Vania membuka matanya perlahan dan di sambut lampu neon yang menyilaukan di langit-langit putih. Bayi perempuan yang cantik langsung terlintas di benaknya membuat Vania tersenyum senang. Ia akhirnya berhasil melahirkan anak untuk Devan. Ia menoleh ke kiri saat merasakan seseorang menatapnya, alisnya berkerut ketika menyadari siapa pria yang sedang berdiri di sisi ranjangnya.
"Dimana suamiku ?" Tanya Vania pada Rangga, ia pun segera mengalihkan pandangannya dari pria itu. Ia tidak ingin tatapan mereka bertemu karena mata Rangga mengatakan sesuatu yang tidak ingin ia ketahui.
"Dan, kenapa kamu ada disini ?"
Rangga menghela napas panjang "Devan yang memintaku untuk menjagamu disini, suami mu ada di kamar bayi untuk melihat anak kita" jelasnya "Anak kita sangat cantik sama sepertimu"
"Dia bukan anakmu" ucap Vania dengan suara tegas "Dan jangan pernah mengatakan itu lagi !" Vania memberikan tatapan tajam pada Rangga "Bukankah kita sudah setuju dengan semua ini ?"
Rangga menundukkan kepalanya "Vania, aku tidak ingin membuatmu stres sekarang" ucapnya sembari meraih tangan Vania yang sedang di infus "Tapi kamu harus tau kalau aku sangat bahagia saat melihat nya"
"Aku tidak peduli dengan perasaan mu" potong Vania "aku tidak peduli dengan semua hidupmu, harusnya kau tidak berada di sini"
Rangga mengeraskan rahangnya, dan ini kali pertama Vania melihat pria itu marah.
"Jika saja kamu tidak pernah memutuskan komunikasi di antara kita, mungkin aku tidak akan berada disini"
"Aku hanya ingin kehidupan yang damai, aku tidak mungkin bisa memilikinya jika masih terus berhubungan dengan mu" balas Vania, ia menarik tangannya dari genggaman Rangga.
"Karena setiap kali aku melihatmu, aku selalu teringat dosa terbesar yang pernah aku lakukan dalam hidupku" sambung Vania lagi.
"Kita melakukan itu untuk menyelamatkan suami mu" Balas Rangga mengingatkan "Waktu itu aku sudah memberimu waktu untuk memikirkannya lagi, tapi kamulah yang bersih keras untuk melakukannya sesegera mungkin"
"Kamu juga jangan melupakan janjimu untuk melupakan kejadian itu, bahkan kamu juga sudah berjanji untuk tidak mengakui anak itu" Vania menghela napas sebelum kembali melanjutkan ucapannya "Tapi sekarang kamu mengancam untuk menghancurkan keluargaku yang sudah susah payah aku bangun" lanjut Vania lagi, sekuat tenaga ia menahan air matanya supaya tidak jatuh.
Rangga menatap lurus ke arah Vania "Jika saja kamu tidak memutuskan komunikasi saat kau hamil semua masalah ini tidak akan ada" ia membungkuk lebih dekat dengan Vania.
"Dan sekarang aku tau bahwa seseorang yang berpenampilan lugu sepertimu bisa menipu seseorang dengan bermain kotor"
"Keluar !!" Teriak Vania dengan tegas "Ku bilang keluar--"
Pintu kamar tiba-tiba terbuka, di susul dengan kemunculan Devan bersama seorang perawat yang menggendong bayi. Vania segera mengubah posisi menjadi duduk saat sang suami berdiri di samping ranjangnya. Sementara Rangga menggeser tubuhnya ke sisi lain.
"Nyonya Vania, ini bayi anda" ucap seorang perawat dengan senyum hangat saat memberikan bayi itu ke pangkuan Vania.
"Anak anda lahir dengan sehat tanpa kekurangan satu apapun" sambung Perawat itu lagi.
"Anak kita adalah Wanita yang kuat sama seperti kamu sayang" ujar Devan sembari mendaratkan ciuman di kening sang istri "Kata dokter kamu bisa pulang besok"
Vania tersenyum sambil menatap wajah bayi yang baru saja ia lahirkan, tak terasa air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Masih tak menyangka kalau ia berhasil melahirkan dan menjadi seorang ibu.
"Dia sangat cantik, Mama janji akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan kamu" ucap Vania sembari mengelus pipi mulus putrinya.
Devan merangkul pundak sang istri "Kita akan melakukan nya bersama sayang, aku akan menjaga kalian berdua"
"Kalian harus mengabadikan momen ini" kata Rangga sambil mengeluarkan ponselnya. "Ayo menatap ke kamera !"
"Aku tidak ingin di foto" tegas Vania
"Kenapa ? Inikan momen spesial" tanya Devan "Apa kamu malu dengan wajah pucatmu ?"
"Tapi kamu sangat cantik sekarang Vania !" Sahut Rangga membuat Devan menatap pria itu, Devan berdehem yang langsung membuat Rangga tertawa.
"Maksudku wanita yang baru saja melahirkan akan terlihat cantik walau wajahnya pucat" jelas Rangga agar Devan tak salah paham.
Vania kembali menatap tajam ke arah Rangga "Aku tidak ingin di foto" ulang nya dengan tegas kemudian menurunkan pandangannya dan menatap wajah bayinya.
"Dan bisakah anda meninggalkan kami dokter Rangga ! Ini adalah momen bahagia dan aku ingin menikmatinya bersama suami dan anakku" sindir Vania
"Sayang..." Devan langsung menyentuh lengan istrinya.
"Tidak apa-apa aku mengerti" ucap Rangga sambil tersenyum "aku akan menunggu di luar saja"
Rangga berjalan menuju pintu, namun sebelum ia membuka pintu tersebut ia menoleh ke arah Vania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments