Bingung tak tahu harus melakukan apa, Zara hanya bisa berusaha kembali melakukan kegiatan untuk berjualan. Sebelumnya, ia pagi-pagi sekali sudah harus ke pasar membeli bahan makanan yang akan ia jual hari ini. Menempuh kendaraan ke kerajaan kemari bukan hal yang mudah bagi Zara. Merogoh uang yang seharusnya menjadi persediaan sang anak untuk makan dan minum susu. Itu sebabnya Zara harus kembali bekerja. Kembali ke kerajaan dalam jarak dekat juga harus membuatnya mencari uang lebih. Kepergian sang suami saat itu sudah membuatnya mengeluarkan uang banyak demi menenangkan diri tak tahu harus bekerja apa. Dalam keadaan sedih kehilangan, Zara memaksakan diri bangkit ketika uang yang di tinggalkan Malik tersisa sedikit dan ia gunakan sebagai modal usaha.
"Bu Fara titip anak saya yah? Saya sudah kunci rumah kok. Saya mau ke pasar dulu, Bu." sahut Zara dengan wajah tak bersemangatnya jualan hari ini.
Seperti biasa, Zara hanya menitipkan sang anak dengan sang tetangga untuk sekedar mendengar suara tangis mereka saja. Sebab ia tak ingin membuat Bu Fara repot. Sebelum pergi, Zara sudah membuat kedua anaknya tidur dengan lelap. Kebiasaan membuat Kailin dan Kaiyla bangun saat sang ibu sudah tiba dari pasar.
Melihat punggung Zara yang menjauh membuat Bu Fara menggelengkan kepala sedih melihatnya. "Kasihan sekali Zara. Kenapa Tuhan memberikan ujian bertubi-tubi padanya? Aku benar-benar bersyukur sekali pun sampai saat ini Tuhan belum memberikan aku anak, tapi semua keluargaku lengkap dan menerima ku dengan baik." wanita paruh baya itu mengusap dada mengucap syukur berkali-kali. Hidupnya sudah cukup bahagia meski sang suami jarang pulang tetapi pernikahan mereka awet dan bahagia sampai saat ini.
"Mau kemana cantik? Sendirian aja nih?" Zara yang belum saja sampai di pasar kembali mendapatkan godaan dari beberapa preman yang sering kali menunggunya setiap hari.
Inilah hal yang selalu di takutkan Zara, namun jika ia tidak ke pasar tentu belanjaan untuk jualan tidak akan lengkap terlebih harganya akan lebih mahal. Berusaha berjalan melewati mereka dengan kepala menunduk, sumpah demi apa pun Zara sang takut saat ini dimana jalanan tampak sedikit sepi sebab ia datang sedikit lebih pagi dari biasanya.
"Nikah sama abang yuk? Kamu nggak perlu capek-capek ke pasar setiap hari."
"Iya, Hei kamu kalau sama abang cukup tidur di kamar aja tiap hari semua beres. Gimana? Suami kamu belum ketemu juga kan? Sudah dia itu sudah nggak ada. Abang siap kok jadi ayah buat anak-anak cantik itu."
Zara hanya bisa menggeleng berusaha menghindar setiap kali lengannya ingin di sentuh beberapa pria tersebut.
"Jangan, Bang. Tolong saya buru-buru anak saya nanti nangis. Tolong, Bang." Zara bersuara ketakutan sekali.
Ia sangat takut jika mereka akan nekat berbuat kasar padanya. Semakin melangkah Zara semakin sulit menjauh sebab beberapa preman itu nampak mulai mengelilingi Zara. Mereka membuat Zara sama sekali tak bisa kabur saat ini.
"Ayo, sama abang saja."
"Cantik ayolah...." Zara menggelengkan kepala tak mau.
"Atau mau sama kita semua? Lebih seru kayaknya." kelima preman itu tertawa begitu heboh.
Mata Zara yang menunduk sudah menjatuhkan air mata saat ini. Kesedihannya mendapat pelecehan seperti ini tanpa ada yang bisa melindunginya.
"Ya ampun, Zara! Hei berhenti kalian!" salah seorang wanita yang ternyata adalah tetangga Zara berteriak begitu lantang. Mereka semua menoleh begitu juga dengan Zara yang menatap wanita itu lalu menghela napas lega.
"Apasih ibu peot ini. Jangan ikut campur!" teriak mereka kesal.
Bukannya takut, wanita itu justru mendekati mereka semua.
"Kalian saya laporkan ke polisi sekarang juga mau?" ancamnya yang membuat para preman itu bubar seketika.
Tahu, jika wanita yang di depannya saat ini adalah istri dari seorang perwira yang memegang kota mereka saat ini. Meski sudah tua tapi galaknya tak juga hilang.
"Bu Ana...terimakasih banyak, Bu." Zara mendekati wanita itu yang nampak anggun tersenyum padanya.
"Kenapa terlalu pagi ke pasarnya? Di sini kan suka sepi kalau pagi-pagi sekali?" tanya wanita itu yang sudah di genggam tangannya oleh Zara.
"Anak saya sudah keburu tidur lagi, Bu Ana. Saya takut jika mereka akan terbangun saat saya belum pulang dari pasar." sahut Zara yang membuat siapa pun mendengar akan merasa sedih.
Akhirnya mereka pun segera pergi ke pasar bersama dengan menaiki mobil mewah milik Bu Ana. Zara bersyukur hari ini ia bisa selamat kembali dari para preman jahat tersebut. Entah sampai kapan Zara akan aman terus menerus sebab para pria jahat itu akan selalu mengincar dirinya.
Status seorang istri yang di tinggal sang suami tentu saja akan menjadi cap yang sangat menarik di mata para pria. Selama perjalanan ke pasar sampai tiba di rumah tak hentinya Zara terus berucap terimakasih pada Bu Ana. Bu Ana hanya mengangguk dan mengusap bahu Zara.
"Kamu yang kuat yah, yang sabar. Ibu yakin kamu ibu yang baik untuk kedua anakmu. Tetap semangat yah, Zara." mendengar itu Zara hanya menganggukkan kepala saja. Ia pun mengucapkan terimakasih karena sudah di antar sampai ke depan rumah.
"Eh anak bunda sudah pada bangun...kalian nggak ada yang nangis yah? Terimakasih yah, Nak. Susunya malah sudah habis juga semua. Anak bunda pintar-pintar semuanya." Zara menciumi kedua anaknya yang bermain di ranjang mereka. Semua mainan yang Zara masukkan ke dalam ranjang kedua anakknya menjadi teman mereka ketika bangun dari tidur. Masing-masing susu yang di isi di dalam dot pun sudah habis tanpa sisa.
Zara begitu bersyukur memiliki kedua anak yang sangat mengerti dengan keadaan. Sedikit pun Zara tak pernah merasa kerepotan dengan kehadiran sang anak.
Hari itu Zara berjualan nasi campur dengan lauk yang sudah ia siapkan sejak subuh tadi. Kedua anaknya pun juga di bawa ke teras rumah yang sengaja Zara pagar, ketika berjualan mereka semua tampak tenang bermain berdua.
Tiga minggu lamanya Zara berjualan terus menerus dengan meminta bantuan para penjual sayur yang berkeliling, mungkin dengan cara seperti ini ia akan jauh lebih aman. Dan sang anak pun tidak ia tinggalkan di rumah sendiri lagi.
Hingga akhirnya Zara memilih jalan untuk menitipkan sang anak di tetangga kala Bu Fara menawarkan diri sebab sang suami pun juga sudah pulang dari tempat bekerja.
"Tidak apa-apa, Zara. Pergilah mereka aman dengan kami. Nanti kami juga mau jalan-jalan ke pasar malam. Pasti mereka betah. Selesaikan secepatnya masalah kamu dan Malik yah? Kasihan anak kalian."
Dengan berat hati rasanya Zara meninggalkan sang anak pada tetangga yang sudah terasa seperi keluarga. Sepanjang jalan pikirannya terpecah belah, memikirkan sang suami dan juga kedua anak yang masih kecil. Jujur sekali pun dengan orang yang paling ia percaya tetap saja Zara tak terbiasa meninggalkan sang anak terlalu lama seperti ini.
"Semoga aku bisa bertemu dengannya kali ini dan memintanya menjelaskan semua. Malik, tolong jangan buat aku meninggalkan anak-anak lagi seperti ini. Aku tidak sanggup meninggalkan mereka." Sedih sekali rasanya Zara membayangkan kedua anaknya yang sangat lucu.
Hal yang berbeda di kerajaan tengah di bahas oleh tiga orang wanita yang masing-masing berbeda usia, mereka adalah Emeli, Joana Boudicca, dan juga Filyana Mayusran sebagai istri dari Fiqron Maheswara. Emeli mengeluhkan perubahan sang suami usai kedatangan Zara ke kerajaan beberapa minggu lalu.
"Anak sialan itu benar-benar tidak kapoknya juga sudah di usir dari sini. Bagaimana bisa di dengan berani kembali masuk ke sini, Ibu?" tanya Filyana pada ibu mertuanya.
"Kamu tenang saja, Emeli. Apa pun yang seharusnya menjadi milikmu tidak akan bisa di ambil siapa pun termasuk Zara. Bahkan kedudukan mu sekali pun tidak akan bisa ia rebut. Nenek yang akan menggerakkan semua anak buah untuk memberi pelajaran pada anak haram itu!" Emeli tersenyum puas mendengar ucapan sang nenek. Dimana memang itulah yang ia harapkan. Zara harus pergi dari hidupnya dan dunianya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Wirda Lubis
Zara untuk apa pergi ke tempat nenek sihir biar kan suami mu ntar sadar sendiri balik pada mu
2023-04-26
3
Ruby Talabiu
Zara udah stop kesana urusin jja anak anak mu malokitu hilang ingatan dari padda kammu si aikksa disana ayah mu jja ngga perduli pada mu Thor bantu zara
2023-04-11
1