Bab 7.
"Kamu lagi!" Laras langsung berbalik arah dan menuju ke tangga darurat. Tapi tangannya langsung dicekal oleh Bobby.
"Eh eh...Sebentar dong, sayang. Kamu mau ngapain disini?" Tanya Bobby curiga. Laras diam saja dan tidak membalasnya. Berdiri mematung sedang memikirkan jawaban yang pas.
"Heh, ditanya kok diam saja sih?" tanya Bobby menatap tajam ke mata Laras.
"Aku ada perlu!" Jawab Laras singkat.
"Heh, kamu jangan macem-macem ya. Kamu jangan pernah berusaha untuk memiskinkan aku atau mengeluarkan aku dari sini!" Bobby kesal dengan jawaban Laras yang singkat itu.
"Aku cuma ke sini ada perlu, itu aja. Jangan nuduh yang tidak-tidak dong. Kamu waras dikit kenapa mas!!" Jawab Laras dengan kesal.
"Kamu ke sini kalau mau ngaduin masalahku dengan kamu, terus apalagi?" Bobby masih mendesak jawaban Laras agar tenang.
"Aku kesini ada perlu! Titik!" Laras tetap tak mau memberitahukannya.
"Iya perlu nya apa? Kamu kan tidak bekerja disini. Terus kamu mau apa dikantor ini???" Bobby geregetan dengan jawaban Laras yang irit itu.
"Mau aku urusannya apa kek, itu bukan urusanmu! Kenapa sih mau tau aja urusan aku? Aku aja gak peduli dengan urusanmu dan gundikmu itu!" Jawab Laras kesal.
"Hmm kamu sudah main rahasia-rahasiaan ya sama aku?? Dan aku sudah kesal sekarang, kamu sudah membuat aku marah, Ras!!" Kekesalan Bobby bertambah besar. Dia langsung menampar Laras.
PLAAKKK
"MAS!! kamu berani ya menampar aku! Kamu akan aku laporkan ke Pak Satria kalau karyawannya sudah berani melecehkan tamu di kantor ini! Awas kamu!" Laras tertegun dan kesal dengan tamparan Bobby sambil menahan sakit di pipinya.
"Ya kamu dari tadi tidak menjawab dengan benar? Aku kan kesal!" Jawab Bobby enteng.
"Ya sudah sana, aku akan adukan kamu ke pak Satria, Karyawannya kurang ajar dan tidak sopan melakukan tindak kekerasan di kantor ini! Aku akan menuntut kamu ke manajemenmu!!" Teriak Laras. Suara laras yang keras membuat ada beberapa karyawan bawahan Bobby ikut memperhatikan kejadian antara mereka berdua.
"Kamu ini bikin malu saja!" Laras kesal dengan perkataan Bobby dan dia langsung berjalan ke tangga darurat.
"Ibu Laras!!" Sahut seseorang dari dalam lift yang terbuka. Pak Satria langsung berjalan menuju ke mereka berdua. Mereka berdua menunduk.
"Kamu Bobby, kenapa disini? Kamu sudah mencari masalah ya di kantor ini??" Tanya pak Satria sambil menatap Bobby dengan tanda tanya.
"Bapak kenapa sih selalu ikut campur dengan urusan kami? Ini masalah saya dengan dia!" Bobby balik bertanya.
"Kamu selalu membuat masalah di kantor saya tau! Ibu Laras, ada apa dengan pak Bobby?" tanya Satria melihat ke arah Laras.
"Hmm, dia menampar saya pak! Saya tidak terima dengan perlakuan staf bapak! Dia berani menampar tamu di kantor bapak!" Ucap Laras dengan lantang.
"Kamu menamparnya pak Bobby?? Kamu akan saya proses ke HRD, ayo minta maaf dengan Ibu Laras. Dia tamu saya!"Satria kesal dengan jawaban Laras yang bisa membuat perusahaan jelek namanya.
"Hm, ya saya minta maaf Laras. Maaf saya tidak bermaksud menamparmu, saya khilaf tadi!" Ucap Bobby dengan nada ketakutan.
"Kamu tetep saya proses ke HRD!! Kamu kembali sana ke ruanganmu!" Semprot Satria ke Bobby.
Bobby berjalan ke ruangannya dengan menatap Laras kesal.
"Mari bu, kita bicara di luar kantor saja, ada yang saya mau bicarakan dengan ibu."
"Mau kemana pak? Katanya urusan di kantor?" tanya Laras heran.
"Kita bicarakan saja dengan makan siang, sebagai permintaan maaf saya atas kekurangajaran karyawan saya. Jadi jangan diperpanjang lagi ya. Saya secara pribadi dan atas nama perusahaan minta maaf yang sebesar-besarnya!" Satria menundukkan badannya.
"Waduh segitunya dia perhatian sama tamunya..." Gumam Laras dalam hati.
"Sudah pak Satria, saya juga tak memperpanjangnya kok. Jangan sampai segitunya juga pak, saya sudah maafkan pak!" Laras tersipu malu melihat Satria sampai menundukkan badannya ke bawah.
"Ya sudah, kalau begitu apakah bersedia Ibu Laras makan siang dengan saya?" tanya Satria lagi.
"Iya pak, saya akan ikut dengan bapak makan siang." Laras mengulas senyum manisnya.
Satria tersenyum sedikit lega. Wajahnya yang biasanya terlihat arogan dan dingin sekarang terlihat lebih enak dipandang mata.
Kemudian mereka menuju ke lift dan masuk ke dalam lift untuk turun ke lobby.. Di dalam lift Laras sengaja menjauh takut ada yang melihat nya.Apalagi dia bersama orang nomer satu di kantor ini. Mereka langsung menuju ke sebuah restoran Jepang yang sangat Laras dambakan. Dia mau makan di restoran ini sejak lama, tapi Bobby selalu menolaknya kalau diajak.
Setelah mereka berdua masuk ke dalam resoran, Satria memesan beberapa jenis makanan yang enak dan cocok dengan lidah orang Indonesia.
Selama di mobil tadi, baik Satria dan Laras tak saling bicara. Satria sibuk dengan Ponselnya untuk membalas semua pesan yang masuk ke dalam aplikasi chat dan emailnya.
"Ibu Laras, boleh saya bertanya?"
"Oh ya boleh pak. Silahkan,akan saya jawab sebisa saya."
"Begini, kalau boleh tau, Ibu sudah pernah bekerja belum?" tanya Satria.
"Sudah pak, sebelum saya menikah dengan suami saya, saya pernah bekerja di Bantam Group."
"Oh Bagus dong. Itu perusahaan terkenal. Kalau boleh tau disana bagian apa?" tanyanya lagi.
"Saya disana supervisor, jabatan terakhir saya!" Jawab Laras.
"Wah, bagus kalau begitu. Saya ini baru dua tahun memegang perusahaan papi saya. Sebelumnya saya kuliah di Perancis, Eropa."
"Oh, bapak baru saja lulus dua tahun lalu? Wah enak ya kuliah di luar negeri."
"Ya ada enak nya dan ada tidaknya. Disana terlampau bebas, jadi tidak sesuai dengan budaya orang Indonesia," Jelas Satria kemudian dia mengambil gelas dan minum.
"Hm, iya pastinya, saya juga tau itu. Berapa lama disana?"tanya Laras yang juga ikutan minum.
"Hm saya dari Senior High School sudah di Perancis. Sejak papi berpisah dengan mami. Mami akhirnya sakit dan setahun kemudian meninggal dunia. Saat itu saya merasa dibuang. Tapi mami dan papi yang mendirikan perusahaan saya ini, jadi setelah saya lulus dari Magister di Perancis, saya pulang untuk memimpin perusahaan ini sesuai dengan isi wasiat mami."
"Wah lama ya, mungkin sekitar 10 tahun. Saya ikut prihatin dengan yang dialami oleh bapak?"
"Terima kasih. Sekitar segitulah saya di sana," Jawab Satria sambil membenarkan jas nya.
"Kamu tidak lupa ya dengan bahasanya?" tanya Laras bingung mau menanyakan apalagi.
"Ya tidak dong. Bahasa Indonesia tidak akan saya lupa. Disana juga masih banyak orang Indonesia, dan saya masih sering sehari-hari memakai bahasa Indonesia." Jelas Satria.
Setelah semua pesanan nya datang, mereka makan berdua diselingi oleh canda.
"Aku pikir kamu sedingin beruang kutub!" Gumam Laras yang sering mencuri pandang ke Satria. Dia tertarik dengan ketampanan dan perhatian Satria.
Sesudah Satria dan Laras selesai makan, mereka minum teh yang dituang oleh seorang pelayan.
"Hm, Bu Laras."
"Iya pak."
