Chapter 18

"Lebam dan luka bekas cakar disekujur tubuh. Tulang kaki kanan patah, begitu juga dengan tulang tangan kanan. Tiga tulang rusuk retak, sama halnya dengan tulang pundak kanan. Terakhir, tulang tengkorak kepala juga retak karena terbentur dengan keras hingga tidak sadarkan diri hingga kini," jelas Mamoru sambil menutup mata. Saat kedua kelopak matanya terbuka lagi, dia menatap tajam Shiro yang ada di sampingnya. "Bagaimana Shura bisa mendapatkan luka separah itu, Shiro? Apa yang telah kau lakukan padanya?"

"Bukan aku!" bela Shiro. "Aku hanya berbaik hati menolongnya dengan membawanya kemari, bukan membiarkannya di bawah pohon, tahu!?"

"Kalau begitu, siapa?" tanya Aya, sedangkan saudara kembarnya, Maya hanya diam membisu membalut luka Shura yang sedang terbaring tidak sadarkan diri di atas futon kamarnya sendiri.

"Akihiko. Serigala berengsek itu." Jawab Shiro kesal.

Aya, Maya dan Mamoru terkejut mendengar jawaban Shiro. Mata mereka bertiga terbelalak tidak mempercayai apa yang dikatakannya, "Kau yakin, Shiro?" tanya Mamoru lagi.

"Kalau tidak percaya, ya sudah? Yang penting memang bukan aku yang melakukannya, walau sesungguhnya aku ingin sekali!" jawab Shiro sambil membuang wajahnya.

Mamoru, Aya dan Maya yang melihat sikap Shiro tahu, hanyou itu tidak berbohong. Shiro bukanlah orang yang bisa berbohong. Hanya saja, mereka tidak mengerti kenapa Akihiko melakukan itu. Memang, mereka tahu, hubungan antara Penguasa Tanah Barat dan Selatan tidak selalu baik. Namun, sikap yang diperlihatkan Akihiko dan Shura saat mereka tiba di Istana Tanah Selatan ini pertama kali juga tidak dikatakan buruk. Terlebih lagi, kalau menilai siapa sesungguhnya Shura itu, Akihiko tidak mungkin menyerang Shura hingga luka separah ini.

Ketiga bersaudara taijiya itu kemudian menolehkan kepala mereka menatap inuyoukai yang masih terbaring tidak sadarkan diri itu, kepala mereka penuh dengan pertanyaan yang tidak mereka miliki jawabannya.

Shiro juga menolehkan wajah menatap Shura dengan pelan. Melihat sosok yang tidak sadarkan diri itu, ada perasaan sedih, tidak tega dan marah yang tumbuh dalam hatinya. Dia ada di sana saat itu, melihat dengan kepala matanya sendiri, Shura yang menyerang Akihiko dengan segenap tenaganya, serta Akihiko yang juga tidak segan-segan dalam melawannya. Dia ingat ekspresi kesakitan yang dipelihatkan wajah selalu tanpa ekspresi itu—ekspresi wajah yang mati-matian menahan teriakan kesakitan saat Penguasa Tanah Selatan itu mematahkan tulang tangannya.

Pertarungan mereka memang bukan pertarungan biasa. Kedua pihak tidak main-main, hanya saja, tidak peduli betapa kerasnya Shura mencoba, seorang youkai yang baru berusia kurang dari sepuluh tahun tidak mungkin dapat mengalahkan Akihiko yang telah berusia ratusan tahun. Namun, dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dia memang berusaha menghentikan pertarungan itu, tapi yang besangkutan tidak mempedulikannya, mereka tetap saja maju untuk saling menyerang. Ekspresi wajah Shura saat itu penuh dengan tekad, seakan pertarungan yang dilakukannya itu adalah sesuatu yang harus dan wajib dimenangkannya untuk melanjutkan hidupnya. Shiro tidak mengerti, eskpresi wajah dan juga kegigihan Shura. Apa yang sebenarnya terjadi pada inuyoukai kecil ini? Mengapa dia bisa berada di selatan? Dan yang paling penting, jika apa yang dikatakan Akihiko padanya kemarin benar, bagaimana mungkin Shura bisa tidak mengenal Rin?

Di tengah kebingungan mereka, pintu kamar Shura tiba-tiba terbuka, dan Sakura berlari masuk dengan wajah pucat pasi penuh ketakutan. "Kak Shura!" teriaknya. Air mata mengalir menuruni pipinya. Tidak mempedulikan siapa pun yang ada di sana, dia langsung berlari mendekati Shura. "Kak Shura! Bangun! Kakak!" teriak Sakura terus sambil mengenggam tangan Shura.

Shiro yang melihat air mata adiknya segera berjalan mendekati hanyou kecil itu dan menghiburnya, "Jangan menangis, Sakura. Anjing mesum ini tidak apa-apa, dia tidak akan mati." Namun, yang bersangkutan tidak mempedulikannya, tangisannya malah semakin keras.

"Sakura-chan, dengan tangisan sekeras itu, kau akan membangunkan Shura-sama dari istirahatnya." Ujar seseorang tiba-tiba. Mata semua yang ada di sana termasuk Sakura segera mengarah pada sumber suara itu dan melihat Tsubasa yang berjalan memasuki kamar dengan tenang.

"T-tapi, K-kak Shu—" ujar Sakura terisak-isak. Namun, suara tenang seseorang tiba-tiba memotong ucapan hanyou kecil tersebut. "Aku tidak apa-apa."

Semua pasang mata yang ada di sana kembali menoleh pada pemilik suara tersebut, yakni inuyoukai yang semenjak tadi tidak sadaran diri. Mata emasnya kini telah terbuka kembali. Ekspresi wajahnya pun tetap seperti biasa; tidak berekspresi, seakan luka yang ada disekujur tubuhnya bukanlah sebuah masalah.

"Kak Shura, Kakak sudah bangun? Kakak tidak apa-apa, kan? Mana yang sakit?" tanya Sakura terus menerus. Air matanya yang mengalir tidak terhenti, butiran-butiran air mata itu jatuh membasahi pipi Shura.

Merasakan air mata Sakura, melihat wajah penuh ketakutan dan kesedihan di wajah cantik kecil itu, Shura merasakan kesakitan dalam hatinya. Dia membenci air mata dan ekspresi wajah Sakura yang seperti itu. Namun, dia lebih membenci dirinya sendiri sekarang. Karena dialah penyebab air mata dan ekspresi itu ada di wajah Sakura. Dengan mengumpulkan segenap tenaga, dia mengangkat tangan kirinya menghapus air mata di pipi Sakura. "Bukankah sudah aku katakan? Jangan menangis. Luka ini akan segera sembuh, tidak ada yang perlu kau tangiskan."

Sakura segera menangkat kedua tangannya menyentuh tangan Shura. Meski Shura memintanya berhenti menangis, air matanya tetap saja terus mengalir turun. Dia hanya bisa berusaha mati-matian menahan air mata dan tangisan yang sudah pecah. Dia mungkin memang masih kecil, tapi, dia jelas tahu luka disekujur tubuh Shura bukanlah sebuah luka biasa. Dirinya sangat takut saat terbangun dan mendapatkan kabar dari Tsubasa bahwa Shura terluka, dan saat melihat luka disekujur tubuh inuyoukai itu, ketakutannya semakin membesar. Bagaimana jika Shura sampai mati? Bagaimana kalau dia tidak dapat melihatnya lagi? Tidak bisa mencium baunya, merasakan kehangatan badannya dan mendengar suaranya lagi? Dia tidak mau itu terjadi! Sebab Shura sudah menjdi orang yang sangat berarti baginya.

Shiro hanya bisa berdiam diri dan mencibir saat mendengar ucapan Shura yang mengatakan dirinya akan segera sembuh. Luka separah ini tidak akan sembuh secepatnya, memerlukan beberapa minggu agar inuyoukai itu bisa kembali seperti biasanya. Wajah tegar dan tanpa ekspresi itu mungkin bisa menipu Sakura maupun semua orang, tapi, tidak untuknya. Walau dia tidak tahu bagaimana, dia bisa melihat dengan jelas kekecewaan, kesedihan bercampur penyesalan yang ada. Inuyoukai kecil di depannya jelas jauh sekali dari kata 'Aku baik-baik saja.' . Namun, dirinya juga tidak bisa mempungkiri betapa leganya dia saat melihat kedua mata emas itu telah terbuka.

"Shura-sama, sepertinya anda tidak memerlukan bantuan hamba untuk mengobati luka anda kali ini. Hamba tidak akan menganggu istirahat anda lagi. Kurasa semua yang ada disini juga demikian." Ujar Tsubasa tiba-tiba memecahkan keheningan yang ada. Selir Penguasa Tanah Selatan itu sebenarnya benar-benar sangat sedih melihat kondisi Shura sekarang, tidak peduli sudah berapa puluh kali dia melihatnya. Berapa kali dia telah meminta, memohon Shura untuk menghentikan pertarungannya yang sia-sia. Namun, tubuh kecil yang babak beluk itu tidak pernah peduli. Separah apapun luka yang diterimanya, dia akan bangkit kembali, bertarung lagi, sesuai dengan arti namanya, Shura; pertarungan.

Ucapan Tsubasa membuat Shiro, Mamoru, Aya dan Maya menyadari keadaan mereka sekarang. Apa yang dikatakan Selir Penguasa Tanah Selatan itu memang tidak salah. Shura perlu beristirahat untuk menyembuhkan luka disekujur tubuhnya. Tidak mengucapkan sepatah kata pun, Mamoru, Aya dan Maya langsung melangkahkan kaki berjalan keluar dari kamar Shura. Shiro segera mendekati Sakura, namun hanyou itu segera menggeleng kepala dan mengenggam semakin erat tangan Shura, menolak untuk melepaskan tangannya, menolak untuk meninggalkannya.

Mengetahui niat Shiro, mata emas Shura langsung berubah warna menjadi merah darah dan memperlihatkan seringai penuh kemarahan pada hanyou itu. Dia memang menginginkan semua yang ada di sini keluar, tapi tidak untuk Sakura. Dia tidak mau hanyou kecil itu meninggalkannya sekarang, sebab mungkin saja jika dia melepaskan pandangannya dari Sakura sejenak saja, hanyou itu akan menghilang selamanya dari hadapannya. Dia lemah sekarang, namun, itu tidak berarti dia akan berdiam diri saja melihat sesuatu yang sangat berharga baginya diambil darinya.

Seringai penuh kemarahan serta mata merah darah Shura membuat Shiro tahu maksud inuyoukai itu. Namun, dia memutuskan untuk mengalah kali ini. Sepertinya adik perempuannya dan juga sepupunya ini memang tidak mungkin dapat dipisahkan sekarang. Mencibir lagi, Shiro kemudian membalikkan badan dan berjalan menjauh. Namun, saat mencapai pintu kamar, dia menolehkan kepalanya menatap sosok Shura. "Kubiarkan kali ini, tapi, ingat! Jika kau berani melakukan sesuatu terhadap Sakura, aku tidak akan segan-segan membunuhmu."

Shura tidak mengatakan apapun, namun seringai dan mata merah darahnya segera menghilang, terkejut, sebab dia tidak menyangka Shiro akan menyerah secepat itu. Sedangkan untuk Sakura yang tidak mengerti apa-apa, dia hanya bisa bersyukur karena dia tahu, dirinya masih diijinkan untuk berada dalam kamar ini.

Saat Shiro telah melangkahkan kakinya keluar, Tsubasa pun segera meyusul. Dirinya hanya bisa tersenyum kecil melihat Sakura yang kini telah tersenyum lebar karena diijinkan untuk tinggal sebelum pintu shoji di depannya tertutup. Shura memerlukan Sakura, keberadaan hanyou kecil itu secara tidak langsung, mungkin telah menjadi keberadaan yang sangat penting bagi Shura secara tidak disadarinya sendiri.

Tsubasa kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan kamar Shura menuju kamarnya sendiri. Namun, baru berjalan tidak jauh, matanya menangkap sosok Shiro dan juga tiga beraudara taijiya di depannya. "Bisakah kita berbicara sebentar, Tsubasa-sama?" ujar Aya pelan.

Tsubasa tidak megatakan apa-apa, dia hanya diam menatap manusia dan hanyou di depannya.

"Bisakah anda menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi? Anda mengatakan 'Shura-sama, sepertinya anda tidak memerlukan bantuanku untuk mengobati luka anda kali ini.' Sepertinya, ini bukan pertama kalinya Shura mengalami luka seperti ini selama berada di selatan." Tambah Mamoru tenang. Aya dan Maya tidak mengatakan apapun lagi, tapi mata mereka menatap tajam Tsubasa, menginginkan jawaban, begitu juga dengan Shiro yang terlihat cuek dan tidak peduli.

Tsubasa tersenyum mendengar penjelasan Mamoru. Yang ada di hadapannya mungkin memang manusia dan hanyou, tapi daya tangkap dan intusi mereka sangat tajam. Mungkin memang sudah turunan dari orang tua mereka. "Silakan ikuti hamba. Tempat ini bukanlah tempat yang cocok bagi hamba untuk menjelaskan semuanya." Ujar Selir Penguasa Tanah Selatan pelan dan mempersilakan mereka mengikutinya.

Tidak membuang waktunya, Shiro, Mamoru dan Maya pun mengikuti Tsubasa. Mereka menuju pavilium selatan, tempat di mana kamar Selir Penguasa Tanah Selatan itu berada. Tsubasa mempersilakan mereka semua duduk. Hanyou dan ketiga bersaudara taijiya itu sebenarnya cukup ragu dengan sikap Tsubasa yag terlihat begitu sopan, perhatian dan baik. Namun, mereka memutuskan untuk mempercayainya.

Dengan tenang, Tsubasa pun menceritakan pada Shiro dan ketiga saudara tersebut apa yang sesungguhnya terjadi. Mengapa Shura bisa ada di sini, mengapa Shura bisa bertarung dengan Akihiko, mengapa dia begitu ingin pulang ke barat. Jawaban akan itu semua sebenarnya sangat mudah, yakni satu kata; Rin.

....xOxOx....

Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Cjapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
90 Chapter 89
91 Chapter 90
92 Chapter 91
93 Chapter 92
94 Chapter 93
95 Chapter 94
96 Chapter 95
97 Chapter 96
98 Chapter 97
99 Chapter 98
100 Chapter 99
101 Chapter 100
102 Chapter 101
103 Chapter 102
104 Chapter 103
105 Chapter 104
106 Chapter 105
107 Chapter 106
108 Chapter 107
109 Chapter 108
110 Chapter 109
111 Chapter 110
112 Chapte 111
113 Chapter 112
114 Chapter 113
115 Chapter 114
116 Chapter 115
117 Chapter 116
118 Chapter 117
119 Chapter 118
120 Chapter 119
121 Chapter 120
122 Chapter 121
123 Chapter 122
124 Chapter 123
125 Chapter 124
126 Chapter 125
127 Chapter 126
128 Chapter 127
129 Chapter 128
130 Chapter 129
131 Chapter 130
132 Chapter 131
133 Chapter 132
134 Chapter133
135 Chapter 134
136 Chapter 135
137 Chapter 136
138 Chapter 137
139 Chapter 138
140 Chapter 139
141 Chapter 140
142 Chapter 141
143 Chapter 142
144 Chapter 143
145 Chapter 144
146 Chapter 145
147 Chapter 146
148 Chapter 147
149 Chapter 148
150 Chapter 149
151 Chapter 150
152 Chapter 151
153 Chapter 152
154 Chapter 153
155 Chapter 154
156 Chapter 155
157 Chapter 156
158 Chapter 157
159 Chapter 158
160 Chapter 159
161 Chapter 160
162 Chapter 161
163 Chapter 162
164 Chapter 163
165 Chapter 164
166 Chapter 165
167 Chapter 166
168 Chapter 167
169 Chapter 168
170 Chapter 169
171 Chapter 170
172 Chapter 171
173 Chapter 172
174 Chapter 173
175 Chapter 174
176 Chapter 175
177 Chapter 176
178 Chapter 177
179 Chapter 178
180 Epilog
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Cjapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88
90
Chapter 89
91
Chapter 90
92
Chapter 91
93
Chapter 92
94
Chapter 93
95
Chapter 94
96
Chapter 95
97
Chapter 96
98
Chapter 97
99
Chapter 98
100
Chapter 99
101
Chapter 100
102
Chapter 101
103
Chapter 102
104
Chapter 103
105
Chapter 104
106
Chapter 105
107
Chapter 106
108
Chapter 107
109
Chapter 108
110
Chapter 109
111
Chapter 110
112
Chapte 111
113
Chapter 112
114
Chapter 113
115
Chapter 114
116
Chapter 115
117
Chapter 116
118
Chapter 117
119
Chapter 118
120
Chapter 119
121
Chapter 120
122
Chapter 121
123
Chapter 122
124
Chapter 123
125
Chapter 124
126
Chapter 125
127
Chapter 126
128
Chapter 127
129
Chapter 128
130
Chapter 129
131
Chapter 130
132
Chapter 131
133
Chapter 132
134
Chapter133
135
Chapter 134
136
Chapter 135
137
Chapter 136
138
Chapter 137
139
Chapter 138
140
Chapter 139
141
Chapter 140
142
Chapter 141
143
Chapter 142
144
Chapter 143
145
Chapter 144
146
Chapter 145
147
Chapter 146
148
Chapter 147
149
Chapter 148
150
Chapter 149
151
Chapter 150
152
Chapter 151
153
Chapter 152
154
Chapter 153
155
Chapter 154
156
Chapter 155
157
Chapter 156
158
Chapter 157
159
Chapter 158
160
Chapter 159
161
Chapter 160
162
Chapter 161
163
Chapter 162
164
Chapter 163
165
Chapter 164
166
Chapter 165
167
Chapter 166
168
Chapter 167
169
Chapter 168
170
Chapter 169
171
Chapter 170
172
Chapter 171
173
Chapter 172
174
Chapter 173
175
Chapter 174
176
Chapter 175
177
Chapter 176
178
Chapter 177
179
Chapter 178
180
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!