Usai mendengarkan fakta tentang prestasi dan gelar jenjang pendidikan yang disandang Nabilla, rasa hormat dan takjub Wira pada Nabilla. Ia merasa malu dan sangat kecil di hadapan gadis bercadar ini.
"Nabilla. Apakah kamu mau bekerja di perusahaanku?" tanya Wira.
"Aku tidak berminat lagi Tuan. Aku senang dengan pekerjaanku sekarang. Aku masih punya hutang dengan Arsen. Aku ingin mendidik putra anda dengan pendidikan agama yang mampuni dan berakhlak mulia.
Lagi pula aku sedang bersembunyi dari seseorang yang tidak bisa aku ceritakan kepadamu, Tuan. Dan aku mohon rahasiakan jati diriku dari siapapun termasuk keluarga anda karena Nadin hanya tahu sedikit tentangku, cukup itu sebagai bayaran anda untuk jasaku hari ini yang telah menyelamatkan harga diri anda pada tuan Khalid," pinta Nabilla tegas.
"Apakah dia kekasihmu Nabilla? Itukah sebabnya kamu sampai lari keluar dan berdiri di bawah hujan hanya karena rindumu padanya?"
"Iya Tuan. Dia kekasihku. Lelaki pertama dalam hidupku dan insya Allah semoga menjadi yang terakhir untuk diriku," sahut Nabilla.
"Apakah kamu mencintainya?" tanya Wira gugup.
"Lebih dari nyawaku sendiri," ucap Nabilla sambil berurai air mata.
Mendengar ucapan Nabilla, hati Wira rasanya sangat sakit. Niatnya ingin melamar Nabilla sirnalah sudah. Nabilla akhirnya pamit pada Wira, namun tangannya di tarik hingga Nabilla hampir menabrak dada bidang itu kalau tidak ia tahan sedikit saja tubuhnya sudah jatuh di pelukan pria tampan itu.
"Jika sesakit itu kamu lari darinya, aku siap menerimamu Nabilla. Jadilah mami sungguhan untuk putraku Arsen dan istriku Nabilla. Aku sangat.....-"
"Jangan ucapkan kata itu tuan Wira karena posisiku sebenarnya adalah istri seseorang. Aku hanya ingin menjauh darinya karena sesuatu alasan yang sangat sakit untuk aku ungkapkan dan tolong jangan mengajukan pertanyaan apapun padaku. Bagaimanapun juga dia adalah suamiku dan aibnya adalah pakaianku," ucap Nabilla dengan menundukkan wajahnya.
"Nabilla. Mengapa hal hina yang kami sandingkan padamu malah kamu balas dengan kebaikan?" tanya Wira.
"Karena Rosulullah mengajarkan kita seperti itu. Jika mengaku mencintainya, teladani lah akhlaknya, insya Allah, hidup kita akan terus di bimbing Allah. Jika kita mengikuti hawa naf*su, bersiaplah bersiaplah, setan akan membimbing kita dalam kesesatan," ujar Nabilla.
"Terimakasih Nabilla. Sekarang kamu boleh kembali ke kamarmu dan maafkan atas sikapku dan juga sikap ibuku padamu. Karena kehadiranmu, rumah ini menjadi bercahaya. Membawa berkah sendiri untuk kami. Kami berhutang banyak padamu Nabilla. Jika kamu punya kesulitan, sampaikan saja padaku. Tidak perlu sungkan meminta bantuanku," ucap Wira lalu melepaskan genggamannya pada tangan Nabilla.
"Terimakasih sudah menerimaku dengan baik di rumah ini. Aku tidak menyalahkan atas sikap kalian padaku karena sifat yang suka menghina orang lain itu karena ia belum sepenuhnya mengenal orang itu dan jika masih menghina juga berarti ada penyakit di hatinya," lirih Nabilla.
Gadis itu keluar dari kamar Wira dengan perasaan lega karena ia sudah memperjelas statusnya sebagai istri Amran walaupun tidak menyebutkan nama kekasihnya itu. Ia hanya ingin menghargainya sebagai wanita bersuami.
Bagi Nabilla, ia bisa mencurahkan isi hatinya pada Wira untuk membuat jarak diantara mereka diatur sedemikian rupa, tapi tidak dengan Wira rasa ingin memiliki gadis itu makin tinggi. Rasa kagumnya makin bertambah pada sosok Nabilla yang tegas pada sesuatu yang batil.
"Nabilla, jika kamu merasa dirimu bebas dariku, kamu salah besar sayang. Aku makin penasaran siapa pria pemilik hatimu itu hingga membuatmu mempertahankan dirimu menjadi istrinya dan sekaligus orang yang ingin kamu jauhi. Perpaduan yang sangat menarik untuk bisa ku hancurkan dengan mudah. Hanya lelaki bodoh yang melepaskan kamu begitu saja." Seringai licik itu terlihat menakutkan.
Tok....tok...
Cek lek..
