Akihiko mengangkat kepalanya menatap langit biru di atas. Daun-daun pohon sakura yag ada di sekelilingnya telah menguning dan gugur dibawa angin. Sudah musim gugur, dan tidak lama lagi akan musim dingin, di mana salju akan turun. Lalu, setelah itu, musim semi akan tiba. Musim di mana bunga sakura akan bermekaran dengan begitu indahnya lagi. Musim di mana dia bisa mengingat Rin dengan jelas.
Telinga dan indra penciumannya yang tajam tiba-tiba menangkap suara dan bau seseorang yang mendekatinya. Senyum kecil merekah di wajahnya, dia tahu siapa itu-Shura. Dengan pelan, dia menolehkan kepalanya menatap inuyoukai yang kini telah berada di belakangnya. "Kau sudah menjadi berita utama di istana ini sekarang, Shura. Siapa hanyou kecil yang kau bawa itu?"
Shura tidak menjawab. Dia hanya diam membisu seribu bahasa. Akihiko kemudian membalikkan badan menatap inuyoukai itu. "Aku sebenarnya tidak peduli. Tapi, demi Tsubasa, kuharap kau akan tinggal di istana selama musim dingin daripada berkelana melatih dirimu."
Shura tetap tidak menjawab. Namun, dia tahu apa maksud ucapan Akihiko. Dia masih ingat ekspresi wajah Tsubasa saat melihatnya pada awal musim semi lalu, penuh air mata dan juga kelegaan saat melihat dirinya yang pulang setelah berkelana melatih diri sendirian sepanjang musim dingin tanpa memberikan kabar sedikit pun. Meski Tsubasa dan dirinya tidak memiliki hubungan darah, Selir Penguasa Tanah Selatan itu selalu menyayangi serta memperlakukan Shura dengan baik seakan dia adalah anaknya sendiri. Dan dalam hati Shura yang terdalam, dia sendiri juga sangat menghormatinya, walau dia tidak pernah dapat menganggap youkai itu sebagai ibundanya.
Akihiko hanya tersenyum melihat ekspresi Shura yang tetap datar. Meski terlihat seperti tidak peduli, dia tahu, Shura akan mempertimbangkan apa yang dikatakannya. Satu tahun lebih Shura berada di Selatan telah membuat dirinya cukup mampu membaca ekspresi datar itu, walau juga sama seperti kedua orang yang mengalirkan darah padanya, kadang keputusannya selalu saja di luar dugaan.
"Cukup basa-basinya," kata Shura tiba-tiba sambil mencabut pedang yang ada di pinggangnya, "Cabut pedang anda, Akihiko-sama."
Akihiko langsung tertawa melihat tindakan Shura. Memang tidak dapat ditebak. Inuyoukai di depannya benar-benar youkai yang memiliki kepribadian sangat unik dan langka. Semenjak musim gugur tahun lalu, Shura mulai meninggalkan Istana Tanah Selatan dan mengembala melatih dirinya sendirian. Dia bisa saja mengambil kesempatan saat mengembala untuk kembali ke Barat jika dia mau, namun, inuyoukai itu tidak pernah melakukannya. Tidak pernah Shura meninggalkan Tanah Selatan dan menginjakkan kakinya ke Barat. Dia selalu kembali ke Istana Selatan mencarinya saat dia merasa dirinya telah menjadi lebih kuat, menantangnya dan kalah. Setelah itu dia akan pergi mengembala melatih diri lagi dengan kepercayaan suatu hari nanti dia pasti bisa mengalahkannya.
Perjanjian tidak tertulis mereka, Shura baru akan kembali ke barat menemui Sesshoumaru jika dia telah berhasil mengalahkannya, Akihiko Sang Penguasa Tanah Selatan.
Akihiko hanya bisa tersenyum melihat sikap Shura itu. Tidak pernah menyerah, selalu memegang janji yang telah dibuatnya, selalu berpikir positif, benar-benar sifat yang diwarisinya dari wanita itu. Tangan Akihiko kemudian bergerak mencabut pedang yang ada di pinggangnya. "Ayo, tunjukkan apa yang kau dapatkan selama pengembala kali ini."
