Chapter 11

Ada yang mencium keningnya dengan lembut. Bau yang sangat familiar tercium olehnya, bau yang seperti laut, seperti angin seperti bunga, seperti musim semi—bau yang sangat disukainya. Senyum langsung merekah di wajahnya. Dia tahu siapa yang menciumya sekarang. Gadis itu, gadis manusia itu.

"Shura..."

Suara yang begitu lembut dan menenangkan bagaikan dentingan lonceng terdengar. Dengan segera, dia membuka matanya. Dalam hatinya, dia tahu, apa yang akan dilihatnya nanti. Senyum. Senyum musim semi yang hangat—senyum yang sangat dicintainya.

Dia tidak dapat menghentikan senyumnya lagi. Gadis itu benar-benar ada di depannya, meski masih terlihat pucat, dia sedang tersenyum dan menggendong dirinya yang masih bayi. Dia mengangkat kedua tangannya untuk menyentuh wajah gadis itu. Betapa gembiranya dia saat berhasil menyentuhnya.

Gadis itu tertawa, dan kembali mencium keningnya dengan begitu lembut. Lalu, tangan seseorang tiba-tiba mengelus kepalanya. Dia tidak tahu tangan siapa itu, tangan itu sangat besar, kuat namun juga hangat-tangan seorang laki-laki. Tangan yang menjaminkan keamanan dan perlindungan. Tiba-tiba saja, dia pun menyadari bahwa gadis yang sedang menggendong dirinya sedang duduk di pangkuan pemilik tangan itu.

Mata emasnya berusaha untuk melihat siapa pemilik tangan itu. Namun, dia tidak dapat melihatnya, sebab gadis itu tiba-tiba mendekapkan wajahnya pada dada, memeluknya. Hanya saja, bau laki-laki itu tidak asing baginya. Dia mengenal siapa laki-laki itu dengan sangat baik walau dia tidak bisa mengingatnya. Lalu, sepasang tangan hangat laki-laki itu bergerak memeluk mereka, memeluk gadis itu dengan dirinya dengan begitu erat, namun juga lembut, seakan mereka berdua adalah hidupnya, nyawanya, miliknya yang paling berharga—sesuatu yang tidak tergantikan dalam keberadaannya.

Dia kembali tersenyum dan membenamkan wajah pada dada gadis itu, menutup matanya, membiarkan kehangatan kedua orang itu menyelimutinya. Dia merasa sangat damai dan terlindungi. Hangat. Sangat-sangat hangat.

"Cinta, Shura. Walau apa pun yang terjadi, kami akan selalu mencintaimu..."

Suara yang begitu lembut dan menenangkan. Kata yang begitu didambakannya. Dia dicintai. Dia dicintai oleh mereka berdua. Bahagia. Dia sangat bahagia, saking bahagianya, dia tidak menemukan kata untuk melukiskannya. Dia berada di tempat yang sangat menyenangkan, dia sedang berada di dalam pelukan kedua orang yang sangat mencintai dan dicintainya.

"Ikatan abadi. Selamanya, ikatan kita bertiga tidak akan pernah terputuskan..."

Shura membuka matanya. Dia segera bangkit dari atas futonnya. Dia memimpikan gadis manusia itu lagi. Hanya saja kali ini ada seorang lagi, seorang laki-laki. Laki-laki yang dikenalnya, tapi tidak dapat diingatnya.

Mata emasnya kemudian jatuh pada pita merah yang ada di tangan kanannya-pita Rin. Dengan pelan dia mengangkat pita tersebut dan menciumnya dengan lembut. Pasti pita inilah yang membuatnya memimpikan mimpi yang aneh itu. Mimpi aneh yang tidak terasa seperti mimpi, mimpi aneh yang terasa seperti salah satu kepingan memori masa lalu yang terlupakan.

Shura kemudian bangkit dari atas futonnya. Matanya menatap keluar jendela kamar yang terbuka, menatap langit musim dingin sejenak. Lalu, pandangan matanya jatuh menatap tubuhnya. Luka yang di dapatkannya dari Akihiko telah sembuh sepenuhnya.

Akihiko, sang penguasa tanah selatan, Shura bisa memahami kenapa youkai serigala itu bisa menjadi seorang penguasa sekarang. Dirinya memang sudah tahu bahwa penguasa tanah selatan itu kuat, dia bisa merasakannya. Namun, baru kali ini dia melihat kekuatan aslinya.

Kuat. Akihiko sangat kuat, mungkin tidak kalah kuatnya dengan Ayahandanya. Dirinya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penguasa tanah selatan itu.

Shura kemudian menutup matanya. Dia tidak bisa meninggalkan tempat ini, dia tidak bisa pulang ke istana barat. Dia terperangkap. Namun, tidak seperti sebelumnya, hatinya tidak terasa kacau dan sakit lagi. Tidak ada perasaan sedih dan juga menderita lagi, yang ada justru adalah ketenangan dan kejernihan. Mungkin berkat mimpi itu, mimpi aneh yang sangat menenangkan itu.

Dengan pelan Shura kemudian berdiri, mata emasnya menatap sekelilingnya, mencari pakaian barunya. Dia menemukannya, sehelai haori dan juga hakama baru telah terletak dan dilipat rapi di samping futonnya. Dia bisa mencium sedikit bau Tsubasa dari pakaian itu, selir itu pasti telah memasuki kamarnya dan meninggalkan pakaian itu di sana tadi.

Tanpa membuang waktu, Shura segera mengganti pakaiannya. Pakaiannya kali ini telah berbeda, pakaiannya bukan lagi haori dan hakama putih dengan sedikit motif bunga berwarna merah seperti ayahandanya, melainkan haori biru berlambang tanah selatan dan hakama hitam seperti Akihiko. Shura tersenyum sinis. Ternyata Akihiko memang serius dengan ucapannya. Dia benar-benar berniat membuat menjadi pewarisnya, anaknya. Pakaian ini jelas telah membuktikannya.

Selesai mengganti pakaiannya, mata Shura kembali jatuh pada pita merah yang ada di atas futonnya. Dengan pelan, dia mengambil pita itu lagi dan menciumnya dengan lembut. Dia kemudian menutup mata dan mengangkat kedua tangannya ke atas, menyusuri rambutnya. Dengan gerakan tangannya yang pelan, dia mengikat rambut perak panjangnya yang biasa terurai bebas menjadi ekor kuda—mengikatnya dengan pita merah yang sangat berarti baginya.

Sebuah senyum terlitas di wajahnya saat dia membuka matanya lagi. Mata emasnya tidak lagi memperlihatkan kebingungan dan keraguan seperti hari-hari sebelumnya, sebab dia sudah tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.

....xOxOx....

Akihiko duduk di bawah pohon sakura yang tidak berdaun dalam taman istana tanah selatan. Mata biru langitnya menatap salju yang sudah mulai turun dan menumpuk di atas tanah. Telinga dan hidungnya yang tajam kemudian menangkap suara langkah kaki dan bau seseorang yang berjalan mendekatinya.

"Musim dingin adalah musim di mana dunia membeku. Benarkan kataku ini, Shura?" tanya Akihiko sambil menolehkan wajah menatap Shura yang berjalan mendekatinya.

Shura tidak menjawab pertanyaan Akihiko, dia menatap penguasa tanah selatan itu dengan wajah tanpa ekspresi.

Sebuah senyum terlintas di wajah tampan Akihiko saat dia melihat penampilan Shura sekarang. "Pakaian itu cocok sekali denganmu, Shura." Puji Akihiko pelan. "Begitu juga dengan model rambut barumu serta pita merah itu."

"Kau mengenal siapa dia, kan? -Rin." Tanya Shura tenang.

Mendengar pertanyaan Shura, Akihiko mengangguk kepala dengan senyum yang masih ada di wajahnya, dan mata Shura tidak kehilangan kesempatan untuk menangkap sinar mata Akihiko yang tiba-tiba melembut. Ekspresi mata yang hanya pernah dilihatnya sekali saja selama dia mengenal penguasa tanah selatan tersebut. "Ya. Aku mengenalnya... Aku megenal Rin.." Jawab Akihiko pelan.

"Dan kau tidak akan memberitahuku siapa dia, kan?" tanya Shura lagi.

"Ya." Jawab Akihiko singkat.

"Kenapa?"

"Karena ini adalah yang terbaik. Kau tidak perlu tahu siapa Rin sebenarnya dan apa hubungan dia dengan anjing itu."

Shura terdiam mendengar jawaban Akihiko. Dia tidak bertanya lebih banyak lagi, sebab dia tahu, penguasa tanah selatan itu tidak akan mengubah keputusannya. Namun, melihat ekspresi dan juga jawaban Akihiko tadi, dirinya akhirnya berhasil menemukan sedikit informasi akan siapa Rin itu.

"Rin," Ujar Shura pelan."Dialah satu-satunya wanita yang kau cintai hingga kini, kan?"

Mata Akihiko terbelalak, sebab tidak pernah terpikirkan olehnya Shura akan mengetahui hal itu-tidak secepat ini.

"Aku akan menganggap ekspresi wajahmu itu sebagai 'Ya'." Lanjut Shura tenang tanpa mengubah ekspresi wajahnya.

Akihiko hanya menatap Shura dan tertawa kecil. Dia memang tidak boleh meremehkan inuyoukai kecil di depannya. Shura memang selalu penuh kejutan. "Ya. Benar. Aku mencintainya, hanya dialah satu-satunya wanita yang aku cintai."

Shura tidak mengatakan apa-apa, dia hanya diam mendengar jawaban Akihiko.

Akihiko kemudian terdiam dan menatap Shura. "Aku tidak akan mengulangi kataku ini lagi, Shura. Lupakanlah barat, lupakan anjing itu, lupakan Rin... " Ujarnya pelan. "Jadilah anakku, lupakanlah semuanya. Kujaminkan kebahagiaan bagimu.."

Shura tersenyum sinis. "Egois sekali kau Akihiko-sama. Kau menyuruhku melupakan Rin, tapi kau sendiri tidak dapat melupakannya."

Akihiko tertegun mendengar ucapan Shura. Tidak menyangka inuyoukai kecil di depannya akan berkata seperti ini padanya.

"Lalu, ingatlah kata-kataku ini baik-baik, sebab aku juga tidak akan mengulangi kataku ini lagi, 'Dalam hidupku aku hanya ditakdirkan untuk menjadi anak Seshoumaru dari barat seorang saja.'."

Akihiko mengepal tangannya mendengar jawaban Shura. Kebingungan dan kemarahan memenuhi hatinya. Dia tidak mengerti, setelah apa yang terjadi, kenapa Shura masih begitu setia pada anjing itu? Kenapa dia masih tetap saja ingin menjadi anak dari anjing itu?

Shura kemudian menarik pedang yang ada di pinggangnya dan mengarahkanya pada Akihiko. "Ayo, Akihiko-sama. Ayo kita bertarung lagi. Tantanganmu waktu itu masih berlaku, bukan?"

Mata Akihiko terbelalak mendengar tantangan Shura. "Kenapa kau masih ingin kembali ke barat?"

Shura tidak menjawab. Kenapa? Kenapa dia masih ingin kembali ke barat? Kembali pada ayahandanya yang tidak pernah mempedulikannya. Ada banyak sekali pertanyaan dalam kepalanya. Siapa Rin? Kenapa lukisan dan kamarnya bisa berada di istana tanah barat? Apa hubungannya dengan Ayahandanya? Kenapa semua orang tidak mau memberitahunya siapa Rin sebenarnya? Kenapa dia bisa memimpikan Rin? Kenapa dia selalu merasakan kehangtaan dan kedamaian saat memimpikannya? Kenapa dia bisa merindukannya? Apa hubungan Rin dengan dirinya? Apa hubungan Ayahandanya, Rin dan dirinya? Apa hubungan antara mereka bertiga?

Pertanyaan yang tidak pernah dia dapatkan jawabannya. Tapi, benarkah itu? Benarkah pertanyaan-pertanyaan itu adalah pertanyaan yang tidak pernah di dapatkan jawabannya? Tidak! Sebenarnya, jika dia berpikir dengan kepala jernih dan menggunakan perasaannya, jawaban itu semua sebenarnya sudah terjawab sejak pertama kali dia melihat lukisan Rin di paviliun timur istana tanah barat—jawaban pertanyaan-pertanyaan itu sudah ada dalam hatinya sejak dulu-dulu sekali.

Kepastian dan kebenaran.

Itulah yang dia inginkan sekarang. Dan untuk itu, dia tahu, kini, hanya ada satu orang yang akan menjawab untuknya; ayahandanya, Sesshoumaru, sang penguasa tanah barat. Hanya beliau seorang saja yang akan memberi tahunya kebenaran yang ada.

"Dia sudah membuangmu, Shura!" ujar Akihiko penuh kemarahan.

Shura hanya diam membisu mendengar ucapan Akihiko. Mata emasnya tetap tenang tanpa ekspresi, tidak ada keraguan, kesedihan ataupun kebingungan lagi. Sepasang mata emas itu hanya bersinar penuh kepercayaan, keberanian dan kepastian akan sesuatu yang tidak dimengerti Akihiko—sesuatu yang membuat penguasa tanah selatan itu semakin bingung.

Cinta, Shura. Walau apa pun yang terjadi, kami akan selalu mencintaimu...

Ikatan abadi. Selamanya, ikatan kita bertiga tidak akan pernah terputuskan...

Kalimat-kalimat dalam mimpinya itu tergiang dalam kepala Shura. Bagaikan sebuah mantra ajaib yang dapat membuat perasaanya menjadi tenang tidak peduli apa yang dikatakan Akihiko. Kalimat-kalimat itu memberikannya kekuatan dan juga keberanian. Dia akan terus berjuang, mungkin dirinya yang kecil ini akan sering kalah dan sering terluka. Namun, dia tidak akan menyerah. Dia akan terus menantang Akihiko sampai dia menang, hingga dia bisa pulang ke barat.

"Kau bertanya kenapa, kan, Akihiko-sama?" tanya Shura tiba-tiba.

Akihiko menatap Shura yang ada di depannya dalam diam. Inuyoukai kecil di depannya terlihat berbeda dengan inuyoukai kecil yang telah dikalahkannya beberapa minggu lalu. Dia seakan telah berubah, dirinya tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya lagi sekarang.

"Karena ikatan," jawab Shura sendiri dengan pelan sambil tersenyum kecil. "Karena ikatan abadi yang ada..."

....xOxOx....

Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Cjapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
90 Chapter 89
91 Chapter 90
92 Chapter 91
93 Chapter 92
94 Chapter 93
95 Chapter 94
96 Chapter 95
97 Chapter 96
98 Chapter 97
99 Chapter 98
100 Chapter 99
101 Chapter 100
102 Chapter 101
103 Chapter 102
104 Chapter 103
105 Chapter 104
106 Chapter 105
107 Chapter 106
108 Chapter 107
109 Chapter 108
110 Chapter 109
111 Chapter 110
112 Chapte 111
113 Chapter 112
114 Chapter 113
115 Chapter 114
116 Chapter 115
117 Chapter 116
118 Chapter 117
119 Chapter 118
120 Chapter 119
121 Chapter 120
122 Chapter 121
123 Chapter 122
124 Chapter 123
125 Chapter 124
126 Chapter 125
127 Chapter 126
128 Chapter 127
129 Chapter 128
130 Chapter 129
131 Chapter 130
132 Chapter 131
133 Chapter 132
134 Chapter133
135 Chapter 134
136 Chapter 135
137 Chapter 136
138 Chapter 137
139 Chapter 138
140 Chapter 139
141 Chapter 140
142 Chapter 141
143 Chapter 142
144 Chapter 143
145 Chapter 144
146 Chapter 145
147 Chapter 146
148 Chapter 147
149 Chapter 148
150 Chapter 149
151 Chapter 150
152 Chapter 151
153 Chapter 152
154 Chapter 153
155 Chapter 154
156 Chapter 155
157 Chapter 156
158 Chapter 157
159 Chapter 158
160 Chapter 159
161 Chapter 160
162 Chapter 161
163 Chapter 162
164 Chapter 163
165 Chapter 164
166 Chapter 165
167 Chapter 166
168 Chapter 167
169 Chapter 168
170 Chapter 169
171 Chapter 170
172 Chapter 171
173 Chapter 172
174 Chapter 173
175 Chapter 174
176 Chapter 175
177 Chapter 176
178 Chapter 177
179 Chapter 178
180 Epilog
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Cjapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88
90
Chapter 89
91
Chapter 90
92
Chapter 91
93
Chapter 92
94
Chapter 93
95
Chapter 94
96
Chapter 95
97
Chapter 96
98
Chapter 97
99
Chapter 98
100
Chapter 99
101
Chapter 100
102
Chapter 101
103
Chapter 102
104
Chapter 103
105
Chapter 104
106
Chapter 105
107
Chapter 106
108
Chapter 107
109
Chapter 108
110
Chapter 109
111
Chapter 110
112
Chapte 111
113
Chapter 112
114
Chapter 113
115
Chapter 114
116
Chapter 115
117
Chapter 116
118
Chapter 117
119
Chapter 118
120
Chapter 119
121
Chapter 120
122
Chapter 121
123
Chapter 122
124
Chapter 123
125
Chapter 124
126
Chapter 125
127
Chapter 126
128
Chapter 127
129
Chapter 128
130
Chapter 129
131
Chapter 130
132
Chapter 131
133
Chapter 132
134
Chapter133
135
Chapter 134
136
Chapter 135
137
Chapter 136
138
Chapter 137
139
Chapter 138
140
Chapter 139
141
Chapter 140
142
Chapter 141
143
Chapter 142
144
Chapter 143
145
Chapter 144
146
Chapter 145
147
Chapter 146
148
Chapter 147
149
Chapter 148
150
Chapter 149
151
Chapter 150
152
Chapter 151
153
Chapter 152
154
Chapter 153
155
Chapter 154
156
Chapter 155
157
Chapter 156
158
Chapter 157
159
Chapter 158
160
Chapter 159
161
Chapter 160
162
Chapter 161
163
Chapter 162
164
Chapter 163
165
Chapter 164
166
Chapter 165
167
Chapter 166
168
Chapter 167
169
Chapter 168
170
Chapter 169
171
Chapter 170
172
Chapter 171
173
Chapter 172
174
Chapter 173
175
Chapter 174
176
Chapter 175
177
Chapter 176
178
Chapter 177
179
Chapter 178
180
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!