Shura berjalan dalam diam, dan di belakangnya, Sakura mengikutinya. Langkah kaki kecil Sakura memang tidak bisa dibandingkan dengan langkah kaki Shura. Karena itu, gadis kecil itu hanya dapat berlari kecil untuk tetap berada di belakang anak laki-laki itu. Melihat punggung Shura yang ada di depannya, mau tidak mau, Sakura kembali teringat dengan apa yang terjadi tadi pagi.
Sakura membuka matanya dengan pelan. Sinar matahari yang berhasil masuk ke dalam gua kecil itu berhasil membangunkan dirinya dari tidur nyenyak. Sambil menguap dia mengucek-ngucek matanya. Namun, saat dia menyadri ada sepasang tangan yang sedang memeluk pinggangnya, aktivitasnya itu langsung terhenti. Dengan cepat dia mengangkat wajah menatap pemilik tangan itu, dan seketika itu juga, dunianya bagaikan membeku.
Sepasang mata emas menatap lurus dirinya-mata dari anak laki-laki yang baru dikenalnya, Shura.
Sakura tidak tahu harus berbuat apa. Melihat mata Shura, melihat wajah anak laki-laki itu yang hanya berjarak sekitar tiga sentimeter dari wajahnya, dia pun tersadar, dia masih duduk dalam pangkuan pemuda itu. Dalam pelukkannya, dia pasti telah tertidur semalaman di tempat itu. Merasa telah melakukan sesuatu yang telah merepotkan, dia berusaha untuk bangkit dan menjauh dari anak laki-laki itu. Namun, tangan yang memeluk pinggangnya tidak melepaskannya, tangan itu tidak bergerak sedikitpun. Kebingungan, Sakura mengangkat wajahnya kembali menatap Shura.
Shura tetap diam membisu dengan wajahnya yang tenang tanpa ekspresi, begitu juga dengan mata emasnya yang menatap gadis kecil tersebut.
Tatap mata Shura, tangan yang masih berada di pinggangnya serta keheningan yang ada tiba-tiba saja membuat wajah Sakura menjadi memerah. Jantungnya berdetak dengan cepat, dia merasa sangat malu serta bingung. Mengumpulakn segenap keberanian dan mengesampingkan perasaan malu dan bingung dalam hatinya, dengan pelan dan terbata-bata dia membuka mulut untuk menyapa anak laki-laki itu. "S-selamat pagi, Kak Shura.."
Shura tetap diam membisu. Namun sejenak kemudian, dia melepaskan tangannya yang memeluk pinggang kecil Sakura. Memanfaatkan kesempatan yang ada, Sakura segera bergeseser ke samping. Keheningan kembali tercipta, hingga akhirnya Shura tiba-tiba berdiri dan berjalan keluar dari gua tempat mereka bermalam.
Ketakutan memenuhi hati Sakura saat melihat Shura akan meninggalkannya. Dia ingin mengikuti anak laki-laki itu, sebab dia takut sendirian dan tidak tahu harus berbuat apa-ap. Namun, dia juga takut Shura akan menolaknya, sebab dia merasa, anak laki-laki itu pasti akan berpikir dia ini hanyalah sebuah beban.
Mata emas Sakura menjadi berkaca-kaca menahan air mata yang akan jatuh ke bawah. Tapi, sejenak kemudian, Shura tiba-tiba menolehkan wajah ke belakang menatapnya. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, begitu juga dengan mata emasnya yang tetap tenang. "Apa yang kau tunggu di sana? Ayo, kita pergi dari sini." Ujarnya pelan dengan datar.
Mata Sakura terbelalak mendengar apa yang dikatakan Shura. Anak laki-laki itu mengijinkan dirinya untuk mengikutinya? Shura tidak akan meninggalkannya sendirian di sini? Kegembiraan dan kebahagiaan memenuhi hatinya, dan tanpa membuang waktu lagi, dia segera berdiri dan berlari mendekati Shura dnegan senyum lebar yang terlukis di wajahnya.
"Terima kasih, Kak Shura!"
Shura tetap berjalan dalam diam, dia tahu Sakura berada di belakangnya. Dengan pelan Shura menolehkan wajahnya ke belakang menatap gadis kecil itu. Kepala kecil itu tertunduk sedikit ke bawah, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.
Shura sendiri sebenarnya tidak mengerti kenapa dia mengijinkan gadis kecil-tidak! Bukan gadis kecil biasa, tapi hanyou. Meski memiliki rupa yang mirip sekali dengan youkai sejati, gadis kecil bernama Sakura itu adalah hanyou. Dia bisa mencium dengan jelas bau milik gadis kecil itu yang seperti bunga sakura dan bulan bercampur dengan bau manusia.
