Kontraksi

Vania mengangkat sebuah panci di atas kompor saat melihat masakan yang ia masak sudah matang. Hari ini ia memasak rendang sapi untuk menu makan malam nya dan juga Devan, kemaren ia tak sengaja melihat sang suami sedang menonton acara mukbang dan dari ekspresi Devan jelas terlihat kalau pria itu menginginkan makanan tersebut. Makanya Vania memasak rendang hari ini.

Vania tersenyum , ia tak sabar untuk melihat reaksi kekanak-kanakan Devan saat melihat rendang di atas meja makan.

"Mas Devan pasti akan senang dengan masakan ku ini" gumamnya sembari menghidangkan makanan di atas meja.

Karena perutnya sudah begitu besar membuat Vania kesusahan untuk menghidangkan makanan di atas meja, ia bakan harus menjaga jarak supaya perutnya tidak terbentur.

"Apa kamu tidak sabar untuk melihat reaksi Ayahmu ?" Ucap Vania tersenyum saat merasakan anak dalam kandungannya bergerak. Setelah selesai menghidangkan makanan, Vania kembali ke dapur untuk membersihkan piring yang berada di wastafel.

Saat sedang asik mencuci piring, Vania mendengar suara langka kaki mendekat.

"Sayang, aku sudah memasak makanan kesukaan mu" ujar Vania yang mengira itu adalah sang suami.

Alih-alih untuk menjawab, orang itu justru melingkarkan kedua tangannya ke perut Vania. Ia membelai perut Vania dengan lembut, menempelkan bibirnya ke leher Vania.

"Ada apa sayang ? Kenapa kamu seperti ini ?" Tanya Vania, sesaat kemudian Vania berhenti bicara saat mencium aroma parfum yang berbeda.

"Sayang..." Panggil Vania dengan suara gugup. Ia menyentuh tangan orang itu yang masih berada di atas perutnya, matanya menunduk dan melihat kalau tidak ada cincin pernikahan di tangan orang itu. Dada Vania berdebar hebat saat menyadari kalau pria yang memeluknya bukan Devan. Dengan gerakan cepat Vania berbalik dan mendorong pria itu.

"Rangga... Apa yang kamu lakukan disini ?" Tanya Vania begitu gugup, ia mundur perlahan.

"Aku merindukan mu Vania" jawab Rangga tersenyum.

"Diam !" Desis Vania "Pergi dari sini sebelum aku memanggil polisi.

"Apa kau yakin akan melakukan itu pada Ayah dari anak mu ?" Rangga menyeringai "Sudah ku bilang Vania, aku tidak akan membiarkan mu pergi dariku"

Vania mengatupkan bibirnya, dadanya semakin berdebar kencang saat menatap pria itu. Senyum Rangga seperti mengatakan kalau dirinya tidak akan pernah bisa pergi dari pria itu

"B-bagaimana kamu bisa masuk ke sini ?"

"Aku yang menyuruhnya masuk, Sayang" sahut Devan dari ruang tamu, pria itu melepaskan jas nya dan berjalan mendekati Sang istri. Sepertinya Devan baru saja masuk jadi ia tak mendengar pembicaraan antara Vania dan Rangga tadi.

"Maaf, tadi aku tidak meneleponmu" ucap Devan seraya mencium pipi Vania. " Tadi Rangga datang ke perusahaan, dan sekarang dia adalah klien ku"

Vania menghindari tatapan mata Rangga dan terus menatap sang suami "itu kabar bagus" jawabnya berusaha terlihat tenang "Oh ya, aku memasak makanan kesukaan mu"

Devan menatap ke atas meja makan, ia terkejut melihat masakan yang sangat ia inginkan beberapa hari ini.

"Wow, rendang" seru nya dan langsung mengambil potongan daging sapi itu menggunakan garpu "Kamu benar-benar koki yang hebat sayang, aku sangat beruntung memilikimu" puji Devan saat merasakan kelezatan rendang tersebut.

Vania tersenyum kemudian berhambur memeluk tubuh sang suami "aku tau kamu sangat menginginkan makanan ini" ucapnya, namun tiba-tiba ia merasa kurang nyaman, karena ia yakin saat ini Rangga sedang menatap nya.

"Ayo makan !" Kata Vania

Rangga duduk di kursi tepat di hadapan sepasang suami istri itu. "aku ingin mencari seorang istri seperti Vania, bukan hanya istri yang baik tapi dia juga pandai memasak" ujar Rangga menekankan setiap kata yang ia ucapkan.

Devan tertawa mendengar ucapan Rangga.

"Kamu memang harus mencari istri Rangga !, Usiamu hampir 30 tahun. Aku saja menikah dengan Vania saat kami masih remaja. Saat itu Vania masih berusia sembilan belas tahun"

"Begitu ya... Padahal wanita seusia itu masih labil dalam berpacaran" balas Rangga tanpa mengalihkan pandangan nya.

Suami dari Vania itu kembali tertawa, ia memegang tangan sang istri dengan erat.

"Vania tidak pernah meninggalkan ku di saat keadaan terburuk ku, dia istri yang pengertian. Dia tidak pernah meninggikan suaranya walau sedang menghadapi kemarahan ku" Devan menarik napas dalam-dalam kemudian tersenyum ke arah sang istri..

"Dia dan calon anak kami, adalah hadiah terindah dari Allah untuk hidupku" sambung Devan lagi.

Vania menelan ludah nya dengan susah payah, saat matanya menatap ke arah Rangga, tanpa terasa ia mengepalkan tinjunya.

"Ayo makan ! Mumpung masih anget" ucap Vania.

*****

Vania tidak tahu apa rencana Rangga sekarang dan kenapa pria itu melakukan semua ini. Sikap Rangga sangat berbeda dengan yang ia kenal dulu. Tidak ada lagi sikap peduli dari dalam pria itu, yang hanya sikap posesif yang sangat Vania takuti.

Istri dari Devan itu berjalan dengan anggun di sekitar dapur walau perutnya begitu besar, Rangga ingin membantu wanita itu mencuci piring dan menyuruhnya untuk duduk disofa. Tapi ia tidak punya hak untuk itu, karena Rangga bukanlah suami Vania.

"Tapi aku adalah Ayah dari anak yang di kandungnya" batin Rangga, ia seratus persen yakin tentang hal itu karena dua minggu setelah ia dan Vania melakukan hubungan terlarang itu, Vania mengabarinya kalau wanita itu hamil.

Rangga tidak pernah berpikir kalau ia akan merasakan sebuah kebahagiaan yang tak dapat ia jelaskan setelah bersama Vania. Tapi ia tahu kalau mereka memiliki sebuah perjanjian.

Dulu Rangga baik-baik saja dengan perjanjian itu, ia tidak memiliki niat sedikitpun untuk melanggar semuanya, tapi saat Vania memutuskan komunikasi mereka membuat Rangga berubah pikiran.

"Biarkan aku yang mencuci piring sayang" ucap Devan sambil memandang istrinya, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Rangga "Rangga aku cuci piring dulu, setelah itu kita bahas rencana kita"

"Iya" jawab Rangga "Luangkan waktumu untuk membantu istrimu"

Begitu Devan berjalan ke arah dapur untuk mencuci piring, Rangga segera menatap Vania. Wanita itu berjalan keluar dari dapur membuatnya langsung berdiri untuk mengikutinya. Namun Vania langsung memberikan tatapan tajam.

"Jangan berani mendekatiku !" Ucap Vania dengan suara pelan "aku tidak ingin bicara denganmu"

"Sayang, kenapa kamu tidak memberi tahu Rangga tentang rencana kita untuk penyambutan kelahiran anak kita" teriak Devan dari arah dapur

Senyum langsung terbentuk dari bibir Rangga saat mendengar suara Devan "Benar, aku mungkin bisa membantu membuat pesta penyambutan untuk anak kalian"

Vania memelototi Rangga, jika saja matanya melemparkan belati tajam mungkin saja pria itu sudah mati.

"Diam, Rangga--" belum selesai Vania melanjutkan ucapannya tiba-tiba ia merasakan perutnya sakit.

Rangga bergegas ke samping Vania untuk menopang tubuh wanita itu, namun Vania menolak dan mendorong tubuh Rangga.

"Vania, apa kamu baik-baik saja ?"

"Ah" Vania memegangi perutnya, beberapa detik kemudian air dari jalan lahir nya "Mas, anak kita akan segera lahir"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!