Tsubasa hanya bisa duduk diam menatap pemandangan di depannya dengan wajah tidak percaya, begitu juga dengan para dayangnya. Di depannya sekarang, Shura sedang berdiri sambil menggendong seorang gadis kecil menatapnya. Wajah Shura tetap tidak berekspresi seperti biasanya, sedangkan gadis yang digendongnya terlihat sangat takut dan gugup.
"Shura-sama, siapa gads kecil ini?" tanya Tsubasa pelan. Dia segera bangkit dan berjalan mendekati Shura dan gadis kecil itu.
"Ganti baju kotornya dan beri dia makanan." Perintah Shura tanpa mempedulikan pertanyaan Tsubasa. Dia menurunkan Sakura yang digendongnya. Namun, gadis itu segera bersembunyi di belakang punggung Shura dan menjulurkan kepalanya keluar menatap Tsubasa.
Tsubasa menolehkankan matanya menatap Sakura. Dan dia langsung tahu, bahwa gadis kecil di depannya adalah seorang hanyou walau rupanya mirip sekali dengan inuyoukai sejati. Namun, melihat wajah gadis itu lebih dekat lagi, dia merasa wajah itu tidak asing baginya. "Siapa namamu, gadis kecil?" tanya Tsubasa pelan sambil tersenyum.
"S-Sakura.." jawab Sakura pelan terbata-bata. Tanganya yang menggenggam haori Shura semakin erat.
"Sakura? Nama yang bagus sekali." senyum Tsubasa. "Kemarilah, bajumu sudah kotor sekali. Seorang wanita tidak sepantasnya berpakaian seperti itu."
Sakura tetap tidak melepaskan haori Shura. Seakan apa yang dikatakan Tsubasa tidak ada gunanya.
"Ayo, Sakura. Sangat tidak sopan kalau kau berpakaian kotor seperti itu di depan Shura-sama , sang penguasa tanah selatan masa depan." Ujar Tsubasa lagi.
Mendengar ucapan Tsubasa, mata Sakura langsung terbelalak. Dia langsung mengangkat kepala menatap Shura yang ada di depannya. Dia memang sudah merasa bahwa anak laki-laki di depannya adalah orang yang sangat penting di istana ini, tapi, dia tidak pernah menyangka bahwa dia itu adalah putra dari pemilik istana ini, terlebih lagi pewaris tanah selatan. Saat mata emasnya bertemu dengan mata emas Shura, Sakura segera melepaskan tangannya yang sedang mengenggam haori pemuda itu dan berjalan mundur ke belakang. Ketakutan terlihat dengan jelas diwajahnya.
Ekspresi ketakutan Sakura membuat Shura membalikkan badan menatap hanyou itu. Wajahnya tetap tidak berekspresi, namun di dalam hatinya dia merasakan kemarahan bercampur kebingungan melihat ketakutan yang ditujukan padanya. "Sakura." Panggilnya dengan suara datar.
Sakura segera menundukkan kepalanya ke bawah berkali-kali. "M-maafkan Sakura, Kak Shu-eh... Bukan. Maafkan Sakura, Shura-sama. Sakura tidak tahu..." Ujarnya terbata-bata. Ketakutan dalam hatinya semakin membesar. Seorang bangsawan seperti Shura pasti tidak akan menyukai dirnya yang merupakan rakyat biasa.
Tanpa mempedulikan ucapan Sakura, Shura segera berjalan mendekati hanyou tersebut. Tangan kanannya segera terangkat menyentuh pipi Sakura. "Hentikan sikapmu itu. Dan, jangan panggil aku Shura-sama. Aku bukan pewaris tanah selatan." Ujarnya datar.
Ucapan Shura berhasil membuat Sakura mengangkat matanya menatap wajah Shura. Ekspresi wajah Shura tetap sama, tanpa ekspresi dan tidak dapat ditebak, namun, saat Sakura melihat matanya, dia bisa merasakan kelembutan di mata itu. Mata itu sekarang mirip sekali dengan mata Ayah dan juga Kakaknya. Tidak bisa menahan perasaan lega, rindu dan juga gembira yang tiba-tiba membanjiri hatinya. Sakura langung membuka kedua tangannya memeluk Shura dengan erat. Shura tidak membencinya, pemuda itu tidak membenci dirinya yang merupakan seorang rakyat biasa.
Merasakan pelukkan Sakura yang erat, Shura segera mengangkat kedua tangannya memeluk badan kecil itu dengan erat. Dan saat dia merasakan kehangatan serta bau bunga sakura dari badan kecil dalam pelukkannya, semuanya seakan terlupakan. Dia tidak mempedulikan lagi keberadaan Tsubasa dan para dayang yang telah melihat mereka dengan mulut terbuka dan mata terbelalak. Kenapa dia bersikap seperti ini? Pertanyaan itu kembali terlintas dalam pikirannya. Tapi, dia tidak mempedulikannya. Melihat ketakutan Sakura terhadapnya, dia merasa sangat marah dan benci. Dia tidak ingin hanyou di depannya bersikap seperti itu terhadapanya. Dia hanya ingin hanyou di depannya ini merasa damai, tenang, gembira saat berada di sampingnya. Dia ingin Sakura selalu tersenyum dan tertawa untuknya.
....xOxOx....
"Kutemukan!" teriak Shiro tiba-tiba mengejutkan Mamoru, Aya dan Maya. Ekspresi wajahnya yang sedari semalam sangat kacau, penuh ketakutaan serta kekhawatiran langsung menghilang dan digantikan dengan ekspresi wajah penuh kegembiraan penuh kelegaan. "Berhasil, Kak Aya, Kak Maya! Aku sudah berhasil menemukan bau Sakura!"
"Benarkah?" tanya Mamoru, Aya dan Maya bersamaan. Kegembiraan terlihat dengan jelas di wajah mereka semua.
Shiro mengangguk-angguk kepalanya dengan cepat. "Benar! Tidak salah lagi, bau bunga sakura musim semi. Ini bau Sakura." Ujarnya sambil mengendus-ngendus udara dengan senyum lebar di wajahnya.
"Syukurlah akhirnya kita berhasil menemukannya." Ujar Mamoru lagi sambil menghela napasnya.
"Ya. Kita memang sudah berhail menemukan petunjuk akan keberadaan Sakura-chan, tapi ingat Mamoru, Sakura-chan masih belum kita temukan. Dan kalaupun kita sudah menemukannya, kejadian ini belum berakhir di situ." Ujar Aya tiba-tiba sambil tersenyum menatap Mamoru.
"Ahahahahaha... Kak Aya, Kak Maya, kalian makin mirip dengan Ibu saja." Balas Mamoru sambil tertawa kikuk. Meski kakaknya itu sedang tersenyum, dia bisa merasakan kemarahan dibaliknya. Dan dia tidak bisa berbuat banyak, sebab ini memang salahnya.
"Tunggu dulu!" teriak Shiro tiba-tiba dan menarik perhatian ketiga bersaudara di sampingnya. "Ada yang aneh. Selain Sakura masih ada bau seseorang yang tiak aku kenali...."
"Eh?" Seru ketiga bersaudar bersamaan.
Shiro kembali mengedus-ngendus udara. Seketika kemudian wajahnya langsung berubah menjadi serius bercampur ketakutan. "Ada bau youkai yang bersama dengan Sakura."
....xOxOx....
Shura hanya duduk diam membiarkan Sakura makan dengan lahap di sampingnya. Wajahnya tetap tidak berekspresi, tapi kedua mata emasnya tidak pernah meningalkan hanyou kecil itu sedikitpun. Pakaian kotornya telah diganti, dan hanyou itu pun sudah mulai tenang dan membuka dirinya terhadap Tsubasa.
"Apakah kau masih ingin menambah nasimu, Sakura?" tanya Tsubasa pelan sambil tersenyum menatap hanyou di depannya.
Mendengar petanyaan Tsubasa, Sakura menurunkan mangkuk dan juga sumpit ditangannya menatap youkai burung tersebut. Dan Tsubasa tidak bisa menghentikan senyumnya saat melihat ekspresi wajah Sakura. Dengan mata emas besarnya yang berbinar-binar, pipi merona kemerahan dengan beberapa butiran nasi serta wajah bengong—hanyou di depannya nampak sangat menggemaskan dan lucu.
"Apakah kau masih ingin menambah nasimu?" tanya Tsubasa lagi.
Suara lembut, sikap lembut serta perhatian yang diberikan Tsubasa pada Sakura membuat hanyou kecil itu tertegun. Tanpa disadarinya, mangkuk dan sumpit yang dipegangannya jatuh ke bawah. Melihat senyum youkai di depannya, meski wajah sangat berbeda, dia bagaikan melihat ibunya.
"Ada ap-" ujar Tsubasa terkejut, namun ucapannya terhenti saat dia melihat butiran-butiran air mata mengalir menuruni pipi Sakura. "A-ada apa, Sakura-chan?" tanyanya khawatir sambil mengangkat tangan menyentuh punggung hanyou itu.
Sakura tidak menjawab pertanyaan Tsubasa, malahan tangisnya semakin keras. Kerinduan, kesedihan, dan ketakutan tidak akan melihat ibunya tiba-tiba melanda dirinya. Dia merindukan ibunya, dan tidak hanya ibunya, dia juga merindukan Ayah, Kakak serta teman-temannya di desa. Dia ingin pulang, dia ingin berada di antara mereka yang sangat menyanyangi dan disayanginya.
"Ibu.. Ayah.. Kakak.. Kalian di mana? S-Sakura takut.. Sakura mau Ibu, Ayah dan Kakak.." Tangis Sakura.
Mendengar tangis Sakura, Tsubasa langsung tahu apa penyebab hanyou kecil ini menangis, yakni kerinduan akan rumah dan keluarga. Apa yang di ucapkannya pasti tidak akan berguna. Namun, dia tidak akan menyerah segampang itu, sambil membelai kepala Sakura, dia terus membisikkan kata-kata penenang padanya. "Tenanglah, Sakura-chan. Kami janji, kami pasti akan menemukan Ibu, Ayah dan Kakakmu untukmu.."
Shura hanya diam melihat Tsubasa berusaha menenangkan Sakura. Melihat Sakura yang terus menangis memanggil orang terdekatnya-memanggil Kakak, Ayah dan Ibu...
Ayah dan Ibu.
Ayahanda dan Ibunda.
Sudah satu tahun lebih kedua kata itu tidak lagi terucapkan dari mulutnya. Sudah satu tahun lebih dia tidak melihat wajah dari kedua orang yang mengalirkan darah mereka dalam nadinya. Dan, berapa lama lagi waktu yang diperlukannya agar dapat kembali ke rumahnya di barat? Berapa lama lagi waktu yang diperlukannya agar dia bisa melihat wajah dari kedua orang tuanya? Berapa lama kedua kata sederhana itu dapat terucap lagi dari mulutnya?
Dia masih terperangkap di istana selatan. Meski dia bisa meninggalkan istana selatan dan berkeliaran di sekitar hutan untuk melatih kekuatannya, dia tetap saja tidak bisa meninggalkan selatan. Perjanjiannya, tantangan yang dulu diberikan Akihiko padanya masih berlaku, dia baru bisa kembali ke barat jika dia telah berhasil mengalahkan penguasa tanah selatan tersebut.
"Ayah.. Ibu..." tanggis Sakura terus.
Tidak tahan lagi dengan tangis Sakura, Shura akhirnya menggerakkan kedua tangannya menyentuh pipi hanyou tersebut dan mendonggakkan kepalanya ke atas hingga mata mereka bertemu. Dengan tenang dan pelan, dia pun membuka mulut dan mengucapkan sesuatu pada hanyou di depannya. "Aku di sini."
Mata Sakura terbelalak mendegar apa yang dikatakan Shura padanya. Begitu juga dengan Tsubasa yang ada di samping mereka. Sakura benar-benar terkejut dengan apa yang diucapkan Shura. Saking terkejutnya, dia sama sekali tidak tahu harus bersikap apa.
"Aku di sini." Ulangnya lagi sambil menghapus air mata Sakura yang ada. Suara Shura memang datar seperti biasanya, begitu juga dengan wajahnya. Namun, lagi-lagi Sakura bisa menangkap kelembutan di mata emas tersebut—mata yang kini kembali berhasil menghentikan air matanya.
Dengan pelan Sakura mengangguk kepala, dan tanpa membuang waktu, Shura segera melepaskan tangannya yang menyentuh pipi hanyou tersebut dan memeluknya dengan erat. Dia tahu apa yang menyebabkan Sakura menangis. Namun, dia tidak tahu harus mengatakan apa padanya. Dia tidak bisa merangkai kata-kata panjang untuk menenangkannya. Karena itu, dia hanya bisa menyuarakan apa yang ada dalam pikirannya saat itu kepada hanyou tersebut, yakni; aku di sini.
Tangis Sakura yang sempat terhenti kembali meledak. dia segera mengangkat tangan membalas pelukan Shura dan membenamkan wajahnya pada celah leher anak laki-laki tersebut. Hanya saja, tangisnya kali ini berbeda dengan tangisnya barusan, sebab hatinya tidak merasa sedih dan takut lagi. Ada kelegaan, kehangatan dan kegembiraan yang membanjiri hatinya. Dia memang ingin bertemu dengan Ayah, Ibu dan Kakaknya, namun bukan kata-kata penenang bahwa dia akan menemukan keluarganya yang ingin didengarnya sekarang. Mereka tidak akan dapat bertemu pada saat dia menangis, dia sendirian, terpisah. Kata-kata yang diucapkan Tsubasa adalah sebuah janji. Janji yang tidak diketahui kapan baru akan terwujud.
Namun, Shura mengatakan padanya 'Aku di sini.'. Dan sejujurnya, mungkin dalam kondisinya sekarang, Itulah kata yang paling ingin di dengarnya. Kata yang mengatakan anak laki-laki itu ada di sampingnya, kata yang mengatakan bahwa dia tidak sendirian sekarang, bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Iya.. Kak Shura ada di sini.. Kak Shura ada di sini..." Ujar Sakura terbata-bata dalam isak tangisnya.
....xOxOx....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 180 Episodes
Comments