Saat gadis kecil itu memeluk tangannya dengan penuh ketakutan semalam, bau itu menyelimutinya, dan dalam hatinya, timbul niat untuk mendekap badan kecil itu. Karena itu, tanpa membuang waktu, dia pun mendekapnya. Dia tidak membenci bau gadis itu, malahan dia menyukainya.
Shura kemudian kembali membalikkan wajahnya ke depan. Dia memang tidak tahu siapa gadis di depannya. Tapi dia cukup yakin, dia adalah hanyou hasil persatuan dari inuyoukai dari barat dan manusia. Ayahandanya adalah Inuyoukai penguasa tanah barat, pemimpin dari klan inuyoukai yang kuat. Semua inuyoukai di dunia berada di bawah pimpinan beliau, dan tidak mungkin ada inuyoukai yang berani menikahi manusia hingga memiliki seorang anak hanyou, sebab bukan rahasia umum lagi ayahandanya sangat membenci manusia. Tidak ada inuyoukai yang begitu bodoh untuk memancing kemarahan ayahandanya.
Tidak hanya itu. Ada sesuatu lagi yang sangat menganggu pikiran Shura. Bau gadis hanyou itu. Dia bisa mencium bau bulan darinya. Bau bulan biasanya hanya dimiliki oleh inuyoukai dari garis darah penguasa, bangsawan-garis darah keluarganya. Sakura adalah kerabatnya, dia cukup yakin itu. Yang menjadi pertanyaan sekarang hanyalah, siapa orang tua kandungnya? Siapa inuyoukai yang tidak takut dengan kemarahan ayahandanya?
"Kya!" teriak Sakura tiba-tiba dan membuat Shura tersadar dari renungannya.
Shura dengan pelan kembali menolehkan wajah menatap Sakura yang meringis kesakitan sambil menyentuh kaki kecilnya. Gadis itu pasti terjatuh karena terlalu tengelam dalam pikirannya sendiri hingga tidak menyadari akar pohon-pohon besar yang ada di depannya. Shura sebenarnya juga tahu, Sakura berusaha keras untuk menyamakan langkah kaki mereka. Dan sejujurnya, dia sudah melambatkan jalannya. Hanya saja, gadis hanyou ini tetap saja lambat. Dalam hatinya, dia jadi bertanya-tanya, apakah semua hanyou seperti ini? Sebab ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan hanyou.
Shura kemudian membalikkan badannya dan berjalan mendekati Sakura. Menyadari kehadiran Shura, Sakura segera menolehkan kepalanya ke atas menatap anak laki-laki itu. Wajahnya tetap tidak berekspresi sedikit pun, dan jujur, Sakura sama sekali tidak dapat menebak apa yang ada dalam pikiran anak laki-laki itu. Namun, tiba-tiba saja, Shura berjongkok dan membalikkan punggungnya menghadap Sakura. "Naik." perintahnya tenang.
Mata Sakura terbelalak, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun, dia yang memang sudah lelah dan terluka tidak lagi mempedulikan itu lebih jauh lagi. Sambil tertawa lebar, dia segera meloncat memeluk punggung Shura, melingkarkan tangan kecilnya pada leher anak laki-laki itu. "Terima kasih, kak Shura." Ujarnya pelan.
Melihat tawa, mencium bau, dan merasakan kehangatan badan kecil itu, Shura bisa merasakan ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul dalam hatinya. Dia merasa hangat dan juga—senang?
Badan Shura langsung mematung tidak bergerak sedikit pun saat dia menyadari perasaan yang ada dalam hatinya sekarang. Kebingungan memenuhi hatinya. Hangat? Ya. Badan dari dua makhluk hidup yang bersentuhan pasti terasa hangat. Jadi kehangatan ini adalah hal yang biasa, kan? Pasti begitu. Namun, senang? Kenapa dia bisa merasa senang? Karena senyum hanyou itu. Ya, dia mengakui senyum gadis hanyou di pungunggnya ini cukup menawan, walau masih kalah dengan senyum musim semi Rin yang sangat dicintainya. Hanya saja, kenapa dia bisa merasa senang melihat senyum itu?
"Kak Shura, ada apa?" tanya Sakura bingung melihat Shura yang tidak bergerak sedikit pun dengan wajah tanpa ekspresi.
Pertanyaan Sakura yang tiba-tiba itu berhasil menyadarkan Shura. Namun, dia menolak menjawab pertanyaan itu, dia hanya diam membisu. Sejenak kemudian dia pun berdiri sambil membopong Sakura yang ada di pungungnya dan berjalan meninggal tempat mereka berada tanpa mempedulikan kebingungan gadis hanyou di punggungnya.
