Sebuah kerajaan megah yang menjadi saksi di lahirkan dirinya, di bunuh ibunya oleh orang yang tak di ketahui sampai saat ini, di usir dirinya dari dalam kerajaan, sungguh Zara sama sekali tak ingin menatap tempat yang penuh moment mengerikkan baginya. Namun, demi meyakinkan semua berita tentang sang suami yang ia dengar, kini wanita itu nekat melangkah bersama kedua anak kecil yang ia pegang erat tangannya saat ini.
“Hey, mau apa kemari?” Pertanyaan salah satu kepala pengawal di kerajaan tersebut. Mereka tentu menjaga ketat sekitar kerajaan dan tidak akan membiarkan sembarang orang bisa masuk.
“Saya mau melihat pangeran. Ijinkan saya masuk.” ucap Zara tanpa basa basi.
Dua pengawal di gerbang pertama sudah menyilangkan pedang panjang mereka pertanda Zara tak di beri jalan masuk.
Zara tahu jika kedatangannya tidak akan mudah melihat sosok yang membuatnya sangat penasaran.
“Tolong, jika benar dia bukan Malik. Ijinkan saya masuk. Kalian tidak sejahat itu bukan dengan anak-anak Malik. Saya mohon…” Zara tak tahu harus dengan cara apa bisa masuk ke dalam.
Kedua anak kembarnya hanya menatap para pria di depannya dengan tatapan kagum sebab pakaian mereka tampak begitu bagus. Berbeda dengan mereka yang memakai pakaian sederhana.
Belum sempat perdebatan berlanjut, tiba-tiba suara dari dalam sana terdengar riuh pertanda ada yang akan keluar yaitu Raja. Ayah dari Zara.
Semua pintu gerbang yang menjadi penghalang seketika terbuka begitu lebar dan Zara bisa melihat sosok ayah yang yang kini sudah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
Jatuh air mata Zara melihat pria di depannya. Dia adalah ayah kandung Zara. Bagaimana mungkin pertemuan mereka seperti orang asing.
“Zara…” lirih bibir pria paruh baya itu berucap. Anak gadisnya begitu menyedihkan ketika menjadi seorang ibu dari dua anak kembar.
Tanpa menunggu lama, Zara berlari memegang kaki sang ayah yang duduk di atas tunggangan kuda kesayangannya.
“Ayah, dimana Malik? Tolong tunjukkan padaku, Ayah. Aku mendengarnya jika dia di sini.” Zara menangis ia tak perduli semua pengawal menarik paksa tubuhnya.
Sang ayah tak bisa menjawab apa pun selain memilih pergi meninggalkan Zara yang menangis. Jujur ini bukan maunya. Zara adalah anaknya dari kisah cintanya dengan sang maid.
“Uda…uda…” seru kedua anak Zara yang melihat kuda itu melewati mereka. Kelucuan dua bocah tersebut membuat ayah dari Zara menatap mereka dengan mata berkaca-kaca.
Cucunya telah lahir begitu menggemaskan.
“Ayah! Ayah!” Teriakan Zara semakin terdengar menjauh hingga akhirnya setelah kepergian sang ayah. Kini Zara di lempar ke depan gerbang kembali dan gerbang pun tertutup dengan sempurna.
Berat rasanya untuk meninggalkan kerajaan sebelum ia bertemu dengan orang yang ingin ia lihat.
Hingga ingatannya terbesit sebuah pintu belakang yang sering ia lewati dulu bersama sang ibu untuk keluar dari kerajaan. Yah pintu yang di berikan khusus oleh sang ayah.
“Ayo nak. Ikut ibu.” Zara membawa kedua anaknya berjalan sedikit jauh. Sebuah perbatasan wilayah kerajaan dengan tempat para penduduk.
Perjalanan mulus ia dapatkan saat ini. Hingga langkah Zara terhenti kala mendengar suara tawa dari seorang wanita yang tak lain adalah Emeli. Sang adik tiri. Dia tertawa bahagia dengan berputar menari di tepi danau yang ada di kerajaan.
“Emeli, berhentilah seperti itu. Kau bisa terjatuh.” Suara berat dari seorang pria membuat Zara menoleh cepat. Matanya membulat sempurna saat melihat pria yang benar adalah suaminya.
“Ma-malik?” Bergetar bibir Zara melihat sang suami.
Ia melepas tangan kedua anaknya dan berlari mendekati Malik yang posisinya sedikit jauh dari Emeli.
“Malik!” Teriak Zara membuat pria itu langsung menoleh cepat.
Benar, namanya adalah Malik. Tapi melihat sang pemanggil, pria itu mengerutkan kening heran.
“Malik, kau mengapa tidak kembali? Mengapa kau di sini? Aku merindukanmu. Aku merindukanmu. Aku sakit selama ini…” Zara tak kuasa menahan tangis saat berhasil memeluk tubuh sang suami. Jujur ia sangat ingin sekali marah ketika tahu sang suami justru kembali ke kerajaan dan meninggalkan dirinya. Tapi saat ini rindu yang ia rasakan rasanya jauh lebih besar untuk sang suami.
Kedua bocah kecil itu berlari memegang baju ibu mereka. Sementara Malik sama sekali tak merespon pelukan Zara.
“Hentikan pelukanmu! Lepaskan tanganmu dari tubuhku!” Tak kasar namun terkesan begitu dingin.
Zara menggeleng masih menangis. “Tidak akan, Malik. Aku mohon jangan pergi lagi.” Zara menangis mengeratkan pelukannya. Hingga tiba-tiba sebuah tangan menamparnya dan membuat Zara terhempas ke tanah.
Plak!!!
“Berani kau menyentuh suamiku?” Teriakan Emeli membuat Malik terkejut. Begitu juga dengan dua bocah lucu yang menangis ketakutan melihat ibu mereka di kasari.
“Emeli, apa yang kau lakukan? Lihat mereka ketakutan!” sentak Malik yang tak sampai hati melihat dua anak kecil itu sedih.
“Dia menyentuh milikku, Malik!” teriak Emeli kembali.
Bukan perihal menyentuh, lebih ke takut jika sampai Zara mengungkapkan kebenaran dan Malik berpihak pada Zara.
“Hei, maafkan istriku. Ayo bangunlah. Aku sudah memintamu melepasku.” Pintah Malik yang membuat Zara kembali terasa tertampar jauh lebih sakit meski tak terdengar suara tamparannya.
Zara menatap diam Malik yang membantunya berdiri. Sungguh kedua kaki Zara begitu terasa sulit untuk berdiri tegap. Tubuhnya terasa sangat lemas mendengar ucapan pria tersebut.
“Istrimu? Apa katamu Malik? Dia bukan istrimu. Aku istrimu!!” Zara menangis histeris menunjuk dadanya yang terasa sakit sekali.
Melihat kehadiran Zara, Emeli tak tinggal diam. Dia berteriak memanggil pengawal dan memintanya untuk membawa keluar. Entah masuk dari mana, Emeli sendiri tidak tahu. Bagaimana mungkin wanita itu bisa masuk dengan kedua anaknya.
“Jangan bertindak kasar padanya dan anak-anaknya.”
“Siap Ya Mulia.” Meski berhasil mengusir Zara yang terus memberontak, pikiran Malik tak hilang begitu saja.
Perkataan Zara yang mengatakan dia adalah istrinya, membuat pria itu merasa aneh.
“Ayo kita masuk.” Emeli pun menarik tangan sang suami.
“Siapa orang itu, Emeli?” tanya Malik.
“Aku tidak tahu. Dia hanya orang gila yang berani menyentuh milikku.” Ketus Emeli berkata. Dan Malik tak lagi mau bertanya.
Sepanjang perjalanan di tariknya Zara keluar dari kerajaan membuat banyak pelayan yang menatap iba. Sebab mereka semua tahu apa saja yang terjadi selama ini. Zara anak yang begitu baik. Namun di perlakukan secara tak adil oleh keluarganya. Bukan, lebih tepatnya oleh ibu tirinya.
“Kalian semua jahat! Dia suamiku!” Teriak Zara ketika para pengawal berhasil melemparnya bersama kedua anaknya yang terjatuh ke jalan.
Zara berlari memeluk anak-anaknya. Bahkan Malik saja meminta mereka tidak berlaku kasar pada Zara dan kedua anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Wirda Lubis
Malik lupa ingatan
2023-04-26
1
kavena ayunda
maless malik.bekass emelii kasian kn istrinya
2023-04-20
0
Ruby Talabiu
smoga Malik ingatan nya puih
2023-04-11
0