"Hm, ah, bagaimana ya saya memulainya."
"Maksudnya pak?"
"Jangan panggil saya pak, saya belum cocok dipanggil pak. Kita juga hanya beda usia 2 tahun jadi sebaiknya bisa memanggail saya Mas, kakak, atau abang barangkali." Tatapannya yang tajam membuat Laras tertegun sementara.
"Hmmm apa ya? Bang saja ya? Karena saya kalau panggil mas ingat dengan mas Bobby!" Jawab Laras yang masih malu dengan ucapan Satria.
"Baik tak masalah."
"Kalau bang Satria mau panggil saya panggil saja nama, bang." Satria tersenyummanis.
"Begini saya ada satu penawaran ke kamu."
"Begini. Saya mau menikahi kamu."
"Hah, Menikahi saya??" Laras kaget mendengar permintaan Satria.
"Tenang, tenang, jangan panik seperti itu dong, dek!" Sahut Satria lagi. Telapak tangannya sambil menepuk lengan tangan Laras.
"Hmmm...Begini bang. Ada yang harus saya sampaikan dengan abang!" Ucap Laras dengan nada
sedih.
"Apa itu? Bicara saja, dek." Terdengar indah panggilannya terhadap Laras yang sedang shok mendengar permintaan sang CEO.
"Saya sedang hamil anaknya Bobby, bang!" Balas Laras sambil menengok dan menatap wajah sang CEO Arogan itu.
Satria terdiam. Dia menghela nafas sekali.
"Lagi pula proses perceraian saya dengan mas Bobby belum selesai."
"Begini saja. Kamu tetap jalankan saja proses perceraian kamu dengan Bobby. Aku akan memberikan bantuan pengacara kalau dibuat susah oleh Bobby!" Satria kembali memegang lengan Laras. Laras yang belum terbiasa dengan sentuhan laki-laki lain menark lengannya. Satria kembali menarik tangannya, mengerti apa yang harus dia lakukan.
"Aku belum bisa menjawab apa-apa bang. Karena saya belum berpisah dengan Bobby. Nanti setelah itu baru bisa kita bicarakan lagi. Dan proses perceraian kami sudah diurus oleh pengacara kantornya mas Mahendra. Jadi tidak usah repot-repot mengenai hal itu," Jawab Laras dengan tenang.
"Baiklah, saya juga tidak minta kamu menjawab permintaan saya itu sekarang. Bisa kita jalankan dulu hubungan kita agar kita bisa saling mengenal satu sama lain. Aku siap dan selalu akan membantu kamu!" ucap Satria yang membuat hati Laras bermain reog dan jumpalitan.
"Tapi boleh saya bertanya?" tanya Laras pura-pura tidak salah tingkah padahal dia sangat bahagia sekali dengan permintaan Satria yang meminta menikah dengannya.
"Apa itu? Silahkan." Jawab Satria melwtakkan kedua lengannya di meja.
"Kenapa abang yang baru kenal saya langsung meminta saya untuk menjadi istri abang?" Tanya Laras.
"Begini, saya mau menceritakan dulu mengenai sesuatu yang terjadi di keluarga saya. Papi dan mami berpisah karena ada orang ketiga. Seorang gadis yang dulu sekretaris papi, menggoda papi dan perselingkuhan mereka diketahui oleh mami. Mereka pisah. Papi kemudian menikah dengan gadis itu. Namanya Diana."
Satria meneguk minumannya dan melanjutkan kembali bicaranya.
"Perusahaan yang aku pimpin ini dijalani oleh papi dan menurut perjanjian perceraian mereka, aku akan memimpin perusahaan sampai aku lulus magister. Didalam perusahaan ini saham mami yang paling besar sehingga papi hanya boleh memimpin perusahaan sampai setelah saya menikah.
"Karena perjanjian itulah saya bisa menyelamatkan perusahaan yang didirikan oleh mami pada awalnya. Saya tau kamu punya dendam kepada Bobby karena kamu telah dikhianati oleh Bobby. Jadi kita bisa saling membantu. Kamu bisa membalas dendam kamu ke Bobby dan saya bisa menyelamatkan perusahaan ini. Tapi pernikahan ini hanya selama satu tahun saja. Setelah semua sudah ditangan saya, kamu boleh pergi dan otomatis kita berpisah!"
"Jadi maksud abang, kita hanya menikah kontrak??" Laras terkejut dengan pernyataan Satria.
...
...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments