Chapter 8

"Angkat pedangmu lebih tinggi, pusatkankan youkimu dan salurkan pada pedangmu." Perintah Akihiko sambil menghindari serangan Shura.

Shura menuruti perintah Akihiko, dia mengangkat pedangnya lebih tinggi dan menyalurkan youkinya pada pedang tersebut. Akihiko tersenyum melihat apa yang dilakukan Shura. Pewaris tanah barat itu tidak pernah mengalami kesulitan besar dalam menjalankan setiap instruksinya, dan apa pun yang diajarkannya, pasti akan diserap dengan cepat.

"Kerahkan youki yang ada pada ujung pedangmu dan luncurkan keluar." Perintah Akihiko lagi. Mendengar ucapan Akihiko itu, tanpa membuang waktu yang ada, Shura langsung meloncat ke belakang dan melakukan apa yang diucapkan Akihiko.

Seberkas cahaya hijau meluncur keluar dari ujung pedang di tangan Shura mengincar Akihiko, dan penguasa tanah selatan itupun segera mengangkat pedangnya untuk menahan serangan tersebut. Serangan itu tidak melukai Akihiko sedikit pun, namun badannya jelas terdorong ke belakang beberapa sentimeter. Mau tidak mau, Akihiko harus mengakui, kekuatan Shura benar-benar mirip dengan Sesshoumaru. Di dunia ini sekarang, mungkin dialah youkai kecil terkuat yang ada.

"Bagus sekali. Shura. Jangan pernah lupakan apa yang baru saja kau lakukan." Puji Akihiko sambil tersenyum dan menurunkan pedangnya.

Shura hanya mengangguk kepala mendengar pujian Akihiko. Wajahnya tetap tidak berekspresi, seakan pujian tersebut sama sekali tidak ada artinya, dan hal itu langsung membuat senyum di wajah penguasa tanah selatan itu menghilang. "Setidaknya perlihatkanlah senyum atau sedikit ekspresi di wajahmu."

"Jangan menyuruhku melakukan hal yang tidak berguna seperti itu." Balas Shura pelan sambil menatap lurus Akihiko dengan wajah yang tetap tidak berekspresi.

Ucapan Shura kembali membuat Akihiko tersenyum, walau Shura juga tahu, itu adalah sebuah senyum mencemooh, "Sikap yang mirip dengan anjing itu, darah memang tidak bisa dilawan," ujar Akihiko sambil menyarungkan pedangnya dan membalikkan badan berjalan menjauh. "Latihan hari ini cukup sampai sini."

Shura tetap tidak mengatakan apa pun, namun, dia menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat kepada penguasa tanah selatan yang telah menjadi gurunya sekarang. Mata emasnya terus mengikuti gerakan youkai di depannya. Lalu, saat Akihiko benar-benar telah menghilang dari pandangannya, dengan gerakan yang cepat tanpa ragu, Shura menyarungkan pedang dan berjalan meninggalkan tempat latihan itu menuju kamarnya.

Seminggu telah berlalu sejak pemburuan dan taruhan mereka—taruhan yang akhirnya dimenangkan Shura. Namun, pewaris tanah barat itu sendiri tidak pernah mengakui kemenangannya, sebab dia tahu, penguasa tanah selatan itu sengaja membiarkannya menang. Dalam pemburuan itu, Akihiko sama sekali tidak berburu, dia hanya mengikuti Shura dan melihatnya berburu hingga saat sore tiba. Saat pemburan mereka telah berakhir, penguasa tanah selatan itu bertepuk tangan mengatakan Shura menang dan latihan mereka akan dimulai besok.