Nadine membuka pintu kamar kakaknya sambil mengintip dengan menjorok tubuhnya sedikit sambil nyengir.
"Permisi bang Wira! Aku boleh masuk nggak?" tanya Nadine.
"Masuklah!" Wira mengambil posisi duduk dan minta adiknya duduk di sampingnya.
"Duduklah di sini!" Wajah Wira terlihat sedih membuat Nadine tidak berani menggodanya.
"Abang kenapa?" tanya Nadin.
"Bagaimana kamu bisa mengetahui kalau Nabilla memiliki ilmu?"
"Saat Nadin dalam keadaan tertekan karena dosen pembimbing Nadin meminta revisi dari bab satu sampai lima dan di suruh ganti judul. Saat itulah Nabilla datang sebagai Dewi penyelamat aku bang. Dia meminta aku untuk merahasiakan kehebatannya demi menjaga nama baikku.
Tapi melihat Abang hari ini setress, aku jadi tidak tega dan terpaksa menyodorkan dia pada Abang untuk menolong Abang. Hanya dia yang kita bisa andalkan. Aku bahkan sangat malu bang sama mbak Nabilla. Tapi, mobilnya jadikan bang?" tanya Nadin yang tidak ingin rugi.
"Jadi Nadin. Insya Allah minggu depan mobilnya datang," ucap Wira.
"Terimakasih ya bang!"
"Abang yang harus terimakasih kepadamu, karena kamu Abang bisa menadatangani kontrak kerjasamanya. Hanya saja, Abang bingung untuk memberikan hadiah buat Nabilla karena gadis itu tidak menginginkan apapun kecuali rahasia identitasnya yang harus kita jaga. Jika kita menjaganya maka dia akan tetap di sini bersama kita," ucap Wira.
"Kenapa Abang tidak sekalian saja nikahin mbak Nabilla?" titah Nadin.
"Tanpa kamu suruh, aku sudah punya niat untuk melamarnya sebelum kejadian malam ini. Masalahnya dia adalah istri orang. Sepertinya pernikahannya bermasalah tapi dia masih mencintai suaminya," ucap Wira.
"Astaga. Jadi rumah ini hanya tempat untuk persembunyiannya? berarti suaminya orang yang berpengaruh, bang. Tidak mungkin orang biasa sampai ia begitu takut untuk unjuk diri" tutur Nadin.
"Bukan ketakutan, tapi lebih kepada kebencian. Ada sesuatu yang membuatnya sakit, tapi cinta yang ia punya untuk laki-laki itu mengalahkan sakit yang ia rasakan. Aku ingin memenangkan hatinya," ucap Wira penuh percaya diri.
"Jangan terlalu banyak berharap bang! mbak Nabilla tipikal wanita setia," timpal Nabilla.
Wira tidak menanggapi ucapan adiknya. Ia punya rencana sendiri untuk mendapatkan Nabilla.
Keesokan harinya, Nabilla memasak makanan kesukaan untuk suaminya di dapur paviliunnya. Ia juga membuat kopi untuk suaminya. Ia meminta tukang ojek mengantarnya ke perusahaan Amran.
Sekuriti mengantar langsung ke ruang kerja Amran. Arland yang menerima ransum itu mengernyitkan dahinya
"Ini dari Nabilla. Apakah Nabilla yang mengantarkan sendiri makanan ini?" tanya Arlan.
"Di antar sama tukang ojek tuan," sahut sekuriti itu.
"Baiklah. Kamu boleh pergi!"
"Baik Tuan."
Arland membawa ransum itu untuk Amran." Siapa yang mengirimnya?"
"Nona Nabilla Tuan," ucap Arland.
"Apakah dia masih di bawa. Suruh sekuriti menahannya. Jangan sampai kita kehilangannya," ucap Amran terburu-buru sambil membuka pintu.
"Tuan. Makanan ini dikirim melalui tukang ojek. Sepertinya nona Nabilla merindukan anda. Setelah sekian bulan ia mengirim makanan untuk anda. Kalau bukan rindu, apa namanya," ucap Arland.
"Keluarlah! Aku ingin sendiri." Amran membuka ransum itu. Aroma makanan itu sudah memanggilnya untuk segera menikmatinya. Setiap suapan yang ia makan bersamaan dengan air matanya.
"Nabilla. Benarkah kamu merindukanku?" tanya Amran lirih.
........
Mohon like and vote nya cinta.
Takabbalahu Minna wa minkum..Mohon maaf lahir batin untuk readers tercinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ani Ani
ya DIA rindu Kau yang silap langkah
2024-08-02
1
Ramlah Kuku
Nabila istri soleha
2024-05-23
2
zian al abasy
masihkh ad wanita yng sprti nabila😭😭😭antra sedih bngga sm nabila bngga krna wanita berahlak dn wanita jenius gk bs d ungkap dngan kt"bestt nabila.smga kmbali sm amran ajh jngan sm wira ibuny trlalu mnyepelekan nabila..
2024-05-23
1