"Shura-sama! Hamba mohon, berhenti!" pintah seorang youkai rubah wanita berambut merah berusaha mengejar seorang youkai kecil di depannya. Namun, Shura, youkai kecil yang dipanggilnya tersebut tidak mau menurutinya, dia berlari secepat yang dia bisa, besembunyi dari pengasuhnya itu.
"Shura-sama! Hamba mohon, keluarlah! Jangan bersembunyi!" pintah youkai berambut merah itu lagi. Kepanikkan memenuhi hatinya, dia telah kehilangan Shura, tuan muda yang dijaganya. Dia tidak berani memikirkan kemarahan dan hukuman yang akan diterimanya dari Ibunda Shura, Akiko-sama jika tahu itu.
Shura hanya diam mengintip dari tempat persembunyiannya. Dia tidak ingin keluar dari tempat persembunyiannya, sebab dia tidak ingin kembali menemui Ibundanya. Ibunda yang tidak pernah mencintainya. Ibunda yang hanya akan memaksanya belajar, belajar dan belajar lagi. Belajar untuk masa depannya, belajar untuk menjadi seorang penguasa seperti Ayahandanya, youkai penguasa tanah barat.
Dengan pelan-pelan, Shura kemudian beranjak keluar dari tempatnya saat melihat pengasuhnya telah menghilang dari pandangan. Namun, dengan pendengaranya yang tajam, dia bisa mendengar pengasuhnya itu telah meminta beberapa prajurit dalam istana tanah barat ini untuk mencarinya. Pewaris dari tanah barat ini tahu, jika keadaannya seperti itu, dia pasti akan tertangkap. Karenanya, tanpa membuang waktu, dia langsung berlari menuju sisi timur dari istana tanah barat.
Ya, Shura tahu, dia akan aman di situ.
Sisi timur istana tanah barat adalah tempat terlarang. Hukuman mati diberikan kepada siapa pun yang berani menginjakkan kakinya ke dalam. Shura tidak pernah tahu mengapa, dan tidak ada yang berani menjawab saat dia bertanya, bahkan Ibundanya sendiri. Setiap kali dia bertanya pada Akiko, Ibundanya, beliau hanya akan diam membisu dengan wajah yang dingin serta mata merah darah yang bersinar penuh kebencian dan kemarahan.
Shura tidak berani bertanya pada Ayahandanya, sebab jauh di dalam hati, dia takut kepadanya. Ayahandanya sangat menakutkan, mata emas beliau selalu dingin tanpa emosi-tidak bisa ditebak. Ayahandanya tidak pernah mencintainya. Meski terdengar aneh, meski terlihat sangat salah, tapi, dalam mata beliau, dirinya hanyalah sesosok penerus-alat bukan anak.
Youkai adalah makhluk paling superior di dunia. Tidak ada gunanya berperasaan. Perasaan hanya akan membuatmu lemah. Perasaan hanya akan membuatmu musnah. Youkai adalah makhluk yang bisa hidup sendirian.
Kata-kata yang selalu didengarnya terlintas dalam pikiran, dan dia hanya bisa mengenpal tangannya dengan erat. Jangan berperasaan. Dia bisa hidup sendirian, meski tanpa cinta dari Ibunda, maupun Ayahandanya.
Sambil menghindar beberapa prajurit yang mencarinya, akhirnya Shura berhasil mencapai sisi timur istana tanah barat. Yang pertama kali dilihatnya adalah sebuah taman. Taman yang sangat indah walaupun taman itu nampak tidak terurus. Pohon sakura yang telah bermekar dengan begitu indah tertanam dengan rapi, begitu juga dengan kelopak bunga berwarna merah, kuning, merah muda, jingga dan sebagainya. Musim semi begitu terasa di dalam taman ini.
Terpesona, Shura berjalan menyusuri taman itu mendekati paviliun yang ada. Dia melewati sebuah kolam ikan, dan dia dapat melihat bayangan dirinya yang terbayang di air. Rambut berwarna perak panjang, kulit berwarna putih, mata berwarna keemasan, tanda bulan sabit di dahi serta satu garis keungguan di pipi. Sekali lihat saja, siapa saja akan langsung tahu siapa dia sebenarnya, sebab dia mirip sekali dengan Ayahandanya, Sesshoumaru, inuyoukai penguasa tanah barat.
Saat kaki Shura menginjak paviliun timur istana tanah barat. Dia menyadari betapa indahnya paviliun tersebut. Dibangun dengan kayu yang kokoh, diukir indah dan dicat warna merah. Paviliun ini adalah paviliun terindah di istana tanah barat, lebih indah dari paviliun Ibunda maupun Ayahandanya. Namun, debu dan keheningan yang ada membuatnya merasa betapa salahnya tempat ini.
Semakin dalam dia memasuki paviliun timur, semakin terpesona dia. Kakinya terus bergerak hingga akhirnya dia tiba di depan pintu sebuah kamar. Shura tidak mengerti kenapa kakinya membawa dirinya ke kamar di depannya sekarang, namun dia bisa merasakan ada sesuatu di dalamnya. Dengan pelan, dia membuka pintu shoji tersebut dan melangkahkan kaki ke dalam.
Kamar tersebut lumayan besar, dan kamar itulah satu-satunya tempat yang bersih di paviliun ini. Jendelanya terbuka hingga taman indah di sampingnya terlihat dengan jelas. Sekali melihat saja, Shura tahu, siapa pun pemilik kamar ini, dia adalah seorang wanita. Sebuah shamisen dari kayu mahoni, lukisan indah yang terpanjang di dinding, cermin dan meja hias yang penuh dengan perhiasan berharga, serta sehelai kimono sutra berwarna putih bercorak bunga sakura dengan obi berwarna merah muda yang tergantung di sudut ruangan-itu semua telah menjelaskan semuanya. Yang menjadi pertanyaan hanyalah; siapa wanita itu?
Kamar itu sangat indah. Shamisen, lukisan, pehiasan berharga, serta kimono yang ada jelas lebih berharga dari milik Ibundanya, wanita yang melahirkannya, pewaris tanah barat. Ibundanya yang menyukai kemewahan, jelas tidak akan membiarkan ini semua tergeletak di kamar ini begitu saja. Jadi, kenapa semua itu ada di sini?
Mata keemasan Shura tiba-tiba menangkap suatu yang ada di samping jendela, tertutup oleh kain berwarna putih. Dengan pelan Shura berjalan mendekat, tangan kanannya langsung terangkat untuk membuka kain putih tersebut.
Sebuah lukisan-lukisan yang luar biasa memesonakan
Lukisan itu berukuran sekitar satu meter, dilukis di kain kanvas yang memiliki mutu terbaik. Warna biru, merah, kuning, merah muda, jingga, coklat, putih memenuhi lukisan tersebut. Namun, bukan penggunaan warna dalam lukisan yang merebut perhatian Shura. Sang gadis dalam lukisanlah yang merebut perhatiannya.
Manusia.
Shura tahu, gadis dalam lukisan itu adalah manusia. Namun, gadis itu merupakan makhluk tercantik yang pernah dilihatnya. Usia gadis itu mungkin sekitar lima belas atau enam belas tahun. Rambut sehitam langit tanpa bintang, kulit seputih salju, hidung yang mancung, bibir munggil serta pipi sewarna mawar merah, mata coklat besar yang jernih dan bersinar penuh keluguuan-gadis manusia ini bahkan lebih cantik dari Ibundanya yang dikenal sebagai youkai tercantik di dunia.
Gadis itu sedang duduk memeluk bunga di bawah sebatang pohon sakura yang bermekar dengan indah di bawah langit biru.
Musim semi yang hangat dan menyenangkan.
Itulah yang terlukis dalam lukisan itu, namun bukan langit biru, bunga sakura ataupun bunga dalam tangan gadis itu yang menggambarkan hal itu. Senyum memesonakan di bibir munggil gadis itulah yang menggambarkan musim semi.
Shura kemudian menyadari kimono yang dikenakan gadis dalam lukisan. Kimono berwarna putih bercorak bunga sakura serta obi merah muda-kimono yang sama dengan kimono dalam kamar tempatnya berada. Begitu juga dengan pohon sakura dalam lukisan, itu adalah pohon sakura di luar paviliun ini. Dengan pelan, Shura kemudian menolehkan kepala menatap sekelilingnya.
Kamar ini adalah kamar gadis dalam lukisan.
Pertanyaan bertubi-tubi muncul dalam kepala Shura. Mengapa seorang manusia memiliki kamar di istana youkai ini? Mengapa Ayahandanya yang terkenal begitu membenci manusia bisa membiarkan kamar ini ada? Namun, yang paling penting, siapa sebenarnya gadis dalam lukisan ini?
Shura sangat bingung, namun saat mata emasnya menatap lagi wajah gadis dalam lukisan. Kebingungan dalam hatinya menghilang. Ada kehangatan, ketenangan dan juga kedamaian yang dirasakannya saat menatap senyuman gadis dalam lukisan. Dengan pelan, dia mengangkat tangan untuk menyentuh wajah gadis dalam lukisan tersebut.
Perhatian Shura sepenuhnya terpusat pada lukisan, hingga dia sama sekali tidak menyadari adanya sepasang mata berwarna emas identik dengannya yang telah lama mengamatinya dari belakang pintu shoji yang terbuka dalam diam.
....xOxOx....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments