DUSTAMU...Berkah Bagiku!!
**BAB 1. **
POV LARAS
Suamiku berdiri dan tertunduk.
"Apa yang kamu lihat tadi, sayang?" tanyanya.
"Kamu sedang berpelukan dan berciuman dengan perempuan, pelakor! Ceraikan aku sekarang mas!!" Teriakku.
"Sayang, jangan begitu dong. Aku minta maaf, tapi apa yang kamu lihat itu, jangan disalah artikan!" ucapnya membela diri.
"Apa yang disalah artikan! Kamu sedang berciuman dengan hot dan aku menyalah artikan apa yang sudah aku lihat dengan mata kepalaku sendiri mass!! Brengsek kamu!! Pergi kamu! Dan ceraikan aku sekarang juga!" Teriakku dengan mata melotot.
"Sabar sayang, semua bisa dibicarakan!" ucapnya.
"Tidak! Aku tidak mau bicara lagi denganmu! Sekarang kamu pergi!! Atau aku laporkan kamu ke polisi!!" ancamku.
"Baik-baik, aku akan pergi!!" Kemudian dia berjalan keluar kamar dan pergi dari rumah dengan
mobilnya.
Aku jatuh ke lantai dan duduk bersimpuh lutut...Menangis dan menangis sambil berteriak sekencang-kencangnya. Aku harus tegar, walaupun hidup tanpa dia aku akan berusaha mengurus anakku yang ada di dalam kandunganku ini. Kuberdiri dan langsung menuju ke lemari menurunkan tas koperku. Kuisi beberapa pakaian yang cukup kupakai. Aku ambil semua perhiasan dan barang berharga yang kumiliki dan kumasukkan ke dalam sebuah kecil dan dimasukkan ke dalam tas.
Beberapa polis asuransi yang mas Bobby sudah lunaskan preminya juga kumasukkan ke dalam koper. Kuberjalan menggeret koper yang besar melenurma ruang tamu. Berhenti dan memandang Foto pernikahan kami yang menurutku sudah hancur ini dengan pengkhianatan yang dilakukan mas Bobby tadi pagi.
Setelah pintu kukunci. Pesan taxi online dan menunggu sekitar lima belas menit, aku masuk ke dalam mobil dan kupandangi lagi rumah yang pernah membuatku bahagia bersama suamiku.
Tanpa terasa air mata menetes di pipi dan hilang semua kenangan, di saat taxi sudah mulai menjauh dari rumah.
Tujuan perjalanan ini adalah ke rumah kakakku bernama Mas Mahendra. Dia adalah kakak laki-lakiku satu-satunya. Dia yang ada dan selalu membantuku di kala susah dulu. Aku adik perempuan satu-satunya sangat dia bela. Apalagi kalau nanti dia tau, kalau adiknya sudah dikhianati oleh suaminya sendiri.
Sampai di depan rumahnya yang tak jauh hanya sekitar setengah jam saja dari rumah, kuturun dari mobil. Kuberjalan dengan menggeret koperku yang besar. Ada pembantunya mbok Ijem yang sedang menyapu halaman dan langsung berlari mendekat untuk membantu menggeret koperku.
"Eh non Laras, kok bawa koper besar? Mau pergi kemana non?" tanyanya.
"Saya mau menginap disini, bi. Bapak ada?" tanyaku.
"Ada non di dalam. Beliau kebetulan juga lagi kurang enak badan, jadi tak masuk ke kantor."
"Ya sudah bi, saya masuk ke dalam dulu ya..." Ucapku
"Baik non, biar kopernya saya yang bawa!" Ucapnya.
"Ya, terima kasih bi." Aku tersenyum dan masuk ke dalam rumah yang besar dan mengucapkan salam.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Ada jawaban dari kakakku dan istrinya yang muncul dari kamar tidur mereka. Mereka kaget melihatku dengan koper yang sedang digeret oleh pembantunya.
"Laras kamu sama siapa? Kenapa kamu bawa koper besar begini?" Aku berlari memeluk mas Mahendra yang langsung dibalas pelukanku. Aku menangis di pelukannya. "Sudah...Sudah...Ayo kamu duduk dulu...Berhenti menangis..!" Dia rangkul pundakku dan kami duduk disofa. Aku masih terisak dan menghapus air mata yang memenuhi pipiku dengan tisue.
"Sudah kamu yang tenang dulu, baru bicara.." ucap mas Mahendra. Istrinya, Mbak Nurma, duduk
disebelahku. Mas Mahendra pindah ke sofa satu. Tak lama kemudian. "Sudah bisa cerita?" tanyanya.
"Sudah mas...Mas Bobby selingkuh mas! Aku mau cerai dan pisah saja dengannya!" ucapku masih sedikit terisak.
"Loh dia selingkuh sama siapa? Kamu sudah melihatnya?" tanyanya heran.
"Tadi pagi aku ke kantornya dan memergokinya sedang berciuman dengan seorang wanita! Sebelumnya aku menemukan ****** ***** wanita yang bekas dipakai di koper dinas luar kotanya kemarin malam!" Ceritaku.
"Sialan! Kurang Ajar! Mau apa dia kok berani-beraninya dia selingkuh dengan wanita lain!" Geram mas Mahendra yang mengepal tangan kanannya.
"Sudah mas, semuakan bisa dibicarakan dengan baik-baik," sahut mbak Nurma.
"Enak aja! Jelas-jelas dia telah memberikan luka di hati adikku!! Kurang apa Laras mengurusi suaminya!" geram mas Mahendra.
"Iya, tapi bisa dibicarakan dengan Bobby juga. Mas Telepon dia, kasih tau kalau dia bisa ke rumah ini menjelaskan semuanya. Kalau memang dia memilih perempuan itu, ya baru kita ambil tindakan!" Timpal mbak Nurma.
"Ini sudah yang kedua kali mas. Sebelumnya dua bulan yang lalu dia juga pernah ketauan olehku telah menjalin hubungan dengans seorang SPG rokok. Tapi akhirnya dia tinggalkan! Tapi, sekarang saya tidak tahu dengan siapa dia berhubungan!"
"Memang sebelumnya kamu curiga karena apa?" tanya mbak Nurma.
"Ya karena ****** ***** itu, dan setelah dia pergi ke kantor, ponselnya terjatuh di kamar. Ada telpon dari namanya Sandra di layar ponsel mas Bobby...." Aku terisak lagi. Mbak Nurma mengelus punggungku untuk bersabar.
"Hmm, ya sudah kita minta penjelasannya saja! Aku akan telpon si Bobby!" ucap mas Mahendra.
Kemudian dia berdiri dan mengambil ponselnya yang ada di kamar. Mas Mahendra duduk kembali dan memencet nomer Hp mas Bobby. Tak lama kemudian tersambung.
"Halo, Bobby, nanti sore kamu ke rumah saya!" ucap mas Mahendra dengan nada ketus.
"Ya saya tunggu secepatnya atau kau akan menyesal nanti!" ucap mas Mahendra dan langsung mematikan
ponselnya.
"Sudahlah Laras. Kamu istirahat saja di kamar tamu. Mah anterkan Laras ke kamar tamu!" ucapnya.
"Iya pah, Ayo Laras, kita ke kamar, biar kamu bisa tiduran disana."
"Iya mbak."
FLASHBACK PERISTIWA ITU….!!
"Eh...eeehhhmmm....Oh Iya ada di kantong tas kecilku. Maaf aku baru ingat!" ucapnya dan langsung masuk ke dalam kamar lagi.
Aku siapkan nasi goreng, kopi hitam dan ayam goreng yang sudah kumasak tadi.
"Mas, makan yuk mumpung masih panas, mas!" Teriakku dari meja makan.
"Iya sebentar!" Tak lama kemudian dia datang dengan membawa ponselnya.
"Tumben bawa ponsel waktu makan pagi? Biasanya kalau makan kamu tidak suka aku bermain ponsel?" tanyaku ketus.
"Oh, iya, ini loh, Pak Satria, bos ku sedang mau kirim email katanya mau untuk bahan presentasi nanti siang. Jadi aku menunggu emailnya dan memperlajarinya dulu," ucapnya sambil duduk di kursi makan.
Kemudian aku menyendokkan nasi goreng ke piringnya dan dia mengambil ayam goreng dan telur dadar. Dia memakan dengan lahap. Dan tiba-tiba ada telpon yang masuk dan ponselnya bergetar terus. Dia melihat ke layar ponselnya dan dia diamkan saja.
"Kok nggak diangkat mas? Angkatah! Biar kamu nggak terganggu makannya!" ucapku.
"Sudah nanti saja, bukan telpon dari pak Satria kok!" Balasnya dan dia kembali makan dengan lahap.
Ponselnya sudah bergetar beberapa kali, tapi tetap tak diangkatnya. Setelah dia minum air putih sampai habis, segera dia ambil ponselnya dan berjalan ke teras depan. Terlihat dia sedang menelpon seseorang. Aku bisa melihatnya dari dalam yang tembus ke teras melalui kaca yang sudah kubuka kordennya.
Semua cucian piring kuselesaikan dan kumasuk ke kamar lagi dan menyiapkan baju kerja suamiku. Celana, kemeja dan dasinya. Sesudah itu, aku berjalan ke teras untuk memanggilnya. Terlihat dia sedang berdiri dan menelpon menghadap ke arah jalanan, jadi dia tak tahu kalau aku datang ke teras.
"Hm, ya sudahlah, tunggu saja ya disana. Aku tidak lama kok, abis ini berangkat ke kantor...Iya...Tenang saja, oke." Suaranya lembut sekali seperti berbicara dengan seorang wanita.
"Ehem..." Aku berdehem.
"Ya nggak papa pak, santai saja. Baiklah, nanti bapak bisa tunggu di ruangan saya saja! Ada sekretaris saya. Segera saya ke kantor pak, baik, terima kasih pak!" Dia meninggikan suaranya supaya terdengar olehku.
Kemudian Ponselnya dia matikan dan berbalik arah melihat ke arahku.
"Eh, udah lama kamu disitu??" tanyanya sedikit panik.
"Hm, Kamu lagi bicara dengan siapa mas?" tanyaku curiga. Dia terlihat berusaha untuk tenang sebelum membalas pertanyaanku.
"Oh itu tamu ku yang calon clien itu yang tadi malam bertemu. Dia ternyata sudah datang di kantor!" ucapnya dengan penuh nada khanurmar.
"Oh, kirain dengan siapa." Aku kembali berjalan ke dalam dan mengarah ke dapur. Suamiku berjalan di belakangku dan masuk kembali ke kamar.
Aku langsung menghidupkan air untuk mengisi tabung cucian dan memberikan detergennya. Setelah airnya cukup aku langsung putar dan mesin cuci pun hidup menggiling.
Ku berjalan ke kamar untuk membantu suamiku siap-siap menuju ke kantor.
"Kamu sudah siap mas?" tanyaku.
"Sudah sayang. Aku buru-buru ya sayang." Dia langsung mengambil tas kerjanya kemudian mencium keningku. Dia berjalan cepat ke arah mobil dan langsung pergi menghilang. Aku masuk ke dalam rumah dan menutup pintu depan dan menguncinya. Kumasuk ke dalam kamar untuk merapikan kembali ranjang tidurku.
Drrrtttttt Drrrrrrrttttttt
Kucari suara Hp yang berbunyi getar. Ternyata Hp mas Bobby yang berbunyi. Dan aku melihat HPnya terjatuh di
bawah nakas. Mungkin dia tak tahu kalau HPnya terjatuh.
Kuambil HPnya yang masih bergetar. Di layar tampak ada telpon masuk dari Sandra Sweat.
"Siapa ini Sandra Sweat?" Kudiamkan saja dan kuletakkan kembali diatas nakas.
'Mas Bobby punya selingkuhan kayaknya! Kenapa ada telpon dari perempuan yang di beri nama Sandra Sweat ya?'
"Wah aku harus selidik! Tidak bisa dibiarkan!!" Kulihat HPnya berhenti bergetar dan langsung ada suara getar dua kali dan kulihat ada pesan masuk. Aku ambil HPnya dan kubuka yang ternyata tidak terkunci. Isinya membuat aku naik pitam!
["Mas, jangan lupa CD merahku kamu bawa ya...Hihihihi..."] Langsung darahku bergolak dan tak pakai lama, aku langsung mengganti baju dan bersiap ke kantor mas Bobby. Sesudah kupakai hijab seadanya, memesan taxi online yang sekitar sepuluh menit kemudian datang.
Jarak dari rumah ke kantornya mas Bobby lumayan jauh jadi setelah sekitar satu jam baru sampai di kantornya. Aku masuk dan beberapa security yang sudah mengenalku, mempersilahkan aku untuk langsung ke lantai atas menuju ruangan suamiku.
Begitu sampai di depan ruangan suamiku aku membuka pintu kacanya dan melihat sekretaris suamiku yang bernama Yuni sedang bekerja dengan laptopnya. Dia langsung berdiri.
"Pagi Mbak Yuni. Suami saya ada?" tanyaku dan berdiri di depan mejanya.
"Eh Ibu, Pagi..Eh...hmmm...Bapak sedang rapat bu di dalam. Ada perlu apa bu? Nanti saya sampaikan!" Dia tampak ketakutan.
"Kamu sakit Yuni? Kok kayak pucat gitu mukamu! Aku mau kasih HP suamiku yang ketinggalan di rumah. Dia kan memerlukannya!" ucapku dan memperlihatkan HP yang kupegang.
"Sini bu saya saja yang memberikannya. Bapak sedang tak bisa diganggu!" Dia mencoba mengambil HP ditanganku tapi kutarik kembali HPnya dan kugenggam.
"Biar Saya saja yang memberikannya! Lagi pula kenapa saya mengganggu? Kan saya istrinya!" ucapku membalas.
"Iya bu, tapi bapak pesan kepada saya kalau dia tak bisa diganggu oleh siapapun. Karena ini client penting! Kalau Ibu masuk saya nanti akan dipecat bu!" ucapnya dengan nada agak kasar.
"Sepenting apa? Saya mau masuk! Rapat kok di ruang kerja!" Aku Langsung berjalan melewati meja Yuni dan membuka pintu yang tidak terkunci.
"Mas....!! Kamu lagi apa itu? Ya Allah!!!" Aku tak percaya yang sedang kulihat dengan mataku sendiri.
Aku langsung menjatuhkan HP yang sedang kupegang dan sambil menutup mulutku dengan telapak tanganku.
"Ohh..Mass!! Kamu sedang apa??"
PRANK
Suamiku sedang memangku seorang wanita yang menghadap ke arahnya. Mereka sedang berciuman sambil berpelukan. Perempuannya sempat menengok ke belakang dan tersenyum sinis setelah ciumannya dilepas.
Suamiku melongok di samping badan wanita yang di pangkuannya itu.
"Sayang!" ucapnya setelah melihatku. Aku langsung berlari keluar dari ruangannya dengan menangis. Suamiku sepertinya mengejarku. Sesampainya di jalan raya aku langsung menyetop taksi yang pas saja lewat. Langsung aku naik ke dalam taksi dan menyuruhnya jalan.
Mas Bobby tampak keluar dari gedung kantornya dan mengejar taksiku tapi dia berhenti karena taksinya melaju dengan cepat. Aku menangis di dalam taksi. Betapa jahatnya dia telah membohongiku demi nafsu bejatnya. Dia sudah melukaiku hatiku karena dia telah membohongiku dan berselingkuh dengan perempuan yang berkulit putih dan berambut panjang tadi.
Aku masih ingat ketika dia sedang berciuman dengan bergairah dan kedua tangannya yang ada di punggung dan ada di dalam kemeja putih yang dipakai perempuan itu. Aku tak sanggup lagi Ya Allah. Sesampainya di rumah aku masuk dan menangis di dalam kamarku sejadi-jadinya.
Tak terasa aku pun sampai tertidur dan lupa untuk menutup pintu.
Tampak kudengar sayup-sayup suara mobil datang dan orang yang keluar dari dalam mobil.
"Sayang! Sayang!" Mas Bobby berlari kedalam kamarku dan memelukku.
"Sayang, kamu ada apa ke kantor tadi?" tanya suamiku tanpa ada rasa bersalah sedikitipun. Aku menepis pelukannya dan berdiri menjauh sampai bersender di depan kusen pintu. Dia pun akhirnya berdiri dan ingin mendekatiku.
"Pergi kamu!!! Aku tak sudi mempunyai suami tukang selingkuh! Pergi!!" teriakku.
BACK TO STORY**
Sorenya kami sedang diteras rumah mas Mahendra, kita berkumpul sambil minum teh. Ada mobil yang kulihat adalah mobilnya mas Bobby berhenti di depan pagar. Kulihat mas Bobby turun dan dari pintu mobil sebelah kiri turun Ibu Mas Bobby.
"Mas, ada mas Bobby dan Ibunya datang," Ucapku.
"Hmm...Dasar pengecut! Kalau apa-apa selalu bawa Ibunya!" Mas Mahendra, mbak Nurma dan aku langsung
berdiri menyambut kedatangan Ibu dan mas Bobby.
"Assalamualaikum," ucap mas Bobby yang menggandeng Ibunya.
"Waalaikumsalam," jawab kami.
"Ibu..." Aku mencium punggung tangan Ibu mertuaku. Dia melengos saja tak mau menengok ke arahku. Kemudian aku mencium tangan suamiku. Mereka juga bersalaman.
"Ayo kita masuk saja ke dalam," ucap mas Mahendra.
Kami semua masuk ke dalam ruang tamu. Mas Mahendra menghidupkan lampu dan duduk di sofa dan aku juga duduk di sebelah mas Mahendra. Mbak Nurma masuk ke dalam rumah untuk mengambil minum.
Kami masih sama-sama diam.
"Bagaimana bu, sehat?" tanya mas Mahendra kepada Ibu nya mas Bobby.
"Alhamdulillah sehat, Nak Mahendra bagaimana sepertinya sedang kurang sehat ya?" tanya Ibu.
"Iya tadi saya tidak masuk kantor. Tadi abis subuh badan saya demam dan tak enak badan. Jadi saya istirahat saja di rumah," jawab mas Mahendra.
"Iya istirahat saja." Mas Bobby menundukkan kepalanya dari tadi. Aku melihat ke arahnya.
"Jadi gimana mas Bobby kabarnya?" tanya Mahendra.
"Eh..Ehmm Baik mas...!"
...
...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Lisa Tham
kenapa hrs sopan ama suami gt ya?? apa lagi mertua dah keliatan jutek....amit2 deh
2024-11-21
0