Amran memanggil asistennya Arlan yang tidak memberitahunya kalau istrinya tadi datang ke sini. Ia juga memanggil resepsionis yang tidak mengkonfirmasi pada sekertarisnya Azira.
"Kenapa tidak ada yang memberitahukan aku kalau ada istriku datang mengunjungi aku?"
"Maaf Tuan! saya tadi sedang istirahat dan makan siang di luar, tuan," ucap sekertaris Azira.
"Saya tadi ada pertemuan dengan tuan Dito, bos," ujar asisten Arland.
"Dan kamu, apa yang kamu lakukan?" tanya Amran pada Hani yang terlihat gemetar dengan wajah pucat.
"Saya tadi sudah melarang nona Nabilla untuk menemui tuan Amran. Saya juga awalnya tidak tahu kalau nona Nabilla adalah istrinya tuan karena ia mengaku kalau dia adalah pembantunya tuan yang ingin mengantarkan makan siang. Terus tuan Dito datang dan mengajak nona Nabilla menemui Tuan. Jadi, selebihnya saya tidak tahu tuan," ujar Hani terbata-bata.
"Baiklah. Keluar kalian semua!" bentak Amran.
Ketiganya bergegas beranjak dari ruang kerja Amran sebelum mendapatkan amukan Amran. Yang dikuatirkan Amran jika Nabilla akan mengadu pada kakeknya atau mungkin neneknya. Ia bukan takut dengan amarahnya gadis itu.
Amran segera pulang. Ia ingin menenangkan Nabilla kalau perlu merayu gadis itu agar Nabilla tidak mengadu pada kakek dan neneknya. Padahal tanpa Nabilla mengadu pada kakek dan neneknya surat perjanjian itu dengan sendirinya akan menjadikan Nabilla satu-satunya pewaris dari semua harta milik kakeknya, jika Amran nekat menikah dengan wanita lain walaupun hanya sebagai istri siri.
Setibanya di apartemen, Nabilla sedang mengaji untuk mengobati hatinya saat ini. Pintu kamarnya sedikit terbuka. Amran tidak mau menganggu gadis itu mengaji. Ia menunggu Nabilla menyelesaikan bacaan Alqurannya sambil terisak.
Amran hanya menarik nafas panjang. Dalam tiga bulan ini, ia merasa malu sendiri dengan gadis itu yang terlampau Sholehah menurutnya.
"Nabilla. Aku telah mencari lawan yang salah. Aku ingin kamu pergi dari hidupku dan meminta sendiri untuk bercerai dariku. Aku tidak pantas untukmu," batin Amran.
Nabilla segera menyelesaikan bacaannya. Nabilla membalikkan tubuhnya hendak membuka mukenanya. Amran yang langsung menerobos masuk ingin menemui Nabilla membuat Amran menahan nafasnya yang rasanya sesak saat ini.
Baik Amran maupun Nabilla sama-sama membalikkan tubuh mereka. Nabilla mengambil lagi cadarnya. Sementara Amran segera masuk ke kamarnya.
"Apakah itu Nabilla? astaga, apakah aku tidak salah lihat? benarkah dia adalah istriku? masa secantik itu? Aku pasti sudah salah lihat. Mataku sudah menipuku. Tidak mungkin itu Nabilla?" tanya Amran dengan nafas memburu.
Nabilla keluar untuk menemui Amran. Dia ingin meminta maaf kepada suaminya walaupun ia tidak bersalah. Tetap saja ia harus meminta maaf karena agamanya menuntutnya seperti itu. Nabilla memberanikan diri mengetuk pintu kamar Amran.
Tok... tok...
Tanpa menunggu lama Amran membuka pintu kamarnya." Kamu mau apa?" tanya Amran kembali ke mode pabrik dengan memasang wajah datar.
"Apakah aku boleh masuk?" tanya Nabilla dengan wajah tertunduk.
"Masuklah!" Amran membuka pintu kamarnya dan duduk ditepi ranjangnya. Ia menunggu apa yang ingin di katakan istrinya.
Nabilla bersimpuh di kakinya Amran sambil mengusap lutut Amran." Aku minta maaf mas Amran. Tolong maafkan aku atas sikapku!" ucap Nabilla sambil menahan air matanya jangan sampai mengalir.
"Buka cadarmu! Aku ingin melihat ekspresi wajahmu, apakah kamu sungguh-sungguh menyesali perbuatanmu padaku tadi? atau hanya pura-pura padaku," pinta Amran penuh tipu muslihat.
Nabilla menurutinya dengan tangan bergetar membuka cadarnya. Walaupun sudah membukanya, wajahnya tetap tertunduk tidak berani menatap wajah tampan suaminya.
"Sekarang minta maaf lagi sambil menatapku!" titah Amran hanya ingin memastikan penglihatannya tidak salah tadi.
Nabilla mengangkat wajahnya menatap wajah Amran membuat jantung Amran tidak bisa aman saat ini." Astaga. Apakah aku menikah dengan bidadari? Apa yang telah aku lakukan pada istriku sendiri? Aku telah menyimpan bidadari di rumahku tapi aku menyia-nyiakannya," batin Amran.
"Aku minta maaf mas Amran." Nabilla mengulangi lagi perkataannya sambil menatap wajah Amran dengan tatapan sendu.
"Ya sudah. Aku sudah memaafkanmu. Kembalilah ke kamarmu!"
"Terimakasih mas." Nabilla mengenakan lagi cadarnya namun dicegah oleh Amran.
"Selama kamu berada di rumah. Jangan memakai cadar saat berhadapan denganku!"
"Baik mas."
Karena gengsinya begitu tinggi membuat Amran tidak ingin memperlihatkan rasa butuhnya pada Nabilla. Padahal melihat bibirnya Nabilla tadi rasanya ia ingin melu**mat bibir gadis itu.
"Ah, ada apa dengan hatiku? aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Aku tidak mau terlibat perasaan dengannya. Biar saja seperti ini. Jika aku menyukainya bukan karena kecantikannya tapi karena aku punya perasaan dengannya," gumam Amran lirih.
Sepertinya Amran tidak puas melihat wajah cantik istrinya. Ia mencari cara untuk bisa bicara dengan Nabilla. Ia menemui lagi Nabilla yang saat ini sedang di dapur. Nabilla sedang membuat kue kesukaannya sambil melihat konten YouTube yang menampilkan chef yang sedang melakukan proses membuat kue.
"Nabilla!"
"Iya mas."
"Aku mau makan."
"Baik. Tunggu sebentar, Nabilla siapkan dulu."
Tidak berapa lama Nabilla sudah melayani suaminya. Gerak gerik Nabilla diam-diam diperhatikan oleh Amran. Kadang ia suka mencuri pandang pada istrinya." Silahkan mas!"
Nabilla kembali ke tempatnya untuk melanjutkan membuat kue sambil serius menonton you tube di ponselnya. Dengan cara begitu Amran bisa menikmati kecantikan istrinya.
"Kenapa dia cantik sekali? kenapa aku tidak bisa memalingkan mataku darinya?" Amran berperang dengan batinnya sendiri saat ini.
"Mas Amran tidak kembali ke perusahaan?" tanya Nabilla sambil merapikan adonannya untuk di masukkan ke microwave.
"Tidak. aku mau istirahat. Apakah kamu bisa membuat aku kopi?"
"Bisa mas. Tunggu sebentar." Nabilla mengatur temperatur panas dan timer pada tombol oven. Ia beralih membuat kopi hitam kesukaan suaminya.
"Bawalah ke kamarku!" Amran beranjak menuju kamarnya. Setibanya di kamar Amran tidak bisa lagi menahan hasratnya. Tapi ia tidak mau menjadikan Nabilla sebagai pelampiasan hasratnya. Ia ingin melakukannya karena mencintai gadis itu. Biarlah seperti ini. Aku tidak mau terlibat lebih jauh. Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya." Amran mengingkari perasaannya sendiri.
Bisa jadi ia tidak mau menjilati ludahnya sendiri karena sudah menghina Nabilla habis-habisan.
Tok... tok...
Nabilla membuka pintu kamar Amran yang terlihat sedang membuka ponselnya." Mas. Ini kopinya. Sebentar lagi kue buatan Nabilla matang. Apakah mas mau mencobanya?"
"Iya."
Nabilla keluar lagi menuju dapur tapi di cegah Amran." Nabilla."
"Iya mas."
"Nanti malam tidurlah di sini denganku!"
Degggg....
Rasanya saat ini tubuh Nabilla mau hampir ambruk. Ia tidak percaya dengan ucapan suaminya yang mungkin ia salah dengar.
"Mas bilang apa?"
"Nanti malam kamu temanin aku tidur disini. Apakah kamu tidak mengerti?"
"Apakah dia salah minum obat? kenapa tiba-tiba menyuruh aku tidur dengannya?" batin Nabilla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ani Ani
DIA dah gila
2024-08-02
0
Merica Bubuk
Sepertinya begitu, Bila...
2024-06-15
2
Merica Bubuk
Hmmm... wong edan 👊👊👊
2024-06-15
1