Bab 11.
POV PENULIS
Di lain tempat, Satria yang sedang mengerjakan banyak pekerjaan pintunya diketok oleh Bobby.
"Ya masuk!"
"Siang pak," Bobby menyapa dari ambang pintu.
"Ya,siang, ada apa Bobby?" tanya Satria yang kembali fokus dengan perkerjaannya di laptopnya. Bobby berjalan ke dalam ruangan Satria.
"Saya hanya mau tanya, ada apa bapak dengan Istri saya, Laras?" Bobby kemudian duduk di sofa.
"Siapa yang menyuruhmu duduk disana? Duduk di kursi itu!" Suruh Satria menunjuk ke kursi yang ada diseberang mejanya. Bobby pindah ke kursi yang ada di depan meja Satria.
"Kamu mau saya jawab jujur atau tidak?" Satria menyenderkan punggungnya dan memperbaiki Jasnya.
"Ya jawaban yang jujur dong pak! Ada apa dan hubungan apa antara Laras dengan bapak? Apakah bapak suka dengan istri saya?" Satria menatap Bobby dengan tajam dan gaya dinginnya.
"Kamu sudah melakukan kesalahan fatal kepada seorang istri, tapi kamu malahan mau mengelak?" tanya Satria dengan tatapan datar.
"Hm, bapak tidak menjawab pertanyaan saya, apa bapak suka dengan istri saya?" tanya Bobby lagi mengulang pertanyaannya.
"Saya tidak bisa menjawab kalau itu. Karena bukan urusanmu!"Jawab Satria singkat.
"Ohh, berarti bapak egois, hanya mementingkan perasaan bapak saja?"
"Kamu mementingkan perasan Laras tidak, pada saat kamu selingkuh dengan wanita simpananmu itu?" tanya Satria balik.
Bobby diam saja dan kesal dengan pertanyaan Satria yang seolah-olah dia yang salah dan Satria tidak.
"Bapak sudah salah suka kepada istri orang lain, harusnya bapak sebagai seorang pemimpin perusahaan besar dan sangat dihormati oleh banyak orang, bisa belajar untuk menghormati saya, suami Laras!!" Bobby kesal pertanyaannya tidak dijawab oleh Satria.
"Hehe...Kamu salah orang kalau marah dengan saya. Saya tidak peduli dengan urusanmu dan Laras. Tapi yang menjadi concern saya, kamu sudah menyalahi peraturan perusahaan. Kamu tidak akan saya turunkan jabatan saja seharusnya sudah bersyukur!" Jawab Satria dengan santai.
"Bapak sudah menyalahi kewenangan bapak sebagai pimpinan tertinggi. Ingat pak, saya bisa adukan masalah ini kepada Pak Hendri Sugara!" Ancam Bobby.
"Oh silahkan saja. Pak Hendri juga pasti senang bertemu dengan kamu karena kamu memang sama dengan kelakuan dia selama ini. Tau apa?" tanya Satria yang memajukan badannya dan meletakkan kedua lengannya dimeja sambil mengepalkan dua tangannya.
"Hmmm maksud bapak apa?" tanya Bobby heran.
"Maksudku, kalian sama-sama suka perempuan dan tunduk dengan perempuan cantik rendahan!" Jawab Satria yang membuat Bobby wajahnya memerah karena marah.
"Baik, saya akan adukan bapak dengan pak Hendri! Saya pastikan bapak akan merangkak dari kantor ini karena didepak oleh pak Hendri!!" Bobby berdiri dari kursinya.
"Silahkan, setelah kamu mengadukannya kepada papi, kamu akan saya hempaskan ke dalam jurang yang paling dalam! Karena saya tidak suka dengan laki-laki yang mempermainkan perempuan! Laras adalah wanita terhormat, kamu salah memilih seng rombeng dan membuang Permata dihadapanmu!" Satria menyenderkan kembali punggungnya di kursi kerjanya.
*
POV BOBBY
Bobby menatap tajam ke arah Satria.
"Silahkan kalau sudah tidak ada yang dibicarakan lagi. Pintu keluar sudah tau kemana arahnya?" Tangan Satria mempersilahkan Bobby keluar.
"Awas kamu! Saya tetap akan adukan hal ini kepada pak Hendri, kamu semena-mena karena kekuasaan!" Ucapku sambil menunjuk ke wajahnya.
Dia tersenyum kecut saja. Dan tangannya menunjuk ke arah pintu.
Kuberjalan cepat, kesal sekali rasanya mengetahui kalau Laras di dekati oleh Satria. Kayak tidak punya gebetan lain aja, masa bekasku dia mau? Aneh kan, sejakkapan seorang Satria yang sangat kaya raya dan mempunyai banyak properti suka kepada seorang kayak Laras. Udah bekas aku masih diminati? Apa yang membuat Satria tertarik kepada Laras?
Aku menggeleng-gelengkan kepala ketika lift terbuka dan kumasuk menuju lantai ruanganku.
Di ruangan, duduk dan tiba-tiba telepon kantor berbunyi dan kuangkat.
"Halo, ya paman? Oke, saya kesana!"
Aku langsung menutup telepon dan berjalan kembali menuju ruang HRD yang satu lantai dengan ruanganku. Sampai di sana aku masuk ke ruangan nya.
"Siang paman." Terlihat paman sedang memainkan Hp nya danbadannya sedang dia senderkan di punggung kursi kerjanya.
"Ya masuk Bob!" Kami bersalaman.
"Ada apa paman?" Aku duduk di kursi tamunya.
"Begini Bob, aku kemarin diminta sama pak Satria. Dia minta aku menyelidiki danmemproses kamu karena atas aduan istrimu, kamu selingkuh. Benar?" tanyanya.
"Hmm ya benar, saya memang sedang dekat dengan seorang wanita yang lebih muda, lebihseksi dan tentunya bisa memuaskanku!" Jawabku seadanya.
"Hm jadi benar kamu sudah menikah lagi?" tanyanya.
"Ah kalau itu gak bener. Aku belum menikah dengannya, karena sudah keburu ketauan oleh Laras!" Aku tersenyum kecut.
"Apa kurangnya Laras, Bob? Dia cantik, seksi, pintar, dan sangat menggairahkan kalau diliat!"
"Hahaha, paman ini bagaimana sih? Dia itu monoton. Dan mungkin mandul! Masa sudah tiga tahun kami menikah belum punya anak satupun!" Aku mencebikkan bibirku.
"Hahahaha, itu mah, kamu aja kali yang kurang joss!!"
"Enak aja! Aku loh memang mau punya anak paman, sudah beberapa kali dia keguguran, jadi bukan aku dong yang salah! Paman tanya dulu dong!" Ucapku kesal.
"Oke, oke, Jadi kamu belum menikah dengan perempuan itu?" tanya pamanku.
"Belum! Dan akan saya lakukan. Lagi pula aku kan sudah digugat ke pengadilan oleh Laras, jadi untuk apa dipertahankan!"
"Ya sudah, saya juga akan memanggil Laras,mungkin besok, saya juga kan harus mengumpulkan bahan untuk memutuskan."
"Ya sudah, saya pamit dulu. Terima kasih paman!"
"Ya, siang!"
Aku berdiri dan berjalan keluar ruangannya. Tampak sekretaris paman yang genit menatapku dan mengedipkan matanya kepadaku. Aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya.
Sementara ditempat lain, Laras sedang duduk membaca novel aplikasi. Tiba-tiba HPnya bergetar dan tampak di layar ada sebuah nomer tak dikenal.
"Siapa ini? Angkat gak ya?" gumam Laras. Akhirnya Laras menekan gambar telepon warna hijau.
["Halo, assalamualaikum."]
["Wa'alaikumsalam. Laras ya?"]
["Iya, maaf dengan siapa ini?"]
["Saya Sudarto, pamannya Bobby. Apa kabarnya Laras cantik?"]
["Hmm...Baik paman, langsung saja paman. Ada apa?"]
["Oh iya, kamu bisa ke kantor saya? Mau bicara mengenai aduan kamu ke kantormengenai perselingkuhan Bobby. Bagaimana?"]
["Boleh paman, jam berapa?"]
["Ya pagilah, jam sepuluhan, kan abis itu kita bisa makan siang bareng di luar Laras cantik."]
["Hm, iya saya akan kesana paman.Tapi sebaiknya gak usah repot-repot paman, sayamasih ada urusan dari sana. Jadi tak usah ajak makan siang segala!"]
["Ah masa gak mau sih? Memang Bobby itu brengsek, sudah selingkuh dengan wanita lain. Kamu kan cantik masa disia-siakan!"]
["Maksudnya apa paman?"]
["Oh gak ada maksud apa-apa kok, paman hanya becanda saja. Ya sudah besok sayatunggu ya Laras cantik."]
["Iya paman, terima kasih. Assalamualaikum."]
["Waalaikumsalam."]
Setelah menutup teleponnya, Laras berpikir keras karena paman Bobby yang bernama Sudarto itu setahu dia sedang ada masalah dengan keluarganya karena dia terlibat juga pelecehan dengan salah satu keponakan Bobby lain. Tapi karena persaudaraan, mereka tidak membawa kasus itu ke ranah umum.
"Hm, kayaknya aku besok harus hati-hati dan memberi tahu ke bang Satria kalau aku sudah ada disana besok."
Malam itu beberapa kali Bobby menelpon Ponsel Laras, tetapi tidak diangkatnya, dan pesan yang masukpun tidak dibacanya. Besok pagi setelah mandi, Laras bersiap ke kantor Bobby.
"Kamu mau kemana Laras?" tanya Nurma.
"Oh aku mau kekantornya mas Bobby mbak, aku dipanggil oleh Manager HRD nya untuk klarifikasi kasusku."
"Oh baguslah biar si Bobby diturunkan jabatannya bahkan kalau bisa lansungsaja dipecat!"
"Hm, ya mudah-mudahan ada jawaban, mbak. Aku pamit dulu ya, aku naik ojek online saja biar cepat!" Ucapku.
:"Ya sudah, hati-hati di jalan," jawabnya.
Setelah sampai di kantor sana, Laras langsung naik ke lantai yang diberitahukan olehreceptionis di lobby.
"Selamat siang."
"Eh Laras, ayo masuk."
"Iya paman." Laras masuk dan bersalaman. Pada saat bersalamanpun, Sudartomemegang tangan Laras agak lama, tapi segera ditarik oleh Laras. Mereka duduk di sofa. Sudarto sengaja duduk di sofa panjang berdekatan dengan Laras.
Laras segera menggeser duduk nya ke pojok sofa.
"Hm, santai saja Laras, mau minum apa?" tanya Sudarto.
"Apa saja, ini saja air mineral sudah cukup." Tampak ketakutan di wajah Laras karena tadi pesan yang dikirim ke Satria masih crntang satu belum terkirim.
"Ya sudah. Kamu sejak kejadian dengan Bobby tinggal dimana?" tanya Sudarto.
"Tinggal di rumah mas Mahendra," Jawab Laras singkat.
"Hmmm...Kamu katanya sudah menggugat cerai Bobby?" Tanyanya lagi dengan menatap Laras dengan tatapan seperti singa sedang kelaparan.
"Hm, iya paman." Laras sedang memperhatikan tangan Sudarto yang sedang mendekat ke pundaknya.
"Kalau sudah cerai kamu sama saya saja, Laras. Paman akan kasih kamu uang yang banyak! Kamu akan paman kasih mobil, dan perhiasan. Bagaimana mau?" Sudarto sangat antusias menunggu jawaban Laras.
Laras sedang gundah hatinya, benar saja perkiraan Laras kemarin, pasti ada maunya Sudarto di sini. Dia sudah mengetahui dari cerita Bobby kalau Sudarto ini memang beberapa kali terlibat cinta dengan wanita lain.
"Hmm, begini pak Sudarto. Saya datang kesini bukan untuk membicarakan masalah pribadi bapak dan saya. Saya mau bapak memproses dan memberikan punishment kepada Bobby. Kok bapak malahan melamar saya? Apa hubungannya?" Tanya Laras kesal bercampur takut.
"Begini, saya akan proses untuk Bobby, kalau kamu menerima permintaan saya, saya akan mengeluarkan Bobby dari kantor ini. Sekaligus nanti setelah makan siang, kita bisa chekin dan bersenang-senang. Bagaimana?" Sudarto menggeser duduknya mendekat ke badan Laras.
Laras kaget dan langsung berdiri. Sudarto tertawa dan ikut berdiri.
"Sudahlah, ayo duduk lagi, sini kita lanjutkan pembicaraan kita yang tertunda." Sudarto memegang tangan Laras untuk duduk, tapi laras berusaha menarik kuat tangannya yang sudah digenggam kuat oleh Sudarto.
"Lepaskan!! Awas kamu Pak! Saya akan laporkan kamu ke pak Satria!" Laras tetap meronta tapi alhasil mereka jatuh ke sofa kembali. Otomatis tangannya terlepas dan menampar pipi Sudarto yang sedang duduk.
PLAK
"Kurang ajar! Kamu sudah berani menampar saya?" Sudarto naik pitam dan menarik tangan Laras ke sofa. Badan Laras jatuh ke sofa dan langsung dipeluk dan ditindih oeh badan Sudarto.
"Kamu
jangan berontak! Atau kubunuh kamu!" Sudarto mengancam Laras.
"TOLOONGGG...!" Laras berteriak dan langsung dibekap oleh tangan Sudarto.
Laras meronta terus, tapi karena kalah tenaga dia tak bisa berkutik.
"SUDARTO!! Kurang ajar kamu!!"
...
...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments