Chapter 14

Tsubasa hanya bisa duduk diam menatap pemandangan di depannya dengan wajah tidak percaya, begitu juga dengan para dayangnya. Di depannya sekarang, Shura sedang berdiri sambil menggendong seorang gadis kecil menatapnya. Wajah Shura tetap tidak berekspresi seperti biasanya, sedangkan gadis yang digendongnya terlihat sangat takut dan gugup.

"Shura-sama, siapa gads kecil ini?" tanya Tsubasa pelan. Dia segera bangkit dan berjalan mendekati Shura dan gadis kecil itu.

"Ganti baju kotornya dan beri dia makanan." Perintah Shura tanpa mempedulikan pertanyaan Tsubasa. Dia menurunkan Sakura yang digendongnya. Namun, gadis itu segera bersembunyi di belakang punggung Shura dan menjulurkan kepalanya keluar menatap Tsubasa.

Tsubasa menolehkankan matanya menatap Sakura. Dan dia langsung tahu, bahwa gadis kecil di depannya adalah seorang hanyou walau rupanya mirip sekali dengan inuyoukai sejati. Namun, melihat wajah gadis itu lebih dekat lagi, dia merasa wajah itu tidak asing baginya. "Siapa namamu, gadis kecil?" tanya Tsubasa pelan sambil tersenyum.

"S-Sakura.." jawab Sakura pelan terbata-bata. Tanganya yang menggenggam haori Shura semakin erat.

"Sakura? Nama yang bagus sekali." senyum Tsubasa. "Kemarilah, bajumu sudah kotor sekali. Seorang wanita tidak sepantasnya berpakaian seperti itu."

Sakura tetap tidak melepaskan haori Shura. Seakan apa yang dikatakan Tsubasa tidak ada gunanya.

"Ayo, Sakura. Sangat tidak sopan kalau kau berpakaian kotor seperti itu di depan Shura-sama , sang penguasa tanah selatan masa depan." Ujar Tsubasa lagi.

Mendengar ucapan Tsubasa, mata Sakura langsung terbelalak. Dia langsung mengangkat kepala menatap Shura yang ada di depannya. Dia memang sudah merasa bahwa anak laki-laki di depannya adalah orang yang sangat penting di istana ini, tapi, dia tidak pernah menyangka bahwa dia itu adalah putra dari pemilik istana ini, terlebih lagi pewaris tanah selatan. Saat mata emasnya bertemu dengan mata emas Shura, Sakura segera melepaskan tangannya yang sedang mengenggam haori pemuda itu dan berjalan mundur ke belakang. Ketakutan terlihat dengan jelas diwajahnya.

Ekspresi ketakutan Sakura membuat Shura membalikkan badan menatap hanyou itu. Wajahnya tetap tidak berekspresi, namun di dalam hatinya dia merasakan kemarahan bercampur kebingungan melihat ketakutan yang ditujukan padanya. "Sakura." Panggilnya dengan suara datar.

Sakura segera menundukkan kepalanya ke bawah berkali-kali. "M-maafkan Sakura, Kak Shu-eh... Bukan. Maafkan Sakura, Shura-sama. Sakura tidak tahu..." Ujarnya terbata-bata. Ketakutan dalam hatinya semakin membesar. Seorang bangsawan seperti Shura pasti tidak akan menyukai dirnya yang merupakan rakyat biasa.

Tanpa mempedulikan ucapan Sakura, Shura segera berjalan mendekati hanyou tersebut. Tangan kanannya segera terangkat menyentuh pipi Sakura. "Hentikan sikapmu itu. Dan, jangan panggil aku Shura-sama. Aku bukan pewaris tanah selatan." Ujarnya datar.

Ucapan Shura berhasil membuat Sakura mengangkat matanya menatap wajah Shura. Ekspresi wajah Shura tetap sama, tanpa ekspresi dan tidak dapat ditebak, namun, saat Sakura melihat matanya, dia bisa merasakan kelembutan di mata itu. Mata itu sekarang mirip sekali dengan mata Ayah dan juga Kakaknya. Tidak bisa menahan perasaan lega, rindu dan juga gembira yang tiba-tiba membanjiri hatinya. Sakura langung membuka kedua tangannya memeluk Shura dengan erat. Shura tidak membencinya, pemuda itu tidak membenci dirinya yang merupakan seorang rakyat biasa.

