Di jemput Polisi

Kerajaan yang terlihat tenang nampak tegang kembali saat salah satu panjaga memasuki kerajaan menyampaikan pada Joana tentang kedatangan tamu. Joana yang duduk bersama Filyana dan Emeli pun saling pandang satu sama lain. Mendengar kedatangan polisi di kerajaan untuk pertama kalinya, tentu saja membuat mereka semua gugup. Apa yang terjadi sampai mereka harus kedatangan tamu seorang polisi?

“Suruh mereka masuk.” pintah wanita tua itu.

Bertemu dengan orang kerajaan yang sangat di hormati tentu saja polisi tersebut berlaku lebih sopan untuk bertamu dengan membawa surat perintah dari kantor yang akan mereka perlihatkan pada Joana dan lainnya.

“Silahkan duduk, Pak.” pintah Joana begitu sopan dan membuat para polisi pun menurut, lalu mereka memberikan surat perintah penangkapan pada Joana dan juga Emeli sebagai nama yang di sebut oleh Zara di kantor polisi.

Filyana memang tidak terlibat sebab ia tengah menikmati momen panas bersama Mario sebelumnya.

Tapi, mengetahui sang anak terancam di penjara tentu saja ia merasa cemas bukan main.

“Tunggu, mereka tidak mungkin di bawa ke kantor polisi kan, Pak? Ini bisa di jelaskan lebih dulu dan di selesaikan. Apa kata orang jika anggota keluarga dari kerajaan akan tercemar nama baiknya?” Sahut Filyana yang cemas sekali.

“Pak polisi, ini pasti fitnah. Kami tidak melakukan apa pun selain memberi hukuman pada mereka. Mereka sudah berani membuat keributan di kerajaan ini, Pak.” Joana yang turut andil berusaha berbicara setenang mungkin.

Ia tak boleh membuat polisi justru semakin curiga.

“Ibu bisa jelaskan semua di kantor nanti. Yang terpenting kita harus tahu semuanya dulu melalui penyelidikan. Dan sebagai tersangka Ibu dan cucu ibu harus ikut kami tahan sementara sampai waktu yang tidak bisa kami tentukan.”

“Ibu, tidak. Aku tidak mau di bawa ke kantor polisi.” Emeli memeluk tangan Filyana meminta bantuan.

Sejarah untuk pertama kalinya mereka berurusan dengan kepolisian. Dan ini semua karena masalah dengan Zara. Filyana tidak akan mengampuni wanita itu lagi saat ini.

“Ada apa ini?” Akhirnya Fiqron pun datang dengan menatap bingung semua yang ada di ruangan itu. Pria tersebut langsung datang begitu mendengar laporan dari sang anak buah. Begitu juga dengan Malik yang datang menatap sang istri kaget.

“Emeli? Pak polisi ada apa ini? Mengapa dengan istri saya?” tanya Malik.

Emeli sudah terlihat ingin menangis saat ini.

“Silahkan ke kantor untuk mengetahui lebih jelasnya, Pak. Yang jelas ibu terlibat dalam penganiayaan saudari Fara dan suami serta saudari Zara dan juga kedua anak kecilnya.” Mendengar ucapan polisi tentu saja Malik tercengang.

Siapa mereka semua, ia tak mengenali nama-nama yang di sebutkan polisi tadi.

Sepanjang jalan keluar kerajaan, Emeli menangis meminta Malik, Fiqron, dan Filyana menahannya saat ini. Sementara Joana hanya diam patuh mengikuti langkah polisi untuk keluar, bukan pasrah, wanita tua itu lebih berpikir untuk mencari jalan keluar. Bagaimana pun juga ia tidak akan mau menghabiskan sisa usianya dengan di penjara.

Zara harus mau mencabut tuntutan ini untuknya dan juga Emeli.

Saat itu juga Malik bersama yang lain menyusul ke kantor polisi. Mereka harus tahu apa yang terjadi dan segera membebaskan Joana serta Emeli untuk segera pulang kembali. Kerajaan bisa terancam di bubarkan jika sampai isu ini menyebar ke luar hingga membuat masyarakat menjadi murka.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***