....xOxOx....
"Shiro! Tunggu! Jangan berlari secepat itu!" teriak Mamoru, Aya dan Maya yang sedang duduk di atas punggung Kirara keras.
Namun, Shiro tidak mempedulikannya, dia terus berlari cepat mengikuti bau Sakura yang ditangkap hidungnya. Dia bisa mencium bau sakura dan juga youkai yang tertinggal. Namun, yang paling penting, dia bisa mencium bau darah Sakura. Sakura terluka. Dia yakin itu. Youkai yang bersama dengan adiknya sekarang pasti bukanlah youkai baik hati seperti beberapa youkai yang dikenalnya.
"Tunggulah Sakura. Kakak pasti akan menolongmu dan menghajar siapapun yang berani menyakitimu." Gumam Shiro pelan dengan wajah yang penuh kecemasan bercampur kemarahan.
....xOxOx....
Tsubasa menatap kimono merah Sakura yang ada di tangannya. Kimono itu terbuat dari bahan yang sangat langkah, dan tidak mudah ditemukan, yaitu bulu tikus api. Tsubasa kemudian menolehkan mata menatap Sakura yang sedang tertidur di atas futon dalam kamarnya. Sebuah senyum melintas di wajahnya. Dia tahu sekarang, kenapa wajah Sakura terasa tidak asing baginya, dan juga penyebab mengapa Shura begitu memperhatikan hanyou itu.
"Kak Shura.." Gumam Sakura yang sedang tidur tiba-tiba sambil menggerak-gerak tanggannya, seakan mencari Shura. Tsubasa segera bergerak mendekati hanyou itu, berusaha untuk menenangkannya. Namun, sebelum dia berhasil melakukan itu, kedua mata emas Sakura telah terbuka.
"Kau sudah bangun, Sakura-chan?" tanya Tsubasa lembut.
Melihat wajah Tsubasa, Sakura segera menolehkan kepalanya ke kiri-kanan penuh kepanikkan. Selir Penguasa Tanah Selatan tersenyum, dia tahu hanyou di depannya ini pasti sedang mencari Shura. "Shura-sama sedang menemui Akihiko-sama, Penguasa Tanah Selatan."
"Eh?" seru Sakura terkejut.
"Apakah kau ingin menemui beliau? Aku akan dengan senang hati mengantarmu ke sana?"
Tawaran Tsubasa sesungguhnya merupakan sebuah tawaran yang sangat membingungkan bagi Sakura. Dia ingin menerima tawaran itu, namun, dia juga ragu. Yang di depannya sekarang adalah youkai. Dan dia sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya untuk tidak sembarangan mempercayai youkai maupun orang asing yang ditemuinya.
Tsubasa tertawa melihat ekspresi wajah Sakura. Dia tahu apa yang dipikirkan hanyou di depannya, dan dia setuju sekali dengan itu, sebab bagaimana pun juga, dia bukanlah sekadar hanyou biasa. Dia adalah anak dari miko dan juga hanyou terkuat yang pernah ditemuinya. "Tidak perlu khawatir, aku janji, aku akan mengantarmu pada Shura-sama."
Tawa Tsubasa sebenarnya membuat Sakura semakin bingung dan ragu. Namun, saat memikirkan akan bertemu Shura. Dia pun memutuskan untuk menerima tawaran itu. Dia tidak mau sendirian di tempat asing ini, dia ingin berada di sisi Shura. Shura memang youkai, dan dia juga baru mengenalnya. Tapi, dia yakin dengan seyakin-yakinnya, dia bisa mempercayainya. Tidak! Dia telah mempercayai anak laki-laki itu sejak awal dia bertemu dengannya.
Sakura berjalan mengikuti Tsubasa, matanya tetap menatap sekeliling dengan penuh kewaspadaan. Para pelayan dan prajurit yang seluruhnya adalah youkai membungkukkan badan memberi hormat pada Tsubasa saat, youkai burung itu berjalan lewat. Hanyou kecil itu tahu, youkai yang ada di depannya pasti memiliki status yang tinggi. Namun, dia juga tahu, dia bukanlah Nyonya rumah dari istana ini, buktinya, dia memanggil Shura yang merupakan Pewaris Tanah Selatan dengan sebutan 'Sama' penuh kehormatan. Youkai ini pasti merupakan Selir dari Sang Penguaasa Tanah Selatan.
Sakura juga bisa melihat semua youkai yang dilewatinya menatap dirinya. Itu sebenarnya membuat dia sangat takut. Bisa merasakan ketakutan di hati hanyou kecil itu, Tsubasa tersenyum kecil dan mengulurkan tangan untuk menggandeng tangan kecilnya. "Jangan khawatir, Sakura-chan. Tidak akan ada yang berani menyakitimu. Mereka menatap dirimu karena kau adalah orang pertama yang dipedulikan Shura-sama selama ini."
"Eh? Maksudnya?" tanya Sakura bingung sambil menerima uluran tangan itu.
"Shura-sama selama ini tidak pernah mempedulikan siapa pun. Dia selalu sendirian dan memiliki hati yang sangat dingin seperti es. Semua yang mengenalnya percaya, tidak akan ada yang mungkin dapat mencairkan es dalam hatinya. Tapi, hari ini, semua itu terbukti salah. Kau berhasil mencairkan es dalam hatinya, Sakura-chan." Senyum Tsubasa.
Sakura tidak mengerti sepenuhnya ucapan Tsubasa, namun tidak tahu mengapa, wajahnya memerah. Dia tiba-tiba merasa sangat malu dan juga gembira pada saat bersamaan. Tsubasa yang melihat reaksi hanyou kecil itu hanya bisa tertawa. Mau tidak mau, melihat kembali kepolosan hanyou kecil di depannya, dia teringat kembali pada gadis manusia menawan yang juga polos seperti ini. Mungkin, secara tidak langsung, Shura melihat sedikit bayangan gadis manusia yang begitu berharga baginya pada diri hanyou kecil ini. Ya, bau mereka juga cukup mirip. Gadis manusia itu berbau musim semi yang selalu hangat dan menyenangkan, sedangkan Sakura berbau bunga sakura—bunga musim semi. Mereka memang cukup mirip.
Saat mereka memasuki taman di Istana Tanah Selatan. Suara ribut yang sangat keras tiba-tiba terdengar. Kepanikan memenuhi hati Sakura, dia bisa merasakan ada dua youkai sangat kuat yang sedang bertarung. Namun, Tsubasa yang mengenggam tangannya tetap tenang dan membimbingnya berjalan mendekati sumber keributan.
Mata Sakura langsung terbelalak saat dia melihat siapa yang sedang bertarung. Dengan badan yang penuh luka, Shura berlari sambil menghunuskan pedang pada seorang youkai di depannya. Namun, youkai yang dilawannya dengan mudah menahan serangannya itu. Lalu, sambil tersenyum menyeringai, pedang lawan Shura tiba-tiba bergetar dan memancarkan youki yang sangat kuat. Shura berusaha untuk menahannya, namun dia gagal. Badannya segera terhempas ke belakang menabrak pohon sakura.
"Kak Shura!" teriak Sakura penuh ketakutan. Tidak mempedulikan sekelilingnya lagi, dia langsung berlari ke arah Shura dan memeluknya dengan erat, seakan berusaha menjadikan dirinya sebagai perisai bagi youkai itu.
Sikap Sakura kontan membuat semua yang ada di sana kebingungan, terutama Shura. Dia bisa melihat dengan jelas badan kecil itu bergetar hebat karena ketakutan. Dia juga bisa mencium bau air matanya hanyou kecil itu. Menghela napas, Shura kemudian melepaskan pedang di tangannya dan memeluk badan kecil itu dengan erat, berusaha menenangkannya.
Sakura menjauhkan wajah dari dada Shura saat merasakan pelukan tersebut dan menatap wajah inuyoukai di depannya. Air matanya mengalir semakin deras saat dia melihat darah yang mengalir turun dari sebetan pedang di pipi Shura. Saat tangannya teriris pisau waktu membantu ibunya memasak, dia menangis sejadi-jadinya. Besarnya luka di tangannya saat itu sama sekali tidak sebanding dengan besarnya luka di pipi Shura sekarang. Luka itu pasti sakit sekali. Karena itu, tanpa membuang waktu yang ada, dia langsung mendekatkan wajahnya pada wajah Shura, mengeluaran lidahnya dan menjilatnya dengan lembut.
Apa yang dilakukan Sakura, benar-benar membuat Shura, Akihiko dan Tsubasa terkejut. Namun, yang bersangkutan tidak menyadarinya. Selama ini, setiap kali dia terluka, Ayah ataupun Kakaknya pasti akan menjilatnya, dan dia belajar bahwa air liur mereka adalah obat yang sangat baik untuk luka seperti itu.
Meski terkejut, Shura dengan cepat kembali tenang. Melihat wajah Sakura yang begitu dekat dengannya, merasakan napas dan lidah yang masih menjilat lukanya. Dengan pelan dia mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi hanyou kecil itu. Sakura segera berhenti dan menatap wajah Shura.
"Aku tidak apa-apa. Luka ini tidak ada apa-apanya." Ujar Shura pelan sambil menatap lurus mata emas Sakura. Mendengar jawaban Shura, Sakura segera mengangkat tangan menyentuh tangan yang ada di pipinya, menekannya dengan kuat, membenamkan pipinya pada telapak tangan itu. "Iya.. Iya, Sakura tahu.."
Akihiko yang melihat interasksi antara Shura dan Sakura sangat tertegun. Sikap lembut Shura ini sama sekali tidak mirip dengan Shura yang dikenalnya. Namun, sejenak kemudian, senyum menghiasi wajahnya. Gadis hanyou di depannya ini pasti merupakan hanyou yang menjadi berita utama di istananya sekarang. Hanyou yang berhasil mencarkan es dalam hati Shura.
"Akihiko-sama, apakah anda merasa tidak asing dengan wajah hanyou kecil itu?" tanya Tsubasa tiba-tiba dari samping Akihiko. Penguasa Tanah Selatan itu mengamati baik-baik wajah Sakura, dan seperti Tsubasa, wajah itu tidak asing baginya. Dia tahu, setengah darah youkai yang mengalir dalam tubuh Sakura adalah inuyoukai seperti Shura.
"Kimono merah yang dikenakan Sakura-chan sebelumnya terbuat dari bahan yang sangat langkah, Akihiko-sama, yaitu bulu tikus api." Lanjut Tsubasa lagi sambil tersenyum.
Mata Akihiko langsung terbelalak, dia kembali mengamati wajah menatap Sakura, dan tiba-tiba saja, dia tertawa terbahak-bahak. "Begitu, ya? Pantas saja."
Shura yang berada tidak jauh dari Akihiko dan Tsubasa bisa mendengar pembicaraan mereka berdua dengan jelas. Dia sebenarnya cukup penasaran akan siapa Sakura sebenarnya. Sepertinya, mereka berdua kenal siapa sebenarnya hanyou itu. Hanya saja, dia memutuskan untuk mencari jawabannya nanti saja, sebab prioritas utamanya sekarang adalah menghentikan air mata dari mata emas di depannya. Dengan pelan, dia menggerakkan tangannya menghapus air mata yang ada, "Jangan menangis lagi."
Sakura mengangguk-angguk kepalanya. Mulut kecilnya terbuka untuk membalas ucapan Shura. Namun, sebelum itu terjadi tiba-tiba saja dari samping mereka, sebuah serangan berupa pedang udara berwarna merah melesat mengincar Shura.
"Hijinkesso!"