Latihan dengan Akihiko tidaklah sepeti latihan dengan Ayahndanya. Dia mengakui, Akihiko adalah tipe seorang guru yang lumayan lembut jika dibandingkan Ayahndanya. Sebab, selama seminggu latihan mereka telah dimulai, dia tidak pernah mengalami sedikitpun luka atau memar, dan tidak hanya itu, Akihiko tidak hanya mengajarkannya cara menggunakan pedang dan kekuatannya, penguasa tanah selatan itu juga mengajarinya kesastraan, taktik perang, politik yang ada di dunia youkai—segala sesuatu yang juga dipelajarinya di istana tanah barat, dengan kata lain, penguasa tanah selatan itu sedang mengajarinya bagaimana cara menjadi seorang penguasa.

Shura tidak mengerti akan sikap Akhihiko. Penguasa tanah selatan tersebut dan Ayahndanya bukanlah sahabat, dan dari sikapnya yang selalu menatap dirinya dengan pandangan mencemoh sambil mengatakan betapa miripnya ia dengan ayahandanya, dia bisa merasa bahwa Akihiko tidak menyukai Ayahandanya. Karena itu dia tidak mengerti, kenapa dia mau melatihnya? Kenapa dia mau melatih pewaris tanah barat? Apa sesungguhnya hubungan Akihiko dengan Ayahandanya?

Dengan kepala yang masih berisi pertanyaan-pertanyaan tidak terjawab, kaki Shura yang sedang berjalan menuju kamarnya menyusuri koridor di samping taman istana tanah selatan yang dipenuhi pohon sakura yang sedang bermekaran.

"Shura-sama, apakah latihan anda telah selesai?" tanya suara lembut seorang wanita tiba-tiba.

Pewaris tanah barat itu segera membalikkan wajah menatap pemilik suara itu. Seorang youkai wanita, atau lebih tepatnya, Tsubasa, selir kesayangan penguasa tanah selatan sedang berdiri sambil tersenyum menatapnya dalam taman, "Apakah anda tidak keberatan menemani hamba, Shura-sama?" tanyanya lagi.

Shura hanya berdiri dengan wajah tanpa ekspresi mendengar undangan Tsubasa. Tsubasa adalah youkai burung. Wujud manusianya memiliki kulit putih dengan mata dan rambut berwarna merah. Diantara berpuluh-puluh selir yang dimiliki Akihiko, Tsubasa adalah yang tercantik, mungkin itulah yang membuatnya menjadi kesayangan Akihiko.

Selama berberapa minggu di istana ini, Shura sudah cukup mengenal sifat Akihiko. Penguasa tanah selatan ini cukup berbeda dengan Ayahandanya, dia adalah youkai yang sangat santai, suka seenaknya dan memiliki banyak selir. Namun, yang membuat bingung Shura adalah meski memiliki banyak selir, Akihiko tidak memiliki pasangan sah dan juga penerus.

"Bunga sakura yang bermekar akan gugur tidak lama lagi. Musim semi akan segera berakhir. Keberatankah anda menemani hamba menikmati keindahan ini, Shura-sama?" tanya Tsubasa kesekian kalinya lagi dengan lembut.

Apa yang diucapkan Tsubasa berhasil membuat pewaris tanah barat itu tersadar dari apa yang sedang dipikirkannya, dan dia mengakui, selir penguasa tanah selatan itu memang tidak salah, musim semi akan segera berakhir, bunga sakura yang bermekaran dengan indah ini akan segera berguguran. Bagi Shura yang sudah tidak memiliki kegiatan lagi, undangan tersebut tidaklah terdengar begitu buruk.

Tsubasa hanya kembali tersenyum saat melihat Shura melangkahkan kaki ke dalam taman menuju arahnya. Shura memang tidak menjawab udangannya, namun selir penguasa tanah selatan ini tahu, pewaris tanah barat itu telah menerima undangannya. Selalu tenang dan tanpa ekspresi, lebih mengutamakan aksi dari pada kata untuk menjawab pertanyaan seseorang—sesuai kata Akihiko, Shura benar-benar menwarisi semua sikap dan sifat Sesshoumaru, penguasa tanah barat.

"Mari." Ajak Tsubasa membimbing Shura menuju bagian terdalam dari taman itu.

Sebuah tempat telah disediakan di dalam taman itu. Di bawah sebatang pohon sakura yang sangat besar dan bermekaran dengan indah, kursi, teh telah disediakan, demikian juga dengan sebuah shamisen. Beberapa pelayan yang ada di sana segera bergerak menghampiri Tsubasa dan Shura saat melihat mereka berdua. Dengan gerakan yang penuh hormat dan hati-hati, para pelayan itu mempersilakan Tsubasa dan Shura menduduki tempat yang telah dipersiapkan. Seorang pelayan yang ada langsung memainkan shamisen yang ada, dan nada lembut shamisen yang dipetik pun langsung membuat suasana menjadi semakin damai dan tenang.

"Apakah anda cukup nyaman berada di sini, Shura-sama?" tanya Tsubasa tiba-tiba sambil menatap Shura yang duduk di sampingnya.

"Lumayan." Jawab Shura singkat.

"Syukurlah kalau begitu," senyum Tsubasa. "Jika ada yang tidak berkenaan dalam hati anda mengenai istana ini, dan jika pun anda memerlukan sesuatu, silakan sampaikan pada hamba. Hamba akan berusaha sebisa mungkin membantu anda."

"Kenapa kau selalu memperlakukanku dengan penuh hormat seperti itu?" tanya Shura tiba-tiba begitu mendengar ucapan Tsubasa. Selir kesayangan penguasa tanah selatan ini adalah youkai yang sangat aneh baginya. Meski sama dengan ibundanya, seorang selir dari seorang penguasa, dia tidak pernah tamak, penuh keirian dan kebencian. Selir ini sangat baik, rendah diri, dan yang paling penting selalu memperlakukan dirinya yang merupakan pewaris tanah barat dengan sangat hormat sejak pertemuan pertama mereka.

Mata merah Tsubasa terbelalak karena terkejut saat mendengar pertanyaan Shura, namun sejenak kemudian, senyum kembali terukir di wajahnya. "Karena ini ada hal yang sepatutnya hamba lakukan, Shura-sama."

"Apakah ini adalah perintah dari Akihiko-sama?"

"Tidak, Shura-sama. Akihiko-sama tidak pernah memerintahkan hamba bersikap seperti ini pada anda. Hamba melakukan ini, murni dari kehendak hamba sendiri, tanpa paksaan orang lain."

"Mengapa?"

Tsubasa tidak menjawab pertanyaan Shura itu, dia hanya tersenyum dan membuat pewaris tanah barat itu kebingungan, walau dia tidak menunjukkannya. Namun, pewaris tanah barat itu juga tahu, dia bisa merasakan youkai di depannya tidak akan menjawab pertanyaan itu. Dan jika selir ini tidak mau menjawab, dia juga tidak akan bertanya lebih lanjut lagi, sebab dia tidak begitu tertarik untuk mendengar jawabannya.

"Kau sama anehnya dnegan Akihiko-sama." Ujar Shura tiba-tiba sambil menolehkan padangannya pada bunga sakura di sekeliling mereka.

"Maafkan hamba, Shura-sama. Apa maksud ucapan anda, 'aneh'?" tanya Tsubasa kebingungan.

"Dia melatihku dan kau bersikap begitu hormat padaku. Aku tidak tahu apa yang ada dalam kepala kalian sekarang. Namun, jika kalian berpikir untuk membuatku berhutang budi dan berniat memanfaatkanku kelak, maka lupakan itu. Aku tidak akan sebodoh itu." Balas Shura sambil menolehkan kepala pada Tsubasa, sepasang matanya menatap tajam selir di depannya.

Mata Tsubasa terbelalak mendengar jawaban serta melihat tatapan mata Shura. Namun, sejenak kemudian, dia tertawa. "Akihiko-sama dan hamba tidak pernah berpikir demikian, Shura-sama. Akihiko-sama memang benar, anda memang mirip sekali dengan Sesshoumaru-sama."

Mendengar nama Ayahandanya di sebutkan, Shura kembali bertanya, "Kau mengenal Ayahandaku?"

Tawa Tsubasa terhenti, dengan senyum yang masih ada di wajahnya, dia mengangguk kepala. "Iya. Hamba mengenal Ayahanda anda, Sesshoumaru-sama."

Shura tetap menatap Tsubasa dengan wajah tanpa ekspresi, namun jauh di dalam hatinya, dia cukup terkejut. Dilihat dari tawa dan juga ucapan yang ada, pewaris tanah barat ini tahu, selir ini sepertinya cukup mengenal Ayahdanya dengan baik.

"Apakah kau mencintai Ayahandaku?" tanya Shura lagi dengan tenang, sebab dalam pikirannya, itulah satu-satunya kemungkinan mengapa selir ini bersikap penuh hormat kepadanya. Dia pasti ingin mencari informasi akan Ayahandanya. Banyak youkai wanita yang menginginkan ayahandanya dari dulu sampai sekarang, siapa yang tidak ingin menjadi pasangan sah dari penguasa barat? Menjadi ratu dari barat.

Mata Tsubasa kembali terbelalak, "Tidak, Shura-sama. Hamba tidak memiliki perasaan seperti itu pada Sesshoumaru-sama. Yang hamba cintai hanyalah Akihiko-sama, meskipun beliau tidak pernah mencintai hamba." jelasnya kumudian sambil tertawa.

"Tidak pernah mencintaimu?" tanya Shura lagi dengan kalem, walau dalam hatinya, dia kembali bingung, sebab dia tahu dengan jelas bahwa Tsubasa adalah selir kesayangan Akihiko. Namun sejenak kemudian, sebuah senyum menyeringai terlintas di wajah pewaris tanah barat itu. "Ternyata ada juga kemiripannya dnegan Ayahanda."

"Maksud anda?"

"Youkai adalah makhluk yang tidak berperasaan. Makhluk yang tidak mengenal cinta. Baginya, kau serta selir-selir lainnya sama pasti sama dengan artinya ibundaku, Akiko bagi Ayahandaku—alat. Ternyata dia cukup sama dengan Ayahanda dalam hal ini." Jawab Shura sambil tersenyum sinis.

Tsubasa tidak berkata apa pun, namun sejenak kemudian, sebuah senyum mengembang di wajahnya. "Anda salah, Shura-sama. Akihiko-sama bukanlah youkai yang tidak mengenal cinta."

Shura tidak mengucapkan sepatah katapun, dia hanya menatap Tsubasa dalam diam, dan Selir kesayangan penguasa tanah selatan ini tahu, pewaris tanah barat ini tidak mempercayai ucapannya.

Tsubasa kemudian membalikkan wajah menatap sakura-sakura yang ada di sekeliling mereka, "Taman ini sangat indah, bukan?" tanyanya pelan.

Shura mengangguk kepala untuk menjawab pertanyaan Tsubasa. Dia mengakui bahwa taman ini memang sangat indah, namun, seindah apapun taman ini, taman yang dilihatnya di sisi timur istana tanah barat jauh lebih indah—taman milik gadis dalam lukisan itu lebih indah.

"Percayakah anda, bahwa sampai sekitar sembilan tahun yang lalu, taman ini sama sekali tidak ada. Tanah taman ini hanyalah sebidang tanah tanpa sebatang rumput pun tempat Akihiko-sama berlatih pedang." Jelas Tsubasa sambil menolehkan wajah menatap Shura kembali

Shura hanya diam membisu mendengar penjelasan Tsubasa, sebab dia tidak mengerti maksud dari ucapan Tsubasa sekarang.

Tsubasa kemudian mengangkat kepala menatap bunga sakura di atas mereka. Sebuah senyum tipis terlintas di wajahnya. "Ada yang mengatakan pada Akihiko-sama. Jika ada bunga sakura yang tumbuh di sini, tempat ini pasti akan sangat indah. Pada musim semi, saat bunga sakura telah mekar dengan begitu indahnya, semua penghuni istana pasti bisa mengadakan hanami di sini. Lalu, dia pasti akan datang lagi untuk memainkan shamisen, bernyanyi dan menari untuk merayakan musim semi yang selalu dicintainya. Setelah itu, Akhiko-sama pun membuat taman sakura ini. Beliau membuatnya untuk dia, agar dia mengingat janjinya untuk kembali ke istana ini untuk memainkan shamisen, benyanyi dan menari. "

Shura tetap diam membisu, mendengar ucapan Tsubasa, pewaris tanah barat itu tidak tahu harus berkata apa.

"Dan benar. Saat musim semi, saat bunga sakura telah mekar, dia datang sesuai janjinya. Dalam hanami, dia memainkan shamisen, benyanyi dan menari. Tidak ada yang dapat melupakan suara shamisen yang dipetiknya, suara nyanyianya yang lembut serta tariannya yang memesonakan saat itu. Begitu indah, sangat memesonakan, tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Ekspresi wajah Akihiko-sama saat melihat dia begitu lembut, penuh dengan perasaan, dan detik itu juga aku tahu, beliau mengenal apa itu cinta. Dalam hidupnya, beliau pernah mencintai seorang. Akihiko-sama mencintainya, sungguh mencintainya, terus mencintainya hingga sekarang. Mencintainya walau Akihiko-sama sudah tahu dari awal hingga akhir, dia tidak akan pernah memilihnya."

"Apakah kau tidak membenci dia yang dicintai Akihiko-sama seperti itu?" tanya Shura tiba-tiba dengan pelan.

Tsubasa tersenyum dan kembali menurunkan kepala menatap Shura, "Bagaimana aku bisa membencinya? Siapa pun yang mengenalnya tidak akan mungkin dapat membencinya. Dia yang begitu bersih, begitu polos, suci dan murni. Makhluk yang sangat menakjukkan. Terlalu menakjukkan hingga membuat siapa yang melihatnya pasti akan berpikir keberadaannya di dunia adalah keajaiban. Ah, tidak. Dia memang keajaiban, wanita itu memang merupakan sebuah keajaian di dunia ini."

....xOxOx....

Shura tetap duduk di tempatnya menikmati bunga sakura meski matahari telah digantikan bulan, meski dia kini tinggal sendirian di taman istana tanah selatan, sebab Tsubasa yang tadi menemaninya telah mempermisikan diri untuk kembali ke kamarnya. Pewaris tanah barat itu mengosongkan kepala, dia tidak memikirkan apapun, sebab dia tidak akan mungkin menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya sekarang. Semua yang ada sangat membingungkan.

"Kau masih di sini? Bagus sekali, temani aku melewati malam ini di sini." Ujar seseorang tiba-tiba.

Shura tidak membalas ucapan orang itu, sebab dia tahu siapa itu. Dia sudah tahu siapa yang mendekatinya sejak tadi. Aura yang dimilikinya sudah memberitahunya sejak tadi. Aura mengerikan milik pemilik istana ini, Akihiko-sama.

Akihiko langsung duduk di samping Shura dan mengangkat kepala menatap bunga sakura dan langit malam di atas. Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun, mereka hanya duduk diam membisu membiarkan angin malam serta helaian kelopak bunga sakura yang gugur melewati badan mereka.

"Seperti apa dia?" tanya Shura tiba-tiba tanpa menolehkan kepala menatap Akihiko memecahkan keheningan yang ada.

Tidak mengerti maksud Shura, Akihiko menolehkan kepala menatap pewaris tanah barat itu.

"Dia—wanita yang kau cintai." lanjut Shura pelan sambil menolehkan kepala mentap Akihiko.

"Ah.. Tsubasa menceritakannnya padamu, ya?" tanya Akihiko sambil tersenyum.

Shura mengangguk kepala.

"Kenapa kau ingin tahu?" tanya Akihiko lagi.

"Tidak perlu menjawab jika anda tidak ingin." Balas Shura kalem.

Akihiko tertawa mendengar ucapan Shura, dan kemudian, dia menolehkan kepala kembali pada bunga sakura dan langit malam di atas. "Dia seorang wanita yang sangat bodoh, apa pun yang diucapkannya selalu tidak ada gunanya. Dia juga sangat cerewet, jika sudah berbicara, mulutnya sulit sekali disuruh diam. Dia terlalu berani, bahkan saat aku memperlihatkan wujud asliku dan mengancam akan membunuhnya, dia tertawa dan mengatakan wujud asliku sangat menawan..."

Sebuah senyum lembut tiba-tiba melintas di wajah Akihiko, demikian juga dengan mata biru langitnya; Sebuah ekspresi wajah yang tidak pernah disangka Shura dimiliki penguasa tanah selatan ini.

"Lalu, dia sangat polos, bahkan lebih polos dari anak kecil. Dia juga sangat lembut, sangat hangat, sangat baik... Selalu menyukuri segala yang ada, selalu tersenyum, penuh semangat dan sangat cantik... Sangat-sangat cantik..."

"Cantik? Apakah dia lebih cantik dari ibundaku?" tanya Shura tiba-tiba.

Akihiko kembali menolehkan kepala menatap Shura, terkejut dengan pertanyaan pewaris tanah barat itu yang tiba-tiba.

"Ibundaku, Akiko terkenal sebagai youkai tercantik di dunia, kan? Apakah wanita yang kau cintai itu lebih cantik darinya?

Akihiko tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Shura. "Wanita itu? Youkai rubah itu? Youkai tercantik di dunia? Benar sekali! Rubah itu mungkin memang youkai tercantik di dunia setelah wajahnya ditutupi dengan bedak tebal dan riasan lainnya."

Shura hanya diam membisu, tidak ada kemarahan sedikitpun dalam hatinya mendengar Ibundanya dihina seperti itu, sebab, jauh di dalam hatinya, dia cukup setuju dengan apa yang diucapkan Akihiko.

Beberapa saat kemudian, Akihiko berhenti tertawa. Dan tiba-tiba saja, dia mengangkat tangan menepuk kepala Shura dengan pelan. "Makhluk tercantik di dunia. Itulah wanita yang aku cintai."

Shura mengangkat tangan untuk menjauhkan tangan Akihiko yang menepuk kepalanya. Dia tidak suka diperlakukan seperti anak kecil oleh penguasa tanah selatan ini, kejengkelan memenuhi hatinya. "Wanita yang kau cintai? Bodoh sekali anda, Akihiko-sama, sebab dari cerita yang aku dapatkan, wanita itu tidak pernah mencintaimu dari awal hingga akhir. Mencintai adalah kelemahan, bodoh sekali anda."

Akihiko tertegun mendengar ucapan Shura. Namun sejenak kemudian senyum kembali menghampiri wajah tampannya. "Ya. Aku tahu, aku cukup bodoh untuk hal itu. Tapi, aku tidak menyesal. Aku tidak pernah menyesal mencintainya sepenuh hati hingga sekarang. "

Mendengar ucapan Akihiko, Shura hanya bisa menatap Akihiko penuh kebingungan. Untuk hal ini, mencintai seseorang dengan sepenuh hati, Akihiko benar-benar berbeda dengan Ayahandanya, Sesshoumaru. "Kupikir kau mirip dengan Ayahandaku akan hal apa itu mencintai. Tapi, ternyata aku salah, kau berbeda sekali dengan beliau."

"Kau juga. Aku selalu berpikir kau adalah duplikat anjing itu. Namun, ternyata aku salah. Ada hal yang kau warisi dari wanita yang melahirkanmu. Mulutmu yang tidak dapat dihentikan jika sudah berbicara. Anjing itu tidak punya sikap ini, ternyata darah memang tidak dapat ditipu." Balas Akihiko sambil tersenyum menyeringai. Sikap yang terus bertanya tanpa henti Shura sekarang ini, penguasa tanah selatan ini yakin, dia pasti mewarisinya dari wanita yang melahirkannya, sebab Sesshoumaru tidak mungkin akan bertanya seperti ini—hanya wanita itu yang akan bertanya seperti ini.

"Jangan samakan aku dengan rubah itu." Ujar Shura jengkel dan membuat Akihiko kembali tertawa terbahak-bahak. "Kau memang perpaduan sempurna dari mereka berdua." Ujar penguasa tanah selatan lagi.

Shura tidak mengatakan apa pun lagi, sebab dia tahu, apapun yang diucapkannya sekarangpasti akan digunakan Akihiko sebagai senjata untuk mengolok-oloknya. Dia tidak ingin mendengar orang mengatakan dia mirip dengan Akiko, ibundanya. Dia membenci itu.

Saat Akihiko sudah berenti tertawa, dia kembali mengangkat tangan menepuk kepala Shura, tidak mempedulikan tatapan tidak suka dari youkai kecil di depannya. Matanya yang menatap Shura melembut dan tanpa disadarinya, mulutnya mengucapkan sesuatu yang mirip sekali dengan apa yang pernah diucapkannya pada seseorang dulu-dulu sekali.

"Shura... Tinggalkanlah anjing itu untuk selamanya dan jadilah anakku. Aku akan mengangkatmu sebagai pewaris tanah selatan ini. Aku akan memberikanmu cinta yang tidak pernah diberikan anjing itu padamu.."

Mata Shura terbelalak karena terkejut. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya sekarang. Apa yang ada dipikiran penguasa tanah selatan ini? Akihiko memang tidak memiliki anak, tapi memintanya menjadi anaknya? Mewariskan tanah selatan ini padanya? Apakah dia sudah gila?

"Terima kasih, tapi aku tidak mau. Sebab dalam hidupku, aku hanya ditakdirkan untuk menjadi anak dari Ayahandanku seorang saja."

Mata Akihiko terbelalak mendengar jawaban Shura. Dia tidak menyangka akan mendengar jawab seperti itu dari mulut pewaris tanah barat di depannya, sebab jawaban ini adalah jawaban yang mirip sekali dengan jawaban yang dulu didapatkannya. Melihat mata tanpa ragu Shura yang menolak tawarannya, dia benar-benar tidak bisa meghentikan senyum dan tawa yang kini kembali menghampiri wajahnya, sebab dia akhirnya berhasil menemukan persamaan dari Shura dengan wanita itu sekarang—sikap yang akan selalu setia pada anjing itu dari awal hingga akhir tidak peduli apa pun yang terjadi.

Melihat tawa Akihiko, Shura segera berdiri dan berjalan menjauh, dia tidak ingin berada di samping penguasa tanah selatan ini sekarang, sebab, dia pasti akan terus menggoda dan mempermainkannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal—sesuatu yang tidak disukainya. "Dasar bodoh." Ujar Shura pelan, walau dia yakin Akihiko bisa mendengarnya.

Tawa Akihiko semakin mengeras saat mendengar ucapan Shura yang mengatainya. Dia benar-benar tidak bisa menahan tawanya, sudah lama sekali dia tidak pernah tertawa seperti ini. Dan saat Shura benar-benar telah menghilang dari pandangannya, tawanya terhenti dan dia mengangkat kepala menatap bunga sakura serta langit malam dengan senyum yang masih merekah di wajah tampannya.

"Aku memang bodoh, Shura. Namun kau salah akan satu hal. Anjing itu juga sama bodohnya denganku. Ah, tidak. Bukan. Anjing itu jauh lebih bodoh dariku...." Gumamnya pelan.

Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Cjapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
90 Chapter 89
91 Chapter 90
92 Chapter 91
93 Chapter 92
94 Chapter 93
95 Chapter 94
96 Chapter 95
97 Chapter 96
98 Chapter 97
99 Chapter 98
100 Chapter 99
101 Chapter 100
102 Chapter 101
103 Chapter 102
104 Chapter 103
105 Chapter 104
106 Chapter 105
107 Chapter 106
108 Chapter 107
109 Chapter 108
110 Chapter 109
111 Chapter 110
112 Chapte 111
113 Chapter 112
114 Chapter 113
115 Chapter 114
116 Chapter 115
117 Chapter 116
118 Chapter 117
119 Chapter 118
120 Chapter 119
121 Chapter 120
122 Chapter 121
123 Chapter 122
124 Chapter 123
125 Chapter 124
126 Chapter 125
127 Chapter 126
128 Chapter 127
129 Chapter 128
130 Chapter 129
131 Chapter 130
132 Chapter 131
133 Chapter 132
134 Chapter133
135 Chapter 134
136 Chapter 135
137 Chapter 136
138 Chapter 137
139 Chapter 138
140 Chapter 139
141 Chapter 140
142 Chapter 141
143 Chapter 142
144 Chapter 143
145 Chapter 144
146 Chapter 145
147 Chapter 146
148 Chapter 147
149 Chapter 148
150 Chapter 149
151 Chapter 150
152 Chapter 151
153 Chapter 152
154 Chapter 153
155 Chapter 154
156 Chapter 155
157 Chapter 156
158 Chapter 157
159 Chapter 158
160 Chapter 159
161 Chapter 160
162 Chapter 161
163 Chapter 162
164 Chapter 163
165 Chapter 164
166 Chapter 165
167 Chapter 166
168 Chapter 167
169 Chapter 168
170 Chapter 169
171 Chapter 170
172 Chapter 171
173 Chapter 172
174 Chapter 173
175 Chapter 174
176 Chapter 175
177 Chapter 176
178 Chapter 177
179 Chapter 178
180 Epilog
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Cjapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88
90
Chapter 89
91
Chapter 90
92
Chapter 91
93
Chapter 92
94
Chapter 93
95
Chapter 94
96
Chapter 95
97
Chapter 96
98
Chapter 97
99
Chapter 98
100
Chapter 99
101
Chapter 100
102
Chapter 101
103
Chapter 102
104
Chapter 103
105
Chapter 104
106
Chapter 105
107
Chapter 106
108
Chapter 107
109
Chapter 108
110
Chapter 109
111
Chapter 110
112
Chapte 111
113
Chapter 112
114
Chapter 113
115
Chapter 114
116
Chapter 115
117
Chapter 116
118
Chapter 117
119
Chapter 118
120
Chapter 119
121
Chapter 120
122
Chapter 121
123
Chapter 122
124
Chapter 123
125
Chapter 124
126
Chapter 125
127
Chapter 126
128
Chapter 127
129
Chapter 128
130
Chapter 129
131
Chapter 130
132
Chapter 131
133
Chapter 132
134
Chapter133
135
Chapter 134
136
Chapter 135
137
Chapter 136
138
Chapter 137
139
Chapter 138
140
Chapter 139
141
Chapter 140
142
Chapter 141
143
Chapter 142
144
Chapter 143
145
Chapter 144
146
Chapter 145
147
Chapter 146
148
Chapter 147
149
Chapter 148
150
Chapter 149
151
Chapter 150
152
Chapter 151
153
Chapter 152
154
Chapter 153
155
Chapter 154
156
Chapter 155
157
Chapter 156
158
Chapter 157
159
Chapter 158
160
Chapter 159
161
Chapter 160
162
Chapter 161
163
Chapter 162
164
Chapter 163
165
Chapter 164
166
Chapter 165
167
Chapter 166
168
Chapter 167
169
Chapter 168
170
Chapter 169
171
Chapter 170
172
Chapter 171
173
Chapter 172
174
Chapter 173
175
Chapter 174
176
Chapter 175
177
Chapter 176
178
Chapter 177
179
Chapter 178
180
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!