Satu kata pun yang keluar dari seorang Joana tentu bukanlah kata yang bisa di anggap main-main. Jika ia sudah mengatakan sebuah janji itu artinya saat ini tengah berjalan dengan baik. Melihat senyum jahat dari wajah tua wanita itu tentu saja Emeli menatap sang ibu penuh tanya. Apa maksud dari senyuman sang nenek itu? Namun, Filyana justru tersenyum tenang. Sang ibu mertua bukanlah wanita yang main-main dalam bertindak.
"Hari ini wanita itu sedang dalam perjalanan kemari, Emeli." suara sang nenek kembali membuat wajah Emeli menegang.
"Apa, Nek? Tidak. Zara tidak boleh kemari. Aku tidak mau Malik bertemu dengan wanita itu lagi, Nek. Bagaimana kalau Malik menceraikan aku? Bagaimana kalau Zara membawanya pulang, Nek? Tidak. Aku-"
"Diamlah Emeli. Kau tenang dulu. Sebelum anak haram itu sampai di depan gerbang, aku pastikan dia sudah kembali lagi tanpa ada yang mengusirnya. Joana berbicara seraya menatap penuh rencana licik di kedua matanya.
Emeli benar-benar di buat bingung dengan setiap kata yang di ucapkan sang nenek. Rasanya sulit percaya, sebab ini adalah waktu pertama kalinya Emeli mengeluhkan tengan Zara setelah sekian lama wanita itu di usir dari kerajaan. Bagaimana mungkin jika pergerakan Zara pun, Joana sudah mengetahuinya saat ini.
"Sudah Emeli, tenanglah. Ibu yakin Nenek akan mengerjakan sesuai porsi yang pas." ujar Filyana membuat Emeli hanya diam menunggu sang nenek yang akan mengatakan semuanya.
Dan benar, di tempat yang berbeda sebuah mobil terpaksa berhenti sebab salah satu penumpang berteriak meminta di turunkan.
"Pak, stop. Saya turun di sini saja." segera membayar ongkos dengan wajah yang sudah menangis panik. Dia adalah Zara, dimana saat tengah duduk dengan perasaa gelisah justru ia mendapatkan telepon dari sang tetangga yang tengah bersama sang anak saat ini.
"Tidak, anakku. Tidak. Ini tidak boleh." Zara berjalan kesana kemari mencari kendaraan yang bisa ia gunakan untuk segera kembali. Beruntung perjalanannya belum begitu jauh. Zara memberhentikan taksi dan menuju sebuah rumah sakit yang di sebutkan oleh Bu Fara barusan
Dalam kepanikan ia berlari memasuki rumah sakit setelah tiba di parkiran. Zara menangis memasuki ruang pemeriksaan.
"Bu Fara, Pak Iwan, ya Tuhan, kenapa begini, Bu?" Zara menangis melihat sepasang suami istri itu yang terbaring lemah dengan wajah memar di keduanya. Bibir mereka pun tampak membengkak bahkan pecah di sudutnya, Bu Fara pun mengalami pecah bagian pelipisnya. Pasangan suami istri yang hendak berjalan-jalan kini tampak babak belur.
"A-anak-a-anak, Zara. Me-mereka di ba-wa kabur." Zara menggeleng menangis mendengarnya.
Inikah pertanda perasaan yang tak enak ketika meninggalkan mereka?
"I-itu-alaamatnya yang mereka ka-sih." dengan susah payah Pak Iwan memberikan kertas di tangannya yang di berikan oleh penjahat itu.
Zara bergetar memegang surat itu. Alamat yang menurutnya sangat tidak asing. Sungguh Zara menggeleng tak percaya jika orang tersebut begitu kejam padanya. Zara menangis ketakutan. Tempat yang menjadi tujuannya kali ini adalah tempat yang sangat membuatnya trauma.
Tanpa kata Zara pun pergi keluar rumah sakit. Dengan tangis yang terus berderai, Zara menaiki kendaraan untuk menju tempat tersebut. Sekilas bayangan foto yang terlihat di ingatannya saat di kerajaan membuat Zara trauma. Tempat yang ia tuju saat ini adalah tempat dimana sang ibu di eksekusi.
"Kailin! Kaiyla, jangan tinggalkan bunda, Sayang." jetir Zara sepanjang jalan tak perduli bagaimana supir mobil di depannya tampak kebingungan melihat Zara yang terus menangis.
"Pak tolong mobilnya lebih di lajukan lagi. Anak saya dalam bahaya, Pak." pintah Zara sembari menangis bergemetar.
Inilah yang memang di inginkan oleh wanita tua yang sangat jahat itu. Membuat Zara menangis kalau bisa menangis darah. Seperti ketika ia membunuh Ester ibu dari Zara yang menjadi kekasih gelap Fiqron tanpa Joana ketahui.
"Wah nenek keren. Jadi sekarang Zara sudah tidak jadi ke sini dong? Lalu bagaimana kalau besok-besok wanita itu kembali ke sini lagi, Nek? Malik bisa saja mengingatnya jika sampai mereka terus bertemu seperti ini." Emeli yang mendengar cerita salah satu anak buah Joana yang melaporkan hasil kerja mereka membuatnya sangat antusias mendengar kelanjutan sang nenek.
"Tidak akan, Emeli. Anaknya pasti akan membuat Zara tidak berani datang kemari lagi. Dan Malik akan terus bersamamu sampai kalian memiliki anak." ujar Joana sangat yakin.
Filyan hanya tersenyum-senyum saja mendengar begitu sayangnya sang ibu mertua pada anaknya. Kekuasaan tak akan terbagi dua tentunya dengan anak yang lahir dari wanita lain itu. Zara tidak boleh mendapatkan haknya sebagai anak dari Fiqron sedikit pun di kerajaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Wirda Lubis
semoga Zara dan anak nya selamat
2023-04-26
0
Helen Emeli
thor semoga zara dan anak"nya tdk dibunuh seperyi ibu zara alami dan malik bisa ketemu zara dan anak"nya kembali tanpa kurang apapun.
2023-04-11
1
Ruby Talabiu
Thor lindungi zara
2023-04-11
0