Ada apa? Dia sendiri juga tidak tahu ada apa.
....xOxOx....
"Sakura! Kakak mohon! Keluarlah! Kau ada di mana?!" teriak Shiro terus sambil menatap sekelilingnya. Mata emasnya kini sudah berkaca-kaca karena menahan air mata yang serasa akan segera jatuh menuruni pipinya.
"Ayolah, Shiro, jangan jadi seperti seorang wanita. Seorang laki-laki tidak boleh meneteskan air mata. Tenanglah, kita pasti bisa menemukan Sakura-chan." Ujar Mamoru yang ada dibelakang Shiro. Ada perasaan bersalah dalam hatinya sekarang, sebab sudah lebih dari satu hari Sakura menghilang.
"Baru sekarangkah kau merasa bersalah, Mamoru?" tanya Aya yang ada di samping Mamoru kalem.
Mamoru hanya bisa tersenyum kikuk mendengar pertanyaan Aya.
"Ayah, Ibu dan kedua orang tua Sakura meminta kita mengungsi ke selatan untuk sementara karena perang antar youkai barat dan utara. Mereka tidak mau kita terlibat dalam perang itu, tidak mau nyawa kita berada dalam bahaya," ujar Maya tiba-tiba. Dia terdiam sejenak dan kemudian menatap tajam Mamoru. "Dan kau sekarang malah membahayakan nyawa Sakura dengan meninggalkannya sendiri hingga menghilang."
Mamoru tidak dapat berkata apa-apa, dia hanya bisa tertawa kikuk mendengar ucapan Kakaknya. Dia benar-benar tidak pernah mengira bahwa mereka tidak akan menemukan Sakura sampai sekarang. Sebenarnya dia cukup yakin bahwa dengan indra penciuman anjing Shiro yang tajam, mereka pasti akan menemukan Sakura dengan mudah. Namun, itu ternyata terbukti salah, mereka tidak bisa menemukannya.
"Semalam hujan lebat disertai petir yang sahut menyahut," ujar Shiro tiba-tiba sambil menundukkan kepala ke bawah hingga membuat semua yang ada di sana menatapnya. "Sakura paling takut dengan petir. Setiap kali mendengar suara petir, dia pasti akan berlari mencari Ayah, Ibu ataupun aku. Namun semalam dia sendirian... Dia pasti sangat ketakutan..."
"S-Shiro..." Panggil Mamoru pelan. Kesedihan, ketakutan dan ketidakberdayaan terasa sekali dari suaranya. Mamoru tahu, dia benar-benar telah melakukan kesalahan sekarang, sebab tidak pernah dia melihat Shiro yang selalu penuh semangat bersikap sepeti ini. Namun sejenak kemudia, hanyou itu tiba-tiba mengangkat kepalanya ke atas dan mencengkeram kerah kimono Mamoru. "Aku akan membunuhmu! Seharusnya aku membunuhmu sejak tadi!"
Aya dan Maya segera berlari mendekati Shiro dan Mamoru untuk memisahkan mereka. Kedua saudara kembar ini benar-benar sangat bingung dan lelah dengan keadaan mereka sekrang, sebab, sampai kapan keadaan ini baru akan berhenti? Setiap saat Shiro bisa meledak dan ingin membunuh Mamoru.
'Andaikan orang tua mereka ada di sini sekarang.' itulah yang kini memenuhi pikiran kedua saudara kembar taijiya ini sekarang.
....xOxOx....
Mulut Sakura terbuka lebar saat melihat istana megah yang ada di depannya. Tidak pernah dia melihat istana sebesar dan semegah ini selama hidupnya. Namun, perasan terpesonanya ini dengan cepat berubah menjadi perasaan takut serta gugup, sebab dia merasa dirinya berada di tempat yang salah sekarang.
Shura yang masih menggendong Sakura di punggunya bisa merasakan ketakutan dan kegugupan hanyou tersebut. Namun, dia tetap diam membisu. Dengan pelan, dia melangkahkan kaki masuk ke dalam pintu gerbang besar yang telah terbuka.
Sakura bisa melihat dengan jelas para prajurit yang semuanya merupakan youkai segera menundukkan kepala memberi hormat dan salam kepada Shura saat dia melewati pintu gerbang. Dan dia juga bisa melihat pandangan penuh kebingungan di wajah mereka semua saat melihatnya yang ada di punggung Shura. Perasaan takut dan gugup Sakura semakin membesar, dia memang tidak tahu jelas siapa Shura sebenarnya, tapi dia tahu satu hal sekarang, anak laki-laki ini pasti merupakan orang yang sangat penting di istana ini.
"Shura-sama!" teriak seseorang tba-tiba. Dari kejauhan Sakura bisa melihat seorang youkai wanita berambut merah berlari mendekati mereka. "Shura-sama, syukurlah anda sudah pulang. Hamba dan Tsubasa-sama sangat menghawatirkan anda!"
Shura tidak menjawab pertanyaan tersebut, dia hanya diam membisu. Namun, saat youkai itu melihat Sakura yang ada di belakang punggung Shura. Matanya langsung terbelalak. "Shura-sama! Siapa anak ini!?" tanyanya panik.
Shura tetap diam membisu tidak menjawab pertanyaan youkai tersebut. Dengan pelan dia menurunkan Sakura. "Himiko, bawa dia menemui Tsubasa-sama. Minta beliau untuk mengganti pakaiannya dan beri dia makanan." Perintah Shura kemudian.
Himiko, youkai berambut merah hanya bisa mematung dengan mulut terbuka mendengar perintah Shura. Shura yang selama ini selalu cuek, dingin dan tidak pernah mempedulikan apapun memerintahkannya untuk melayani seorang gadis youkai tak dikenal? Mata Himiko langsung turun memeriksa Sakura yang kini menatapnya dengan penuh ketakutan. Dan saat menagamati gadis kecil di depannya dengan lebih jelas lagi, dia sadar, anak itu bukan youkai, dia hanyou. Rupanya secara pribadi sangat mirip dengan rupa klan inuyoukai dari barat seperti Shura. Rambut perak, telingan lancip, kulit putih dan mata emas. Namun, itu semua tidak berarti banyak saat dia mencium bau manusia yang dipancaran tubuhnya.
Tidak mempedulikan Himiko yang kebingungan, Shura langsung melangkahkan kakinya. Tapi, baru selangkah dia berjalan, sepasang tangan kecil telah memeluknya dengan erat. Dengan pelan, inuyoukai itu kemudian menundukkan kepala menatap wajah pemilik tangan itu, yakni; Sakura.
Sakura mengangkat kepalanya menatap Shura. Mata emas besarnya yang kini berkaca-kaca karena menahan air mata segera bertemu dengan mata emas inuyoukai itu. "J-jangan tinggalkan Sakura sendiran.. S-Sakura takut..." Pintanya pelan dengan terbata-bata.
"Pergiah bersamanya. Tidak akan ada yang menyakitimu." Balas Shura datar sambil menatap wajah Sakura. Namun, Sakura menggeleng kepala, air mata telah mengalir turun sakarang, dan dia makin mempererat pelukannya.
Himiko yang ada di samping mereka hanya bisa melihat apa yang ada di depannya dengan pandangan tidak percaya. Mulutnya terbuka dan matanya terbelalak. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Shura bersikap seperti ini pada orang lain. Shura yang selalu cuek, dingin dan tidak suka berdekatan dengan siapa pun kini membiarkan seseorang memeluknya?
Shura tidak mempedulikan ekspresi wajah Himiko, dia hanya bisa mengehela napas, dia tahu hanyou di depannya ini tidak mungkin melepaskannya. Dan melihat air mata yang mengalir turun menuruni pipi gadis itu, perasaan aneh tiba-tiba muncul dalam hatinya. Dia tidak suka melihat air mata itu, dia tidak bisa membiarkan menangis. Dengan pelan, Shura mengangkat tangannya dan menggendong Sakura. "Hentikan air matamu yang tidak diperlukan itu." Perintahnya.
Mendengar perintah Shura, senyum lebar segera mengembang di wajah Sakura. Dia segera melingkarkan tangannya pada leher pemuda itu. "Terima kasih, Kak Shura." Ucapnya gembira sambil membenamkan wajahnya pada leher Shura, menghirup bau mint segar seperti musim dingin bercampur bau bulan. Bau menyenangkan yang disukainya.
"Hn." Balas Shura dan melangkahkan kakinya menuju pavilun Tsubasa meninggalkan Himiko yang masih mematung.
Shura hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri sekarang, kenapa dia melakukan ini semua untuk Sakura? Mengapa dia bisa bersikap seperti ini? Ini jelas bukan sikapnya. Namun, tidak tahu mengapa, dia juga tidak mempedulikan sikap-sikapnya ini. Dia suka dengan bau badan Sakura yang kini diciumnya. Bau bulan dan bau bunga sakura-salah satu bunga musim semi. Bau youkai dan bau manusia. Meski berbeda, namun bau ini cukup mirip dengan bau yang pernah diciumnya dalam mimpi. Mimpi indahnya yang sangat menyenangkan dan bahagia. Mimpi dirinya yang kecil berada dalam dekapan kedua orang yang sangat mencintai dan dicintainya. Mimpi akan kenangan masa kecilnya yang terlupakan.
....xOxOx....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments