Beberapa hari kemudian, Reno mengunjungi perusahaan milik Amran setelah memastikan proyek pembangunan gedung perusahaannya sudah mencapai 80% untuk siap di pakai satu atau dua bulan ke depan.
Kedatangan Reno yang diam-diam tanpa ingin membuat sahabatnya itu mencium keberadaannya di Jakarta. Arland yang juga sahabatnya Reno sempat kaget melihat Reno sedang bicara dengan sekertaris Zira.
"Hei Reno!" Pekik Arlan saat melihat sahabatnya itu.
"Arland?" Reno menyambutnya dengan pelukan dan salaman khas mereka yang harus saling menjitak dahi.
"Apa kabar sobat! aku kira kamu sudah tidak ingin lagi balik ke Indonesia karena betah dengan para wanita bule dengan tubuh seksi," ucap Arland.
"Yah, dunia wanita malam itu memang sangat memikat tapi lama kelamaan ada rasa jenuh hingga membuat hati kita kebas. Rasa penasaran itu tidak lagi yang ada rasa menjijikkan yang membuat aku ingin pulang ke Indonesia dan melihat para wanita cantik yang dengan pakaian yang sopan dan di tambah lagi wanita berhijab tampil anggun. Tapi satu wanita yang membuatku mati penasaran adalah wanita bercadar, entah apa yang mereka sembunyikan di balik cadarnya hingga mereka begitu takut ada orang yang melihatnya," tutur Reno membuat Arlan ngakak.
Mendengar keributan di depan ruang kerjanya, Amran segera membuka pintu itu dan hendak menegur siapa yang berisik hingga menganggu konsentrasinya. Mulutnya yang tadi ingin menegur, seketika terkatup melihat sahabat baiknya itu sudah bertandang ke perusahaannya.
"Hai kadal gurun!" Panggilan akrab untuk disematkan pada Reno yang memiliki postur tubuh seperti pria timur tengah.
Reno berbalik ke arah Amran dan keduanya saling melebarkan tangan mereka hendak berpelukan." Apa kabar bro!" Pelukan keduanya sambil bertanya kabar mereka masing-masing setelah lima tahun tidak bertemu.
Arland berhutang jasa pada Amran yang selalu membantu perusahaannya jika berada di dalam masalah. Hanya saja keterlibatan mereka dalam urusan Mafia satu sama lain menutup mulut mereka.
"Aku selalu sehat dan tetap tampan seperti biasa," ujar Amran dengan gaya pamernya seperti biasa.
"Apakah kamu sudah menikah Amran?" tanya Reno.
"Sudah."
"Apakah istrimu sangat cantik?"
"Tepatnya seperti bidadari."
"Apakah Aku mengenalnya?"
"Tidak sama sekali," ujar Amran.
"Kalau begitu boleh aku berkenalan dengannya?"
"Sebaiknya jangan. Aku takut kamu naksir sama istriku ," canda Amran untuk menutupi kebohongannya.
"Cih! Kau ini pelit sekali."
"Iya, nanti kapan-kapan aku akan mengenalinya padamu tapi kamu tidak bisa menatap wajahnya karena istriku bercadar," tutur Amran.
"Cih...! apakah wanita bercadar itu sungguh cantik, Amran?" tanya Reno penasaran.
"Yah, awalnya wanita bercadar itu membuat kita sebagai pria menaruh curiga bahkan menganggap remeh mereka. Dari wajah mereka yang jelek dan tubuh mereka yang mungkin tidak profesional dengan kulit kurap, panuan dan juga kudisan. Bahkan aku berpikir rambut mereka kriting dan kutuan. Tapi semua itu berbalik 180 derajat saat mengetahui faktanya bahwa pakaian seperti jubah kalilawar itu menyimpan seorang tubuh bidadari dengan kecantikan yang luar biasa hingga kita merasa tidak pantas bersanding dengannya. Hebat bukan?" tanya Amran yang sedang mengagumi sosok Nabilla.
"Begitukah kecantikan seorang wanita bercadar?" tanya Reno dengan pikiran kotornya.
"Tentu saja Reno. Jika mereka tidak cantik dan berharga atas tubuh mereka, untuk apa mereka menyembunyikan kecantikannya dan siap menerima hinaan dari para lelaki yang meremehkan keberadaan mereka," balas Amran.
"Sepertinya kamu punya kesan pertama yang begitu buruk dengan istrimu," ledek Reno.
"Ya, begitulah. Aku baru melihat wajahnya setelah tiga bulan pernikahan kami dan itupun tanpa sengaja," tutur Amran dengan polosnya.
"Wah! berarti malam pertama kamu setelah tiga bulan itu dong?" tanya Reno namun buru-buru ditepis Amran karena dia tidak ingin mengekspose istrinya di depan sahabatnya.
"Sudahlah. Lupakan saja urusan istriku! sekarang, ada kabar apa, hingga kamu datang ke perusahaan ku tanpa ada pemberitahuan?" tanya Amran.
"Besok malam aku mengadakan pesta kecil-kecilan dengan teman lama. Aku harap kamu datang bro karena tiga bulan lagi aku mau meresmikan perusahaan ku di Jakarta," kata Reno.
"Ok. Insya Allah, aku akan datang. Tapi, di mana pestanya?"
"Di rumahku. Kita pesta kebun sambil menikmati gadis-gadis cantik yang akan menemani kita malam ini," ucap Reno.
"Kalau begitu jangan membiarkan mereka mengenakan pakaian terbuka karena aku tidak mau ada wanita yang berani menggodaku atau aku akan menembak kepalanya," ucap Amran setengah mengancam.
"Santai bro! aku tahu kamu sudah berubah karena istrimu yang alim itu bukan? aku jadi penasaran seberapa hebatnya, dia bagimu hingga kamu bisa berubah seperti ini. Jiwa liarmu ke mana sekarang Amran?" tawa Reno menggoda Amran yang tidak begitu peduli dengan ledekan Reno padanya.
"Jika kamu bisa menemukan wanita shalihah seperti istriku, kamu akan merasakan sesuatu yang tidak pernah kamu rasakan kebahagian dan kebanggaan itu karena uangmu tidak bisa membayar perasaan itu," pukas Amran.
"Baiklah. Kalau begitu aku pamit. Jangan lupa besok malam datang ke pestaku dan tidak perlu membawa istrimu. Simpan saja dia di kamarmu! atau aku akan merebutnya darimu!" Reno sepertinya mulai tergiur dengan ucapan Amran yang menggambarkan sosok Nabilla tanpa sadar.
"It's ok. See you tomorrow bro!" ucap Amran kembali bersalaman.
Keesokan malamnya, Reno memastikan lagi persiapan pesta yang sudah para pelayannya siapkan sebaik mungkin. Sementara Nabilla memastikan lagi makanan yang sudah di siapkan di meja makan panjang yang ada di area taman belakang mansion yang cukup luas itu. Tempat pesta itu tidak jauh berada di area kolam renang.
Tidak lama kemudian para tamu undangan sudah datang sambil menggandeng wanita-wanita mereka entah istri atau simpanan mereka yang jelas penampilan mereka sangat berkelas. Mereka saling bersalaman satu sama lain. Diantara tamu itu ada yang Amran kenal yaitu beberapa mafia yang menjadi musuh besarnya tapi tidak ia hiraukan. Ia hanya fokus pada pesta itu untuk menyenangkan sahabatnya.
Amran yang tidak ingin menikmati minuman khamar meminta Reno untuk dibawakan kopi untuknya. Reno meminta pelayannya agar Nabilla membuatkan kopi untuk Amran. Pelayan itu segera memberitahukan pesan Reno pada Nabilla dan meminta gadis itu untuk membawakan langsung ke Reno karena sahabat Reno duduk dekat pria tampan itu.
Sesaat kemudian suasana menjadi hening kala Nabilla mengantar kopi itu menuju tempat Reno duduk. Amran yang duduk membelakangi arah datangnya Nabilla tidak mengetahui saat ini istrinya yang membawa sendiri kopi untuknya.
"Permisi Tuan!" ucap Nabilla pada Reno membuat jantung Amran berdegup kencang.
"Letakkan di sini kopinya!" Titah Reno pada Nabilla yang sedikit membungkukkan tubuhnya untuk meletakkan kopi itu di atas meja. Saat melihat ada tanda lahir dipunggung tangan itu, darah Amran seketika berdesir dan iapun menatap ke arah Nabilla.
"Silahkan di minum kopinya tu....-"
Mata Nabilla menatap nanar wajah tampan kekasihnya yang selama ini menghiasi rindunya bahkan menyiksa jiwanya. Tatapan penuh kerinduan keduanya membuat Reno menjadi bingung namun ia tidak mau mengucapkan apapun.
Baik Nabilla maupun Amran hanya mendesis nama mereka.
"Mas Amran...!"
"Nabilla...!" Mata Nabilla sudah berkaca-kaca tanpa ingin mengalihkan pandangannya pada Amran.
"Kamu kenal gadis ini, bro?" tanya Reno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ani Ani
Bini dia
2024-08-02
0
Merica Bubuk
Ketemu sm nabila
2024-06-15
1
Ramlah Kuku
suamimu mafia
2024-05-23
1