Nama no naka
Kaze no naka
Yume no naka
Suara yang sangat lembut dan merdu bagaikan dentingan lonceng. Dirinya yang kecil hanya bisa berdiri diam di pintu Shoji yang terbuka sambil menatap gadis manusia yang sedang bernyanyi itu dengan ekspresi penuh keterpesonaan.
Dalam mata emasnya, gadis manusia itu begitu cantik. Rambut sehitam langit malam tanpa bintang, kulit seputih salju, hidung yang mancung, bibir yang munggil, mata coklat besar jernih yang bersinar penuh kasih sayang—sungguh gadis yang sangat menawan.
Gadis itu sedang duduk di atas futon sambil memeluk erat seorang bayi kecil. Wajahnya memang terlihat sangat pucat, tidak seperti biasanya. Namun, dia juga tidak dapat mempungkiri kebahagiaan yang terpancar dari wajah menawan tersebut.
Wajah gadis itu kemudian terangkat menatapnya. Senyum masih tetap ada di wajahnya, begitu juga dengan lagu yang mengalun dari bibir munggilnya. Mata coklatnya berbinar, dia mengangguk pelan kepala seakan menyuruhnya untuk bergabung dnegan dirinya. Dan tidak membuang waktu, dia pun melangkahkan kakinya mendekati gadis itu.
Sesshoumaru-sama doko ni iru
Jakken-sama wo shita naete
Saat dia di depan gadis itu, dengan penuh rasa ingin tahu, dia berusaha mengintip wajah bayi yang ada dalam pelukan sang gadis. Gadis itu dengan pelan menurunkan pelukannya, membiarkan dirinya menatap wajah sang bayi, walau kedua mata coklat itu tidak henti-hentinya menatap bayi dalam pelukannya. Tatapan mata penuh kegembiraan, kebanggaan, ketidak percayaan dan juga kasih sayang cinta tiada tara.
Watashi wa hitori de machimashou
Shura wa hitori de machimashou
Wareware wa hitori de machimashou
Sesshoumaru-sama omodori wo
Lagu mengalun di udara kemudian terhenti. Dia bisa melihat jelas wajah bayi yang ada dalam pelukannya itu sekarang. Berambut perak dengan kulit berwarna putih, tanda bulan sabit di dahi serta satu garis keungguan di pipi. Mata sang bayi tertutup, tapi dia mengakui, bayi ini sangat tampan.
Tangan kecilnya kemudian terangkat untuk menyentuh wajah bayi dengan ragu-ragu, sebab dia takut membangunkannya dari tidur yang terlihat begitu damai dan nyenyak. Namun, saat tangannya hampir berhasil menyentuh pipi sang bayi, mata sang bayi langsung terbuka, memperlihatkan sepasang mata berwarna emas seperti miliknya.
Dirinya yang masih kecil tertegun. Sepasang mata yang kini menatapnya dengan lurus tanpa rasa takut atau pun penasaran membuatnya merasa, bayi ini pasti akan tumbuh menjadi youkai yang sangat kuat dan tangguh.
"Jika kelak, Shura mengalami kesulitan, apakah Shiro bersedia membantunya?" tanya gadis lembut.
Dirinya segera mengangkat kepala menatap wajah gadis manusia itu, terkejut dengan pertanyaan yang tiba-tiba. "Bersediakah Shiro membantu Rin menjaga Shura kelak?" tanyanya gadis itu lagi.
Dirinya yang kecil hanya bisa mengangguk kepalanya dengan cepat. Dia sangat terpesona melihat wajah gadis itu yang begitu dekat dengannya sekarang. Hati kecilnya merasa, tidak akan yang mungkin dapat menolak permintaan gadis secantik ini.
Gadis itu tiba-tiba tertawa mengangkat jari kelingking kanannya. "Janji?"
Dirinya yang kecil segera mengaitkan jari kelingkingnya pada kelingking gadis itu. "Aku janji, Rin. Aku, Shiro berjanji padamu, Shiro pasti akan menjaga Shura kelak."
Mata emas Shiro terbuka, dia langsung bangkit dari futonnya. Mimpi. Mimpi dari kejadian yang sudah lama sekali terjadi. Dia tidak mengerti kenapa dia bisa memimpikan kejadian itu, namun, hanyou itu merasa, itu pasti karena lagu yang didengarnya sebelum tidur—lagu pengantar tidur Shura.
Shiro menolehkan kepala menatap sekelilingnya. Mamoru, Aya dan Maya masih tertidur dengan nyenyak. Dirinya kemudian menolehkan wajahnya ke samping. Kedua alis matanya langsung terpaut, Shura dan Sakura tidak ada di atas futon mereka.
Dia segera mengangkat tangannya menyentuh futon itu. Masih hangat, Shura dan Sakura pasti belum lama meninggalkan kamar ini. Tidak membuang waktu, dia langsung berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari kamar untuk mencari Sakura dan Shura. "Ke mana kau akan membawa adikku, Anjing Mesum?" gumamnya kesal.
....xOxOx....
Tsubasa menatap Shura yang ada di depannya sekarang. Inuyoukai itu berdiri sambil menggendong Sakura yang tertidur pulas. Wajahnya tetap tidak berekspresi seperti biasanya, tapi Selir Penguasa Tanah Selatan tersebut tidak dapat menyembunyikan senyum yang mulai merekah di wajahnya. Dia tahu kenapa Shura ada dalam kamarnya pada pagi-pagi buta seperti ini, yakni; Sakura.
Shura benar-benar sangat posesif terhadap Sakura. Dia membawanya ke kamar ini pasti disebabkan karena dia tidak ingin Shiro menyentuh hanyou kecil itu. Tsubasa sangat senang, Shura datang padanya secara tidak langsung telah membuktikan padanya bahwa dalam Istana Tanah Selatan ini, dirinya adalah orang yang paling dipercayainya.
Inuyoukai di depannya tidak pernah terlihat seperti seusianya. Meski baru berusia sembilan tahun mendekati sepuluh, dia selalu terlihat lebih tua, dingin dan terkontrol emosinya. Itu memang bagus, mengingat posisi yang akan disandangnya kelak. Namun, Tsubasa juga ingin Shura memiliki masa kecil semana mestinya, walau dirinya tahu, yang bersangkutan mungkin tidak memerlukannya. Lalu, kini, setelah bertemu dengan Sakura dan Shiro, sedikit demi sedikit, sepertinya inuyoukai ini telah mulai memperlihatkan emosinya semana mestinya seorang anak kecil.
Tsubasa sangat bersyukur untuk itu.
"Serahkan saja Sakura-chan pada hamba, Shura-sama. Hamba pasti akan menjaganya baik-baik sampai anda kembali." Senyum Tsubasa dan bangkit untuk mengendong Sakura. Shura menyerahkan Sakura pada Tsubasa, walau mata emasnya tidak henti-hentinya meninggalkan sosok hanyou kecil itu. Namun, tiba-tiba saja, tangan kanan Sakura bergerak menarik ujung lengan haori Shura.
Mata Sakura yang masih tertutup membuat Shura tahu, hanyou kecil itu masih tertidur. Degan pelan dia mendekatkan mulutnya pada telinga Sakura, membisikan sesuatu. Bisikan Shura itu lumayan berefek, sebab, secara perlahan, tangan kecil yang menggenggam ujung lengan haorinya terlepas. Menatap wajah Sakura sejenak, Shura kemudian membalikkan badannya meninggalkan kamar Tsubasa tanpa mengatakan sesuatu atau pun menolehkan wajah pada selir Sang Penguasa Tanah Selatan.
Senyum Tsubasa hanya bertambah lebar saat melihat sikap Shura itu. Ya, apa yang dipikirkannya memang benar sekali. Es dalam hati Shura kini sudah mulai mencair. Hanyou kecil dalam gendongannya sekarang, hanyou kecil ini dengan mudah tanpa kesulitan sedikit pun telah berhasil mencairkan es tersebut. Walau baru bertemu, walau baru saling mengenal sejenak, sudah tercipta sebah ikatan antara Inuyoukai dan hanyou ini. Bisikan Shura tadi telah membuktikannya.
"Tenanglah, aku akan segera kembali."
....xOxOx....
Langkah kaki Shiro terhenti, tidak pernah dirinya menyangka yang akan ditemukannya setelah berusaha melacak keberadaan Shura dan Sakura dalam Istana Tanah Selatan ini adalah Akihiko, Penguasa Tanah Selatan itu sendiiri. Mata emasnya menatap penuh kewaspadaan youkai itu dan sekeliling mereka, yakni taman Istana Tanah Selatan, sebab, mungkin saja ada jebakan di sekelilignya sekarang.
Akihiko yang berdiri diam bisa membaca pikiran hanyou di depannya dengan mudah. Saat matanya menatap sosok hanyou di depannya, sebuah senyum kecil menghiasi wajah tampannya, "Ternyata, persatuan dari hanyou dan manusia tetaplah hanyou."
Mata Shiro langsung menyipit saat mendengar ucapan itu, kewaspadaannya semakin meninggi, sebab dia tidak mengerti maksud ucapan Akihiko. Akihiko tidak mempedulikan Shiro, dia mengangkat kepalanya menatap langit pagi, "Sama halnya dengan persatuan dari youkai dan manusia."
Shiro tetap diam tidak tahu harus berkata apa, sebab dirinya benar-benar tidak mengerti mengerti maksud ucapan tersbut. Namun, dengan pelan Akihiko kemudian menurunkan wajah menatap Shiro lagi. "Keajaiban. Hanya keajaiban persatuan dari youkai dan manusia adalah youkai."
Ucapan Akihiko itu membuat Shiro tertegun. Di dunia ini, persatuan dari youkai dan manusia adalah hanyou seperti ayahnya, dirinya dan juga adiknya, Sakura. Meski memiliki bentuk dan rupa yang mirip dengan youkai, hanyou tetaplah hanyou. Manusia mungkin tidak bisa membedakannya, namun tidak dengan youkai, sekali lihat saja, mereka mengetahuinya. Darah manusia yang mengalir dalam tubuh hanyou membuat mereka berbeda, darah itu membuat bau dan yuouki mereka berbeda. Karena itu, keajaiban. Ya, benar! Itu adalah keajaiban. Bagi semua yang ada di sana saat itu, apa yang mereka lihat sembilan tahun yang lalu adalah keajaiban—keajaiban yang hanya dimiliki oleh gadis manusia itu seorang.
Bau Shura yang seperti mint segar seperti musim dingin bercampur bau bulan tiba-tiba tercium oleh Shiro. Tidak membuang waktu, dia segera membalikkan badan menatap sumber bau tersebut. Matanya melihat Shura berjalan mendekati mereka dengan wajah tanpa ekspresi seorang diri, pembicaraannya barusan dengan Akihiko langsung menghilang dari dalam kepala Shiro. "Heh! Anjing Mesum! Di mana adikku berada sekarang?!"
Shura tidak mempedulikan Shiro sedikit pun, wajahnya tidak memperlihatkan ekspresi kesal atau sejenisnya. Namun, Akihiko yang ada di sana langsung tertawa terbahak-bahak, sebab waktu satu tahun lebih Shura berada di Selatan telah membuatnya cukup bisa membaca sifat inuyoukai itu. Walau terlihat tenang, cuek dan tidak peduli, dia sebenarnya sangat kesal, sebab inuyoukai dengan harga diri tinggi sepertinya, tidak mungkin bisa menerima julukan rendahan seperti itu. Yang membuat Shura bisa menahan dirinya dan tidak membunuh hanyou itu pasti hanya satu, yakni; Sakura. Menilai hubungan Shiro dan Sakura, Shura pasti tahu betapa pentingnya hanyou di depannya ini bagi Sakura. Jika dirinya berani membunuh hanyou itu, dirinya tidak akan mungkin lagi mendapatkan senyum lebar serta tawa dari wajah kecil itu.
"Hei!Aku bertanya padamu! Di mana Sakura?!" tanya Shiro lagi sambil berteriak. Kesabarannya yang memang tipis telah mencapai batasnya. Namun, Shura yng ada di depannya tiba-tiba mencabut pedang yang ada di pinggangnya dan kontan membuat hanyou itu segera memasang kuda-kuda bersiap untuk bertarung, "Kau ingin bertarung? Ayo, kemari! Aku tidak takut!" teriak Shiro lagi dengan berapi-api.
Akihiko yang melihat sikap Shiro hanya bisa tertawa semakin keras. Dia tahu sekali pada siapa Shura sebenarnya mengarahkan pedangnya. Pedang itu di arahkan padanya, untuk pertarungan mereka yang terhenti kemarin gara-gara kemunculan Sakura dan Shiro yang tiba-tiba. Sikap antara Shura dan Shiro ini benar-benar membuat dirinya seperti melihat kembali interaksi antar kedua ayah kandung mereka masing-masing. Kemiripan yang benar-benar sangat luar biasa.
Namun, tawa Akihiko itu tidak bertahan lama. Shura tiba-tiba bergerak dengan kecepatan yang luar biasa ke arahnya. Pedang di tangan inuyoukai itu terangkat untuk menyerangnya. Senyum menyeringai melintas di wajah sang penguasa tanah selatan. Pertarungan mereka sudah dimulai, dan seperti sebelum-sebelumnya, dia tidak akan membiarkan Shura menang. Tidak mempedulikan Shiro yang kini menatap Shura dan dirinya dengan pandangan terkejut bercampur kebingungan, dia pun mengangkat tangannya dan bergerak maju.
....xOxOx....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments