Di ruang keluarga tepatnya usai sarapan semua berkumpul di sana atas permintaan Fiqron, kecuali Malik yang memang tak boleh ikut bersama mereka karena hanya sebagai menantu di keluarga tersebut. Dengan tenangnya Joana menunggu sang anak berbicara.
"Kenapa ibu melakukan itu pada Zara dan juga kedua anaknya?" pertama kali Fiqron bertanya pada sang ibu setelah menenangkan diri sejak semalam sepulang dari rumah sang anak.
Sepanjang jalan Fiqron begitu marah, namun ia tahu tak ada kekuatan yang bisa menentang sang ibu sekali pun ia saat ini sebagai seorang raja. Namun, keadaan sekitar bukan lagi di jaman kerajaan, kota sudah membentuk sebuah pemerintahan. Dimana mereka hanya tertinggal di dalam satu kelompok yang tidak lagi menjadi panutan para warga. Dan itu membuat Fiqron tidak memiliki kekuatan apa pun selama sang ibu masih hidup.
"Memangnya ibu salah? Mempertahankan apa yang menjadi hak cucu ibu. Jika bukan ibu yang melakukan, apa kau sebagai ayah Emeli mampu melakukan itu? Atau kau bahkan membiarkan Malik pergi dari Emeli, Fiqron?" pertanyaan sang ibu benar-benar tak berperasaan sama sekali. Fiqron yang mendengar menggelengkan kepala tak habis pikir.
"Ibu, Malik adalah suami Zara dan mereka sudah memiliki anak. Bagaimana mungkin Ibu menuruti keinginan Emeli yang jelas salah?" pertanyaan Fiqron sontak membuat Filyana meradang.
"Lalu bagaimana denganmu dan wanita itu, Fiqron? Bukankah kau adalah suamiku?" melihat dirinya di serang tiga wanita, Fiqron mengusap kasar wajahnya. Lagi-lagi kesalahan masa lalu kembali di ungkit.
Meski sebenarnya bukanlah salah Fiqron yang memang sejak awal sudah mencintai Ester. Mereka rela mempertahankan cinta meski Joana telah menjodohkan Fiqron dengan Filyana yang sama sekali tak ia cintai.
Merasa sia-sia bicara dengan mereka, Fiqron pun melangkah pergi dari ruangan itu. Seperti tebakannya jika bicara pada sang ibu tak akan ada artinya. Mungkin sedikit jahat tapi jika di bilang sang ibu meninggal tentu sedikit membuat perubahan baik di dalam kerajaan.
Kepergian pria itu membuat tiga wanita di ruangan itu tersenyum puas terlebih Emeli yang sudah yakin jika pernikahannya dengan Malik akan bertahan sepanjang yang ia mau. Apa pun caranya akan ia lakukan untuk Malik. Pria yang semakin ke sini semakin membuat wanita itu penasaran dan jatuh hati.
Hal yang berbeda terlihat di rumah milik Zara, pagi-pagi ia membawa kedua anaknya ke rumah sakit untuk memeriksakan mereka setidaknya kedua anaknya akan baik-baik saja. Begitu juga dengan kedua tetangga yang harus ikut menanggung akibat dari kejahatan sang nenek.
"Sayang, kita ke rumah sakit yah? Bunda sudah pesan taksi buat antar kita sekalian jenguk Bu Farah." sahut Zara mengajak kedua anaknya berbicara yang sedang asik bermain di depan rumah menunggu sang bunda bersiap-siap mengunci rumah mereka.
Meski uang sudah pas-pasaan Zara masih tetap mengusahakan yang terbaik untuk kedua anaknya. Hanya berdo semoga rezeki tak berhenti mengalir di saat seperti ini. Malam harinya Zara berniat untuk berjualan di depan rumah lagi. Setidaknya sedikit bisa mengganti pengeluaran hari ini.
Setiba di rumah sakit, bukan kedua anak kecil itu yang menjadi pusat perhatian dokter dan orang-orang. Melainkan luka-luka di wajah cantik Zara dan lengannya yang tidak bisa di tutupi saat ini. Zara acuh ia fokus memeriksakan sang anak hingga dokter mengatakan semua baik-baik saja, tak ada luka atau pun cidera di tubuhnya keduanya.
"Bu..." sahut Zara pelan memanggil Bu Fara yang masih tertidur di ranjang rawatnya. Pasangan suami istri itu di rawat di satu ruangan. Memudahkan Zara menjenguk mereka. Keadaan mereka pun sudah jauh lebih baik di bandingkan kemarin saat Zara melihat mereka pertama kali.
"Zara..." Bu Fara menangis sedih ketika melihat siapa yang datang. Bukan karena ia mengeluh sakit, tetapi sedih ketika melihat wajah Zara yang jauh lebih parah dari mereka.
Di peluknya erat tubuh Zara sembari Bu Farah menangis. Di sudut sana sang suami pun juga menjatuhkan air mata melihat keadaan Zara saat ini. Ia menggelengkan kepala tak percaya dengan keluarga yang begitu tega dengan cucunya sendiri.
"Sudah, Bu Fara dan Pak Iwan jangan sedih. Saya baik-baik saja. Justru saya merasa sangat bersalah menitipkan anak-anak pada kalian. Kalau tidak mungkin Ibu dan bapak tidak akan seperti ini."
Bu Farah menggeleng, sunggu di dalam hati pun ia sangat tidak menyesali telah menjaga kedua anak Zara. Seandainya Kailin dan Kaiyla di tangan orang lain mereka tidak tahu apa yang terjadi pada kedua anak itu. Sebab sebelum insiden perebutan anak itu di lakukan, beberapa anak buah nenek Zara sempat ingin menyakiti kedua bocah cantik itu. Itulah sebabnya Bu farah dan sang suami melindungi hingga mendapat serang seperti itu.
"Saya sungguh tidak apa-apa, Bu." ujar Zara kembali saat melihat tangan Bu Farah memegangi lengan Zara yang penuh luka-luka.
"Kailin, Kaiyla baik-baik saja kan, Zara?" tanya Bu Farah memperhatikan kedua anak Zara yang asik bermain di sofa.
"Mereka baik-baik saja, Bu." sahut Zara menoleh pada kedua anaknya. Sejujurnya dirinya sendiri pun khawatir sebelumnya, namun setelah dokter mengatakan semua baik-baik saja, maka Zara tak perlu menceritakan apa yang terjadi pada kedua anaknya dengan Bu Farah. Takut wanita itu semakin cemas dan menyalahkan dirinya sendiri
Satu hari itu Zara habiskan waktu yang merawat keduanya di temani sang anak, namun hal yang paling mengejutkan adalah ketukan pintu di luar ruangan saat itu. Zara menoleh dan berjalan membuka pintu tersebut. Keterkejutan Zara semakin terlihat kala di depannya ada tiga orang pria yang memakai pakaian seragam cokelat. Ini tentu pertama kalinya Zara berhadapan dengan mereka.
"Selamat siang, apa benar dengan kamar Tuan Iwan?" pertanyaan itu membuat Zara mengangguk kaku. Takut, apakah mereka akan melakukan sesuatu? Atau ini ada sangkut pautnya lagi dengan perintah sang nenek.
"Pak, ada apa ini? Pak Iwan sedang sakit. Bapak jangan main masuk saja." ujar Zara yang menghalangi para polisi itu masuk ke ruangan. Ia takut jika sampai Pak Iwan harus menanggung hal yang tidak semestinya ia tanggung.
"Zar, biarkan mereka masuk. Saya yang memanggil mereka." ujar Pak Iwan membuat Zara menoleh ke belakang dan para polisi itu pun melewati Zara.
Bu Farah tersenyum melihat kecemasan di wajah Zara yang membuat kecantikan wanita itu justru berkali-kali lipat terlihat.
"Kapan kejadiannya, Pak? Dan apa tujuan mereka sebelumnya berlaku seperti ini pada anda dan istri anda?" Zara berdiri di samping brankar Bu Farah sambil mendengarkan setiap pertanyaan. Bahkan dokter pun sampai masuk ke ruangan itu setelah mendapatkan panggilan dari pak Iwan. Dengan membawakan hasil pemeriksaan. Setelah mereka mengambil semua barang bukti termasuk pakaian yang di gunakan oleh Pak Iwan dan Bu Farah yang penuh darah, polisi tersebut beralih pada Zara dan kembali meminta keterangan.
"Zara, ceritakan semuanya, Nak. Jika kamu menghargai usaha kami membantumu." ujar Bu Farah menggenggam tangan Zara untuk meyakinkan diri jika semua akan baik-baik saja.
Jujur Zara sangat takut sekali jika semua tak sesuai dengan harapan mereka. Ancaman dari sang nenek membuat Zara begitu takut rasanya untuk melanjutkan pelaporan ini. Tapi, melihat keyakinan yang di berikan polisi, akhirnya Zara pun setuju untuk menjelaskan.
"Ini Pak, hasil periksa saya untuk anak-anak saya tadi. Syukurlah dokter mengatakan tidak ada hal yang serius sebab mereka hanya memasung kedua anak saya tanpa melukainya." Bu Fara sampai menutup mulutnya yang tercengang saat ini. Tak habis pikir jika mereka sampai setega itu dengan anak kecil yang tidak tahu apa-apa sama sekali.
Polisi melihat semua luka di wajah Zara dan kedua tangannya. Dan siang itu juga Zara ikut bersama mereka menuju kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan berlanjut. Kedua anaknya di jaga ketat dengan seorang polwan yang begitu lembut. Ia menemani kedua anak Zara bermain di ruangan yang sudah di sediakan di kantor polisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Murni Dewita
smngt thor
2023-09-19
0
Zuraida Zuraida
bodoh saja kalau mau terus ditindas, penjarakan tu nek lampir
2023-05-23
2
Ruby Talabiu
smoga dengan bantuan polisi ini bisa menjerat tiga orang dlm kerjaan itu...Thor lanjut
2023-04-12
0