Merasakan pelukkan Sakura yang erat, Shura segera mengangkat kedua tangannya memeluk badan kecil itu dengan erat. Dan saat dia merasakan kehangatan serta bau bunga sakura dari badan kecil dalam pelukkannya, semuanya seakan terlupakan. Dia tidak mempedulikan lagi keberadaan Tsubasa dan para dayang yang telah melihat mereka dengan mulut terbuka dan mata terbelalak. Kenapa dia bersikap seperti ini? Pertanyaan itu kembali terlintas dalam pikirannya. Tapi, dia tidak mempedulikannya. Melihat ketakutan Sakura terhadapnya, dia merasa sangat marah dan benci. Dia tidak ingin hanyou di depannya bersikap seperti itu terhadapanya. Dia hanya ingin hanyou di depannya ini merasa damai, tenang, gembira saat berada di sampingnya. Dia ingin Sakura selalu tersenyum dan tertawa untuknya.

....xOxOx....

"Kutemukan!" teriak Shiro tiba-tiba mengejutkan Mamoru, Aya dan Maya. Ekspresi wajahnya yang sedari semalam sangat kacau, penuh ketakutaan serta kekhawatiran langsung menghilang dan digantikan dengan ekspresi wajah penuh kegembiraan penuh kelegaan. "Berhasil, Kak Aya, Kak Maya! Aku sudah berhasil menemukan bau Sakura!"

"Benarkah?" tanya Mamoru, Aya dan Maya bersamaan. Kegembiraan terlihat dengan jelas di wajah mereka semua.

Shiro mengangguk-angguk kepalanya dengan cepat. "Benar! Tidak salah lagi, bau bunga sakura musim semi. Ini bau Sakura." Ujarnya sambil mengendus-ngendus udara dengan senyum lebar di wajahnya.

"Syukurlah akhirnya kita berhasil menemukannya." Ujar Mamoru lagi sambil menghela napasnya.

"Ya. Kita memang sudah berhail menemukan petunjuk akan keberadaan Sakura-chan, tapi ingat Mamoru, Sakura-chan masih belum kita temukan. Dan kalaupun kita sudah menemukannya, kejadian ini belum berakhir di situ." Ujar Aya tiba-tiba sambil tersenyum menatap Mamoru.

"Ahahahahaha... Kak Aya, Kak Maya, kalian makin mirip dengan Ibu saja." Balas Mamoru sambil tertawa kikuk. Meski kakaknya itu sedang tersenyum, dia bisa merasakan kemarahan dibaliknya. Dan dia tidak bisa berbuat banyak, sebab ini memang salahnya.

"Tunggu dulu!" teriak Shiro tiba-tiba dan menarik perhatian ketiga bersaudara di sampingnya. "Ada yang aneh. Selain Sakura masih ada bau seseorang yang tiak aku kenali...."

"Eh?" Seru ketiga bersaudar bersamaan.

Shiro kembali mengedus-ngendus udara. Seketika kemudian wajahnya langsung berubah menjadi serius bercampur ketakutan. "Ada bau youkai yang bersama dengan Sakura."

....xOxOx....

Shura hanya duduk diam membiarkan Sakura makan dengan lahap di sampingnya. Wajahnya tetap tidak berekspresi, tapi kedua mata emasnya tidak pernah meningalkan hanyou kecil itu sedikitpun. Pakaian kotornya telah diganti, dan hanyou itu pun sudah mulai tenang dan membuka dirinya terhadap Tsubasa.

"Apakah kau masih ingin menambah nasimu, Sakura?" tanya Tsubasa pelan sambil tersenyum menatap hanyou di depannya.

Mendengar petanyaan Tsubasa, Sakura menurunkan mangkuk dan juga sumpit ditangannya menatap youkai burung tersebut. Dan Tsubasa tidak bisa menghentikan senyumnya saat melihat ekspresi wajah Sakura. Dengan mata emas besarnya yang berbinar-binar, pipi merona kemerahan dengan beberapa butiran nasi serta wajah bengong—hanyou di depannya nampak sangat menggemaskan dan lucu.

"Apakah kau masih ingin menambah nasimu?" tanya Tsubasa lagi.

Suara lembut, sikap lembut serta perhatian yang diberikan Tsubasa pada Sakura membuat hanyou kecil itu tertegun. Tanpa disadarinya, mangkuk dan sumpit yang dipegangannya jatuh ke bawah. Melihat senyum youkai di depannya, meski wajah sangat berbeda, dia bagaikan melihat ibunya.

"Ada ap-" ujar Tsubasa terkejut, namun ucapannya terhenti saat dia melihat butiran-butiran air mata mengalir menuruni pipi Sakura. "A-ada apa, Sakura-chan?" tanyanya khawatir sambil mengangkat tangan menyentuh punggung hanyou itu.

Sakura tidak menjawab pertanyaan Tsubasa, malahan tangisnya semakin keras. Kerinduan, kesedihan, dan ketakutan tidak akan melihat ibunya tiba-tiba melanda dirinya. Dia merindukan ibunya, dan tidak hanya ibunya, dia juga merindukan Ayah, Kakak serta teman-temannya di desa. Dia ingin pulang, dia ingin berada di antara mereka yang sangat menyanyangi dan disayanginya.

"Ibu.. Ayah.. Kakak.. Kalian di mana? S-Sakura takut.. Sakura mau Ibu, Ayah dan Kakak.." Tangis Sakura.

Mendengar tangis Sakura, Tsubasa langsung tahu apa penyebab hanyou kecil ini menangis, yakni kerinduan akan rumah dan keluarga. Apa yang di ucapkannya pasti tidak akan berguna. Namun, dia tidak akan menyerah segampang itu, sambil membelai kepala Sakura, dia terus membisikkan kata-kata penenang padanya. "Tenanglah, Sakura-chan. Kami janji, kami pasti akan menemukan Ibu, Ayah dan Kakakmu untukmu.."

Shura hanya diam melihat Tsubasa berusaha menenangkan Sakura. Melihat Sakura yang terus menangis memanggil orang terdekatnya-memanggil Kakak, Ayah dan Ibu...

Ayah dan Ibu.

Ayahanda dan Ibunda.

Sudah satu tahun lebih kedua kata itu tidak lagi terucapkan dari mulutnya. Sudah satu tahun lebih dia tidak melihat wajah dari kedua orang yang mengalirkan darah mereka dalam nadinya. Dan, berapa lama lagi waktu yang diperlukannya agar dapat kembali ke rumahnya di barat? Berapa lama lagi waktu yang diperlukannya agar dia bisa melihat wajah dari kedua orang tuanya? Berapa lama kedua kata sederhana itu dapat terucap lagi dari mulutnya?

Dia masih terperangkap di istana selatan. Meski dia bisa meninggalkan istana selatan dan berkeliaran di sekitar hutan untuk melatih kekuatannya, dia tetap saja tidak bisa meninggalkan selatan. Perjanjiannya, tantangan yang dulu diberikan Akihiko padanya masih berlaku, dia baru bisa kembali ke barat jika dia telah berhasil mengalahkan penguasa tanah selatan tersebut.

"Ayah.. Ibu..." tanggis Sakura terus.

Tidak tahan lagi dengan tangis Sakura, Shura akhirnya menggerakkan kedua tangannya menyentuh pipi hanyou tersebut dan mendonggakkan kepalanya ke atas hingga mata mereka bertemu. Dengan tenang dan pelan, dia pun membuka mulut dan mengucapkan sesuatu pada hanyou di depannya. "Aku di sini."

Mata Sakura terbelalak mendegar apa yang dikatakan Shura padanya. Begitu juga dengan Tsubasa yang ada di samping mereka. Sakura benar-benar terkejut dengan apa yang diucapkan Shura. Saking terkejutnya, dia sama sekali tidak tahu harus bersikap apa.

"Aku di sini." Ulangnya lagi sambil menghapus air mata Sakura yang ada. Suara Shura memang datar seperti biasanya, begitu juga dengan wajahnya. Namun, lagi-lagi Sakura bisa menangkap kelembutan di mata emas tersebut—mata yang kini kembali berhasil menghentikan air matanya.

Dengan pelan Sakura mengangguk kepala, dan tanpa membuang waktu, Shura segera melepaskan tangannya yang menyentuh pipi hanyou tersebut dan memeluknya dengan erat. Dia tahu apa yang menyebabkan Sakura menangis. Namun, dia tidak tahu harus mengatakan apa padanya. Dia tidak bisa merangkai kata-kata panjang untuk menenangkannya. Karena itu, dia hanya bisa menyuarakan apa yang ada dalam pikirannya saat itu kepada hanyou tersebut, yakni; aku di sini.

Tangis Sakura yang sempat terhenti kembali meledak. dia segera mengangkat tangan membalas pelukan Shura dan membenamkan wajahnya pada celah leher anak laki-laki tersebut. Hanya saja, tangisnya kali ini berbeda dengan tangisnya barusan, sebab hatinya tidak merasa sedih dan takut lagi. Ada kelegaan, kehangatan dan kegembiraan yang membanjiri hatinya. Dia memang ingin bertemu dengan Ayah, Ibu dan Kakaknya, namun bukan kata-kata penenang bahwa dia akan menemukan keluarganya yang ingin didengarnya sekarang. Mereka tidak akan dapat bertemu pada saat dia menangis, dia sendirian, terpisah. Kata-kata yang diucapkan Tsubasa adalah sebuah janji. Janji yang tidak diketahui kapan baru akan terwujud.

Namun, Shura mengatakan padanya 'Aku di sini.'. Dan sejujurnya, mungkin dalam kondisinya sekarang, Itulah kata yang paling ingin di dengarnya. Kata yang mengatakan anak laki-laki itu ada di sampingnya, kata yang mengatakan bahwa dia tidak sendirian sekarang, bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Iya.. Kak Shura ada di sini.. Kak Shura ada di sini..." Ujar Sakura terbata-bata dalam isak tangisnya.

....xOxOx....

Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Cjapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
90 Chapter 89
91 Chapter 90
92 Chapter 91
93 Chapter 92
94 Chapter 93
95 Chapter 94
96 Chapter 95
97 Chapter 96
98 Chapter 97
99 Chapter 98
100 Chapter 99
101 Chapter 100
102 Chapter 101
103 Chapter 102
104 Chapter 103
105 Chapter 104
106 Chapter 105
107 Chapter 106
108 Chapter 107
109 Chapter 108
110 Chapter 109
111 Chapter 110
112 Chapte 111
113 Chapter 112
114 Chapter 113
115 Chapter 114
116 Chapter 115
117 Chapter 116
118 Chapter 117
119 Chapter 118
120 Chapter 119
121 Chapter 120
122 Chapter 121
123 Chapter 122
124 Chapter 123
125 Chapter 124
126 Chapter 125
127 Chapter 126
128 Chapter 127
129 Chapter 128
130 Chapter 129
131 Chapter 130
132 Chapter 131
133 Chapter 132
134 Chapter133
135 Chapter 134
136 Chapter 135
137 Chapter 136
138 Chapter 137
139 Chapter 138
140 Chapter 139
141 Chapter 140
142 Chapter 141
143 Chapter 142
144 Chapter 143
145 Chapter 144
146 Chapter 145
147 Chapter 146
148 Chapter 147
149 Chapter 148
150 Chapter 149
151 Chapter 150
152 Chapter 151
153 Chapter 152
154 Chapter 153
155 Chapter 154
156 Chapter 155
157 Chapter 156
158 Chapter 157
159 Chapter 158
160 Chapter 159
161 Chapter 160
162 Chapter 161
163 Chapter 162
164 Chapter 163
165 Chapter 164
166 Chapter 165
167 Chapter 166
168 Chapter 167
169 Chapter 168
170 Chapter 169
171 Chapter 170
172 Chapter 171
173 Chapter 172
174 Chapter 173
175 Chapter 174
176 Chapter 175
177 Chapter 176
178 Chapter 177
179 Chapter 178
180 Epilog
Episodes

Updated 180 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Cjapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88
90
Chapter 89
91
Chapter 90
92
Chapter 91
93
Chapter 92
94
Chapter 93
95
Chapter 94
96
Chapter 95
97
Chapter 96
98
Chapter 97
99
Chapter 98
100
Chapter 99
101
Chapter 100
102
Chapter 101
103
Chapter 102
104
Chapter 103
105
Chapter 104
106
Chapter 105
107
Chapter 106
108
Chapter 107
109
Chapter 108
110
Chapter 109
111
Chapter 110
112
Chapte 111
113
Chapter 112
114
Chapter 113
115
Chapter 114
116
Chapter 115
117
Chapter 116
118
Chapter 117
119
Chapter 118
120
Chapter 119
121
Chapter 120
122
Chapter 121
123
Chapter 122
124
Chapter 123
125
Chapter 124
126
Chapter 125
127
Chapter 126
128
Chapter 127
129
Chapter 128
130
Chapter 129
131
Chapter 130
132
Chapter 131
133
Chapter 132
134
Chapter133
135
Chapter 134
136
Chapter 135
137
Chapter 136
138
Chapter 137
139
Chapter 138
140
Chapter 139
141
Chapter 140
142
Chapter 141
143
Chapter 142
144
Chapter 143
145
Chapter 144
146
Chapter 145
147
Chapter 146
148
Chapter 147
149
Chapter 148
150
Chapter 149
151
Chapter 150
152
Chapter 151
153
Chapter 152
154
Chapter 153
155
Chapter 154
156
Chapter 155
157
Chapter 156
158
Chapter 157
159
Chapter 158
160
Chapter 159
161
Chapter 160
162
Chapter 161
163
Chapter 162
164
Chapter 163
165
Chapter 164
166
Chapter 165
167
Chapter 166
168
Chapter 167
169
Chapter 168
170
Chapter 169
171
Chapter 170
172
Chapter 171
173
Chapter 172
174
Chapter 173
175
Chapter 174
176
Chapter 175
177
Chapter 176
178
Chapter 177
179
Chapter 178
180
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!