikapnya sangat kaku. Putra ke dua ku masih tinggal di luar negeri karena sedang mengelola perusahaan di sana dan putri ke tigaku masih kuliah tapi sedang mengerjakan tugas skripsi.
Nanti aku akan memperkenalkan mereka padaku saat makan malam. Kerjakan tugasmu sesuai dengan bidangmu. Jangan mencampuri pekerjaan pelayan lain. Kamu orang yang mengerti agama, jadi aku tidak perlu mengajari kamu banyak hal aturan di dalam rumah ini," Ucap nyonya Irene.
"Baik nyonya."
"Untuk upahmu akan di samakan dengan pelayan lainnya. Kalau begitu, kembali ke tempatmu. Kamu sudah tahu tempat istirahatmu?"
"Sudah Nyonya."
Nabilla kembali ke kamarnya. Ia membaca semua peraturan yang ada di dalam mansion itu. Memasuki sore hari selepas sholat ashar, Nabilla unjuk kebolehannya memasak makan malam sesuai menu yang di minta sang majikan.
Sekitar pukul tujuh malam, makanan siap di hidangkan dan anggota keluarga siap berkumpul. Nabilla sangat kaget saat melihat wajah Arsen begitu pula Arsen yang ingin menyapanya tapi di cegah oleh Nabilla dengan menempelkan jari telunjuknya di bibirnya. Spontan Arsen mengangguk patuh.
"Nabilla. Tolong layani putra pertamaku, Wira!"
"Baik nyonya."
Nabilla melirik sedikit wajah Wira yang tidak kalah tampannya dengan suaminya. Wajah beku itu mampu membuat jantung Nabilla berhenti berdetak.
Nabilla menuangkan nasi untuk Wira dan mengambil lauk sesuai pesanan mereka masing-masing. Kini Nabilla beralih ke Arsen yang menggodanya.
"Assalamualaikum mamiku!" bisik Arsen membuat Nabilla tersenyum.
"Waalaikumuslam tuan muda."
Wira memperhatikan interaksi putranya yang selama ini selalu berwajah muram tiba-tiba ceria di hadapan Nabilla.
"Kenapa putraku tiba-tiba bersikap manis pada pelayan baru?" batin Wira.
Usai melayani anggota keluarga itu Nabilla berdiri berjejer dengan pelayan lainnya.
"Nabilla."
"Iya nyonya."
"Mulai besok, tolong ajari cucuku Arsen mengaji. Arsen! apakah kamu mau di ajarin sama Nabilla, sayang?" tanya nyonya Irene.
"Sangat mau Oma. Apa lagi diajarin sama mami barunya Arsen," ucap Arsen antusias membuat ayahnya tersedak.
Uhuk...uhuk..uhuk..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ani Ani
dah nikah lah
2024-08-02
0
Ramlah Kuku
🤣🤣🤣
2024-05-23
2
guntur 1609
pasti nabila ketja samaarsen
2023-10-17
2