Setibanya mereka di kantor polisi tatapan mata Joana begitu tajam pada wanita yang duduk di kursi. Ia terlihat tengah memberikan kesaksian atas apa yang di alaminya. Zara yang mendengar teriakan Emeli menoleh sekilas dan justru bersitatap dengan Joana. Jelas ia bisa tahu kemarahan sang nenek padanya hingga tatapan Zara beralih pada sosok pria yang baru saja tiba di sana.
“Malik,” lirih Zara menyebut nama pria yang sudah ia janjikan pada sang nenek untuk tidak mengganggunya.
Dengan kejadian di kantor polisi ini, Zara tak menjamin jika dirinya akan terbebas dari hukuman. Tapi, Zara sendiri tak bisa menghentikan laporan yang sudah berlaku. Dan bukan dirinya lah yang melakukan laporan melainkan suami dari tetangga Zara. Bahkan Pak Iwan bersikeras untuk meneruskan kasus ini meski Zara tak mau melanjutkannya.
Malik yang menatap Zara tampak syok melihat wajah yang pernah menemuinya itu begitu cantik kini sudah berubah sangat memprihatinkan seperti itu. Rasanya tak percaya jika semua ini adalah ulah dari sang istri dan nenek mertuanya.
“Ayo Malik.” ajak Fiqron yang menuju ruangan salah satu pimpinan kepolisian.
Setidaknya ia harus berbicara dengan orang yang ia kenal untuk membantu menyelesaikan kasus ini.
“Dari beberapa bukti yang kami dapatkan dan lokasi yang sudah kami tinjau, kasus ini cukup berat, Pak. Sebab bukan hanya satu orang yang menjadi korban. Dan lebih parahnya lagi ada anak kecil dua orang yang masih dalam perlindungan anak. Dimana hukum sangat melindungi kedua anak yang sudah di pasung oleh Nyonya Joana…” Malik dan Fiqron tampak terdiam mendengar banyak penjelasan sementara yang di dapat dari kepolisian di depan mereka. Sementara hal lainnya masih mereka selidiki lebih lanjut.
Malik hanya diam, sungguh dalam pikirannya begitu bingung. Hingga banyak sekali pertanyaan yang muncul di benaknya saat ini. Namun, berusaha ia tahan untuk saat ini.
Joana dan Emeli sudah berada di ruangan lainnya bersama polisi lain demi menjalani pemeriksaan. Tak hanya sampai di situ, mereka pun juga kaget melihat orang-orang dari kerajaan yang membantunya memberi pelajaran Zara beberapa hari lalu juga turut hadir.
“Zara, kamu akan tahu akibatnya.” gumam Joana dalam hatinya.
Sedang Malik dan Fiqron yang berjalan tak sengaja justru melihat dua bocah cantik yang sedang bermain dengan dua polwan cantik.
“Hai cantik, siapa nama mu?” tanya Malik tersenyum melihat keduanya.
“Kailin, Paman.” sahut salah satunya.
“Wah kalian kembar rupanya. Yang ini siapa namanya?” sahut Fiqron berpura-pura bertanya padahal ia sangat tahu jika mereka memanglah kembar.
“Aku Kaiyla, Kakek.” ujar bocah kecil itu melihat Fiqron.
“Sedang apa kalian di sini?” Malik yang berjongkok bertanya namun belum sempat bocah itu menjawab, suara dari seorang wanita sudah terdengar menyahut.
“Mba, terimakasih sudah menjaga anak saya. Saya harus pulang dulu. Kailin, Kaiyla, ayo pulang sayang.” Kedua bocah itu berlari menghambur memeluk sang bunda.
“Bunda,” tutur keduanya dan melangkah pergi menggenggam tangan sang bunda.
Zara sama sekali tak menatap wajah dua pria yang saat ini memperhatikan punggungnya yang menjauh.
Malik merasa aneh. Mengapa wanita cantik itu justru tak menyapa dirinya saat ini? Bukankah sebelumnya wanita itu bahkan kekeuh memeluknya di kerajaan?
“Bagaimana dengan ibu dan Emeli? Segera urus kepulangan mereka.” Filyana yang baru saja ke toilet datang menghampiri sang suami dengan wajah memohonnya.
“Tidak semudah itu, Filyana. Ibu dan Emeli sudah melakukan kesalahan fatal.” ujar Fiqron yang juga bingung. Mereka saat ini berjalan menuju ruang tahanan kedua wanita itu.
Di sana terlihat Emeli sudah menangis terus menerus. Ini seperti mimpi buruk baginya berada di balik jeruji besi.
“Emeli, tenanglah.” tutur Malik mengusap punggung tangan sang istri.
“Bagaimana aku bisa tenang, Malik? Wanita itu melakukan ini semua denganku? Aku tidak akan tenang sebelum aku keluar dari sini.”
Semua menatap Emeli dengan helaan napas kasar. Terutama Fiqron yang merasa sang anak terlalu emosional hingga tak bisa melakukan sesuatu dengan pikiran jernih.
“Ini semua karena ambisimu, Emeli. Jangan terlalu frustasi seperti itu. Ini memang sudah konsekuensi atas apa yang kamu perbuat. Ayah akan memikirkan jalannya. Tapi tenanglah. Ini sangat sulit untuk kita lewati,” tutur Fiqron yang habis kesabaran mendengar sang anak terus menangis dan berteriak. Bahkan Malik yang tidak tahu apa-apa sampai di buat bingung.
“Memangnya mereka itu siapa, Ayah?” tanyanya dengan penasaran sejak tadi.
Fiqron terdiam tak tahu harus menyebut mereka dengan sebutan apa. Emeli pun juga ikut diam mendengar pertanyaan sang suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Ruby Talabiu
raja yg ngga berpendirian,ngga bisa ngambil sikap dan membedakan mana yg abik dan buruk keluarganya istri selingkuh jja nggaa tau siapa tau emili bukan anak nya,semoga semua cepat terungkap dan Zara dapat keadilan
2023-04-12
1