Serangan yang tiba-tiba itu cukup mengejutkan Shura. Dengan segera dia menghindari serangan itu sambil memeluk pinggang Sakura. Namun, dari sampingnya, tiba-tiba sepasang tangan bergerak menarik lengan Sakura dengan kuat hingga pelukan Shura terlepas.
Mata Shura terbelalak. Saat dia mendarat di atas tanah, dia membalikkan badan menatap siapa yang menyerangnya barusan, kemarahan langsung memenuhi hatinya. Seorang pemuda berusia sekitar empat belas tahun berambut perak seperti dirinya dan Sakura, menatap penuh kemarahan padanya dengan sepasang bola mata keemasan yang juga mirip sekali dengannya. Shura tahu, pemuda berkimono merah di depannya adalah hanyou, sebab, telinga anjing di atas kepalanya telah membuktikannya. Namun, yang sesunguhnya membuat mata Shura terbelalak adalah sepasang tangan yang memeluk erat Sakura. Kemarahan memenuhi hatinya, mata emasnya dengan segera berubah menjadi merah darah. Siapapun juga yang ada di depannya, berani sekali dia merebut Sakura darinya!
Dengan kecepatan yang sangat luar biasa, Shura tiba-tiba bergerak maju. Tangan kanannya yang berkuku panjang segera bergerak menyerang hanyou berkimono merah di depannya. Hanyou di depannya cukup terkejut dengan kecepatan dan serangan Shura yang tiba-tiba, dia berusaha menghindar sambil memeluk Sakura. Namun, tangan Shura yang pertama kalinya berposisi menyerang, tiba-tiba berubah dan menarik badan kecil Sakura. Hanyou yang dilawan Shura sangat terkejut, dan belum berakhir keterkejutan yang dirasakannya, tangan kiri Shura tiba-tiba bergerak menempel di dadanya. Youki yang sangat kuat tiba-tiba melancar keluar dari telapak tangan Inuyoukai kecil itu dan menghempaskan lawannya hingga jatuh ke belakang.
Saat hanyou berkimono merah itu bangkit lagi, kedua matanya langsung terbelalak. Di depannya, Shura berdiri sambil memeluk erat Sakura. Matanya merah darahnya membesar, mulutnya terbuka menyeringai memperlihatkan gigi taringnya dan garis biru di pipinya menggelap. Kemarahan terlihat dengan jelas di wajahnya sekarang. Namun, yang membuat kedua mata hanyou itu terbelalak sebenarnya bukanlah kemarahan Shura, melainkan wajah Shura. "P-paman Sesshoumaru?" panggil hanyou itu pelan dengan terbata-bata.
Mata merah darah Shura segera kembali menjadi emas saat mendengar ucapan hanyou di depnnya. Hanyou di depannya itu mengenal Ayahandanya? Dan tidak hanya itu, barusan dia memanggil ayahndanya, 'Paman'?
Belum terjawab kebingungannya, Sakura yang ada dalam pelukannya tiba-tiba menolehkan kepala menatap hanyou berkimono merah itu. Kebahagiaan dan air mata langsung memenuhi wajah cantiknya. "Kak Shiro!" teriaknya sambil berusaha memebebaskan dirinya dari pelukan Shura. Namun, tangan Shura yang memeluk erat badannya tidak mau melepaskannya, malahan pelukannya semakin erat. Kebingungan dia mengangkat wajahnya menatap Shura yang masih menatap wajah Kakaknya dengan ekspresi yang tidak dimengertinya, ekspresi wajah penuh posesif terhadap dirinya.
Tidak bisa mengerti apa yang terjadi, Sakura kembali menolehkan wajah menatap Shiro yang masih menatap Shrura dengan pandangan tidak percaya. Dia seakan telah melupakan apa yang baru saja terjadi. Namun, yang paling membuat terkejut dirinya adalah, mulut Kakaknya tiba-tiba terbuka dan mengucapkan sesuatu. "T-tidak mungkin.. Kau, Shura?"
....xOxOx....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments