Anak Untuk Suamiku
Entah sudah berapa lama Vania menatap kalender yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Hampir berulang kali ia menghitung bahwa kali ini ia tidak salah hitungan. Sudah satu minggu ia telat datang bulan. Vania pun mulai merasakan sesuatu yang berbeda dari tubuhnya.
Ia mengelus perutnya yang masih rata "apa kamu sudah hadir sayang ?" Ucapnya dengan pelan. Senyum di bibirnya langsung mengembang kemudian menoleh ke arah sang suami yang masih terlelap di atas ranjang tempat tidur.
"Sayang, sepertinya kali ini kita berhasil" Vania bergumam, raut kebahagiaan begitu terlihat di wajahnya.
"Tapi aku harus memastikan semua ini dulu, sebelum memberi tahu mas Devan"
Dengan senyum masih mengembang di bibirnya, Vania berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Seperti biasa hari ini ia akan kembali ke toko roti miliknya yang jaraknya lumayan dekat dengan tempat tinggalnya bersama Devan.
Pernikahan nya dengan Devan sudah berusia dua tahun, tapi sampai sekarang Vania belum juga mengandung. Padahal baik Vania maupun Devan tidak ingin menunda untuk mendapatkan momongan hanya saja takdir belum berpihak pada mereka.
Setelah mandi dan bersiap, Vania pamit pada sang suami yang juga sudah rapih dengan pakaian kerjanya.
"Hati-hati mas, kabarin kalau malam ini pulang terlambat" ucap Vania usai mencium punggung tangan sang suami.
"Iya sayang, kamu juga hati-hati !" Balas Devan sambil mendaratkan satu ciuman di kening istrinya.
Usai berpamitan Vania langsung pergi, hari ini Devan tidak bisa mengantar nya ke toko roti karena selain beda arah, Devan juga ada meeting pagi ini. Tidak masalah bagi Vania karena memang jarak rumah dengan toko rotinya tidak terlalu jauh.
Setiba di toko roti, seseorang sudah menunggu kedatangan Vania. Dia adalah dokter Karmila sahabat sekaligus dokter pribadi yang membantu Vania selama ini.
Memang tadi Vania yang meminta wanita itu untuk datang, ia ingin menjelaskan pada Karmila tentang haid nya yang sudah terlambat seminggu.
"Ada apa kau memintaku kesini Van ? Kenapa kita tidak bicara di klinik saja ?" Tanya Karmila setelah Vania duduk di hadapannya.
"Aku terlambat datang bulan, dan aku merasa ada yang berbeda pada tubuhku" jawab Vania langsung pada intinya.
Karmila terdiam sejenak, ia menatap wajah Vania dengan intens. Selama ini Karmila paham tentang kondisi Vania yang ingin segera hamil.
"Apa kamu sudah melakukan tes ?" Tanya Karmila lagi.
Vania langsung memalingkan wajahnya menatap ke arah lain "Apa aku harus melakukan itu Kar ? Bukankah tes kehamilan tidak begitu akurat" ucap Vania dengan raut wajah sedih.
"Tapi kamu harus tetap melakukan nya Van, itu adalah salah satu hal tercepat untuk mengetahui kalau kamu benar-benar hamil" Karmila memegang tangan Vania dengan lembut, ia paham kenap Vania tidak ingin melalukan testpack. Wanita itu pasti takut dengan hasilnya.
"Aku takut kalau hasilnya hanya garis satu"
Helaan napas panjang Karmila keluarkan, benar saja dugaan nya kalau Vania takut dengan hasil tes. Tapi apa salahnya untuk mencoba bukankah Vania mengatakan kalau ia sudah telat datang bulan.
"Tidak perlu takut Van ! Bukankah kamu sudah telat datang bulan dan kamu juga merasakan keanehan pada tubuhmu. Mungkin saja kali ini kamu benar-benar hamil"
"Aku tidak bisa Karmila, aku takut mas Devan melihat tes itu dan dia kembali kecewa"
"Aku mengerti kondisi kamu Van" Karmila menepuk lengan Vania dengan lembut "Tapi tidak ada yang perlu di khawatirkan, kamu dan Devan sudah memeriksakan kondisi kalian dan hasilnya semuanya bagus" sambungnya lagi, ia berharap kesedihan di mata Vania segera hilang.
"Aku tahu itu Kar" balas Vania dengan suara tersedat, seperti biasa ia selalu menangis jika membahas masalah kehamilan. "Tapi kenapa sampai sekarang aku belum juga hamil, padahal aku dan mas Devan sudah menikah dua tahun. Ibu mertuaku selalu menanyakan kapan aku hamil dan aku tidak tahu harus menjawab apalagi, dia terus meminta cucu padaku dan mas Devan, hingga semua itu membuat mas Devan stres" sambung Vania lagi, ia menatap wajah Karmila.
"Mungkin sekarang sudah waktunya, dan dia benar-benar sudah ada di rahim kamu" ujar Karmila sambil memberikan senyum meyakinkan pada Vania.
"Aku sangat berharap kalau aku hamil sekarang Kar, mas Devan sangat menginginkan seorang bayi. Apa kamu tahu saat terakhir kali aku melakukan tes dan hasilnya negatif mas Devan begitu terpukul, dia tidak mau bicara padaku. Bahkan mas Devan mengurung diri di kamar sepanjang hari" jelas Vania dengan air mata yang semakin deras membasahi pipinya
Mendengar hal itu Karmila menghela napas panjang, ia pun kembali menjawab "aku tidak menyangka kalau Devan seperti ini, padahal seingatku dulu Devan adalah pria yang baik"
"Tapi sekarang dia berubah Kar" sekarang tangisan Vania semakin menjadi, wanita sampai terisak beruntung toko rotinya sedang sepi "Sepertinya memang ada yang salah padaku"
Karmila langsung berdiri, mengitari meja dan duduk di samping Vania, ia mengelus punggung Vania dengan gerakan lembut.
"Tidak ada yang salah pada dirimu Van, kamu jangan stres begini, bagaimana kalau sekarang kamu benar-benar hamil dan bayi di kandungan kamu juga akan ikut stres"
Vania menyeka air matanya "Aku sangat ingin hamil Kar, aku tidak ingin Mas Devan seperti itu lagi"
"Kamu dan Devan baru menikah dua tahun Vania, di luar sana banyak pasangan yang menunggu sampai enam tahun" balas Karmila berusaha tersenyum "Sabar ya ! Suatu hari nanti kamu pasti akan hamil seperti yang kamu inginkan"
Vania menatap kepingan cokelat yang akan ia gunakan untuk isian roti, pikirannya melayang jauh mengingat pertemuan pertamanya dengan Devan. Keduanya bertemu saat Vania masih berstatus mahasiswa di salah satu perguruan tinggi. Awalnya Vania menolak kehadiran Devan tapi pria itu terus meyakinkan Vania hingga akhirnya mereka berdua menjalin hubungan selama dua tahun sebelum melakukan pernikahan.
Saat menikah umur Vania masih berusia 19 tahun sementara Devan 21 tahun. Dan sekarang pernikahan mereka sudah berjalan dua tahun. Karena Vania sampai sekarang belum hamil membuat Devan mulai berubah.
"Sebaiknya kamu lakukan tes kehamilan sekarang untuk memastikan tebakan mu" usul Karmila setelah beberapa saat keduanya terdiam "Aku membawa dua alat tes, kamu bisa memakai semuanya" sambung Karmila lagi, sambil mengeluarkan alat tes kehamilan yang berjumlah dua biji dan di berikan pada Vania.
"Aku takut Karmila" ucap Vania, dengan ragu-ragu ia meraih alat tes kehamilan itu "Bagaimana kalau hasilnya negatif"
Karmila menatap Vania dengan senyuman "kalau begitu lakukan USG transvaginal untuk lebih memastikan nya lagi, pegang saja keyakinan kamu Vania ! Jika kamu yakin, insya Allah semua itu terjadi"
Vania menghela napas panjang "Terima kasih Karmila, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika kamu tidak ada di sampingku" ucapnya sembari memeluk tubuh Karmila erat-erat.
"Aku dan Mas Devan sudah mencoba berbagai cara untuk hamil selama dua tahun, aku tahu mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku takut dengan sikap mas Devan jika aku tak kunjung hamil" sambung Vania lagi.
"Jika nanti masih negatif, kenapa kamu dan Devan tidak mencoba alternatif lain Van ? Coba kamu bicarakan ini sama Devan jika memang dia begitu menginginkan seorang bayi" usul Karmila melepaskan pelukan Vania, ia tatap wanita cantik itu dengan intens.
"Aku sudah memberi tahunya Kar, tapi mas Devan hanya ingin memiliki bayi dengan cara yang alami, bukan dengan program lain". Jelas Vania, ia ingat betul saat Devan menolak usulnya mentah-mentah. Saat dirinya memberi usul untuk program bayi tabung.
"Ya sudah nanti kita pikirkan cara lain, yang terpenting sekarang kamu tes dulu, berdoa saja semoga nanti hasilnya positif" Karmila meraih alat tes kehamilan itu lalu ia letakkan di atas telapak tangan Vania
"Kamu sudah tau kan cara memakainya ?" Tanya Karmila
"Iya aku tau, terima kasih atas bantuan nya Karmila, aku akan menelponmu jika sudah tau hasilnya nanti" jawab Vania .
"Sekarang kamu boleh kembali ke klinik, terima kasih karena menyempatkan waktu untuk datang kesini" sambung Vania lagi.
"Tidak apa-apa Van, aku akan selalu ada untukmu" Karmila berdiri dari duduknya, mengambil tas kecil yang ia bawa tadi. Setelah itu wanita cantik yang bergelar dokter kandungan itu pergi dari toko roti milik Vania.
Setelah Karmila pergi, Vania menatap alat tes kehamilan yang sejak tadi ada di genggaman nya.
"Kapan kamu akan menunjukan garis dua" gumam Vania seraya menahan air matanya supaya tidak tumpah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Diana Susanti
lanjut kak mantab 👍👍👍
2023-04-06
0